Konseling Sebagai Alternatif Penanggulangan Perilaku Maladaptif Remaja Deprivasi Parental (original) (raw)

Konseling Psikoanalisis(Solusi Yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif)

Abstrak Zat psikoaktif adalah obat-obatan kimia yang memiliki dampak mengubah mood dan menimbulkan perubahan persepsi serta membuat individu yang mengkonsumsi menjadi merasa tenang dan “melayang tinggi”. Individu menggunakan zat psikoaktif dengan berbagai alasan tersendiri. Zat psikoaktif sudah mulai digunakan oleh berbagai kalangan usia, mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa, dan bahkan orang tua.. Zat psikoaktif dapat menjadi suatu boomerang bagi para remaja dan masa depan Indonesia. Pengertian remaja yang dimaksud adalah diawali dengan periode pubertas sampai status dewasa disandangnya. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Karakteristik penting dari masa remaja adalah adanya pencapaian suatu ego-identitas dan krisis identitas. Dalam rangka memperoleh suatu ego-identitas sehat dan kuat, remaja harus menerima pengakuan yang ajeg dan bermakna dari lingkungan. Jika dalam masa ini remaja sudah mengkonsumsi zat psikoaktif dapat dibayangkan, bagaimana mereka nanti dapat menc...

PEER COUNSELING (Pendekatan Alternatif dalam Menangani Masalah Remaja)

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin, 2019

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan manusia secara lahir dalam kedaaan suci (fitrah). Sebagaimana manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tentunya kita harus selalu taat kepada-Nya, menjauhi segala laranga-Nya, serta mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada yang Maha Segala-galanya. Dalam rangka mewujudkan Generasi penerus Bangsa yang memiliki karakter positif sehingga memiliki dan mengetahui norma, etika dan moralitas agama, serta nilai-nilai positif lainnya. Maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Alhmadulillah atas ijin Allah SWT kami dapat menyelesaikan buku Pedoman Pelaksanaan Peer Counseling yang dimana buku ini berguna untuk para pelatih dan calon konselor sebaya untuk mewujudkan layanan bantuan yang terapiutik (hubungan saling membantu) Buku pedoman ini merupakan tulisan yang akan terus berkembang agar mencapai tingkatan kedalaman dan keluasan yang memadai sebagai sumber belajar. untuk itu, maka koreksi, komentar, dan saran bagi pembaca sangat diharapkan untuk kepentingan pengembangan dan penyempurnaannya. Sekecil apapun bentuknya akan sangat dimanfaatkan bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi para praktisi bimbingan dan konseling sekolah, para mahasiswa, serta masyarakat umum yang memerlukanya dalam melatih dan membentuk para konselor sebaya.

Konseling Behavioral: Solusi Alternatif Mengatasi Bullying Anak Di Sekolah

KONSELING EDUKASI "Journal of Guidance and Counseling", 2018

Salah satu fenomena yang menyita perhatian di dunia pendidikan zaman sekarang adalah Bullying di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainya. Padahal Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka aman di sekolah, dan semua pendidik dan penyelenggara pendidikan juga ingin menyediakan lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak yang belajar di sekolah tersebut. Bullying di sekolah merupakan perilaku bermasalah di kalangan remaja, yang sangat berpengaruh terhadap prestasi sekolah, keterampilan prososial, dan kesejahteraan psikologis bagi korban dan pelaku. Oleh karena itu diperlukan alternative solusi untuk mengatasi Bullying anak di sekolah dengan konselingkonseling behavioral. Konseling behavioral membantu anak untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan kepentingan tertentu.Kata Kunci : Bullying, alternative solusi, konseling behavioral

Pastoral Konseling Bagi Remaja Korban Bullying

SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual, 2018

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata kerja bully/bulie, merupakan tindakan menggertak orang yang lemah dengan mengintimidasi, merendahkan, mencemooh/mengejek, memukul dan mengasingkan seseorang dan tindakan ini sangat berdampak negatif pada psikologis, sosial dan spiritual remaja korban bullying. Bullying sendiri dapat memberikan dampak yang besar bagi korban, dimana dampaknya korban bullying cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak menjadi korban bullying. Kasus bullying yang dilakukan pelaku banyak terjadi secara fisik dan verbal sehingga meninggalkan bekas yang begitu besar bagi korban. Oleh karena itu, pastoral konseling Kristen hadir untuk melayani remaja korban bullying, yang bertujuan untuk memulihkan dan menolong mental dan spiritual remaja korban bullying. Dalam karya tulisan ini, penulis akan menguraikan pentingnya sebuah pelayanan pastoral konseling bagi remaja yang mengalami bullying. Bullying comes from English, which is the verb bully / bulie, is an act of bullying a weak person by intimidating, degrading, ridiculing / mocking, beating and alienating someone and this action has a very negative impact on the psychological, social and spiritual youth of victims of bullying. Bullying itself can have a large impact on victims, where the impact of bullying victims tends to feel fear, anxiety, and have lower self esteem than children who are not victims of bullying. Bullying cases committed by the perpetrators occurred physically and verbally so that they left a huge mark on the victim. Therefore, Christian pastoral counseling exists to serve youth bullying victims, which aims to restore and help mentally and spiritually bullying adolescent victims. In this paper, the author will describe the importance of pastoral counseling services for adolescents who experience bullying. STT Ebenhaezer Tanjung Enim STTE

Konseling Sebaya Sebagai Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja

Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 2019

Remaja merupakan kelompok berisiko yang mempunyai karakteristik tertentu yang berkontribusi menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah perilaku seksual berisiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemanfaatan konseling sebaya dengan perilaku seksual berisiko pada aggregate remaja di Jakarta Selatan. Desain analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian terhadap 108 responden yang diperoleh melalui simple random sampling. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pemanfaatan konseling sebaya dengan perilaku seksual berisiko pada aggregate remaja (p value : 0,003). Hasil penelitian ini menjadi masukan dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada aggregate remaja melalui kegiatan konseling sebaya yang lebih memperhatikan kebutuhan perkembangan remaja.