Struktur Ekonomi Wilayah Kota Ternate (original) (raw)
Related papers
Hirarki Wilayah Kota Ternate Pasca Pengembangan Kawasan Waterfront City
Abstrak: Pengembangan waterfront city yang termuat dalam rencana tata ruang Kota Ternate tahun 2006-2015 diantaranya bermuara dari keterbatasan lahan kota dalam menyediakan infrastruktur perkotaan akibat tekanan populasi yang semakin meningkat, kondisi geografis dan topografis wilayah, ancaman bencana dari letusan gunung api serta strategi pengembangan nasional dan provinsi. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis hirarki atau tingkat perkembangan wilayah Kota Ternate setelah pengembangan kawasan waterfront city dengan indikator ketersediaan infrastruktur. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis skalogram dengan variabel ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hirarki wilayah Kota Ternate setelah pengembangan kawasan waterfront city (tahun 2005-2011) telah mengalami perkembangan dari aspek ketersediaan infrastruktur dan aksesibilitas terutama di kelurahan pesisir yang menjadi kawasan waterfront city. Kata Kunci: hirarki wilayah, perkembangan kota, skalogram, waterfront city Abstract: Ternate waterfront city development initiative 2006-2015 was designated for anticipating the limitation of land use due to high population increase, geographical and topographical constraints of the region, the threat of catastrophic volcanic eruption, and the national and provincial development strategies. The purpose of this study was to analyze the urban service hierarchy inside the city responding the initiative. The methodology used in this research was scalogram analysis for calculating infrastructure availability variables. The results showed that the post-implementation of waterfront city development initiative (2005-2011) the number of infrastructure availability and accessibility has improved, particularly in the coastal urban villages inside the waterfront city development area. Pendahuluan Perkembangan kota pantai (waterfront city) di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kejayaan kerajaan-kerajaan di nusantara dengan kegiatan utama berupa perdagangan, jasa dan pusat pemerintahan. Saat ini kota-kota pantai di Indonesia tumbuh dan berkembang
Gresya, 2015
Hubungan dan pengaruh antara guna lahan dan sistem pergerakan dengan perekonomian suatu kota
Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap PDRB Kota Ternate Tahun 2013-2017
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 2019
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu tolak ukur adanya pembangunan ekonomi di suatu daerah. Pembangunan sektor ekonomi itu sendiri adalah proses mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik dengan tujuan meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja, dan kemakmuran masyarakat. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis struktur dan Pertumbuhan ekonomi Kota Ternate, untuk mengetahuinya digunakan alat analisis LQ serta Shift Share dan turunan dari LQ yaitu DLQ yang digunakan untuk mengetahui sektor-sektor potensial Kota Ternate di masa mendatang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil penelitian menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis ekonomi atau sektor unggulan Kota Ternate adalah informasi dan komunikasi (10,73) dan sektor listrik, gas, dan air bersih (15,12). Dan untuk hasil Perhitungan DLQ (Dinamic Location Quotient) yang ...
Pola Ruang Ekonomi DI Kawasan Pinggiran Perkotaan
Jurnal Planologi
ABSTRACTThe development of the center of the city of Semarang is very rapid, leading to the outskirts. The outskirts, which were originally used as agricultural areas, have now been converted into built-up areas, settlements, trade and services. This research was conducted in Tembalang Village, which is an educational area, new settlements accompanied by the growth of economic activity. The purpose of this study is to find patterns of economic space in suburban urban areas. Methodology Descriptive analysis research using a qualitative and rationalistic deductive approach that focuses on the environmental approach (behavior approach) and the spatial economic approach. From the results of the analysis, it is concluded that Tembalang Village has an Economic Spatial Pattern that develops along the main road. Economic activities that follow this main road route form a network pattern. This pattern of economic space is also still visible in the surrounding area. The pattern of economic sp...
Kajian Aspek Penataan Ruang Terhadap Perkembangan Kota Ternate
2017
Penataan ruang mengandung arti penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaran kehidupan. Dari amanat Undang-Undang 26 tahun 2007 kemudian telah ditetapkan Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate. Didalam RTRW tersebut terkandung didalamnya Visi, Misi, Tujuan pembangunan serta lingkup Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang Wilayah yang dibentuk dalam arahan kebijakan sehingga arah pembangunan dapat tercipta secara efektif sesuai dengan rencana tata ruang.Kota Ternate memiliki proses perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, desakan urbanisasi dan pertumbuhan menuntut pembangunan perlu dilaksanakan untuk mengikuti kebutuhan, baik yang terkait dengan lahan, kebijakan dan anggaran pembangunan. Melihat kondisi tersebut maka, peneliti melakukan kajian aspek penataan ruang terhadap perkembangan kota Ternate dengan melihat produk tata ruang dan kebijakan pembangunan, dengan tujuan mengetahu...
Prediksi Kebutuhan Area Permukiman di Kota Ternate
RUANG-SPACE, Jurnal Lingkungan Binaan (Space : Journal of the Built Environment)
Kota Ternate merupakan daerah yang padat penduduk dan memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi dibandingkan kota-kota lain di Maluku Utara, sehingga membutuhkan lebih banyak permukiman. Tujuan penelitian yaitu untuk memprediksi kebutuhan lahan permukiman di Kota Ternate pada tahun 2025, 2030 dan 2035. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data sekunder. Prediksi populasi penduduk dihitung dengan pertumbuhan eksponensial. Kebutuhan permukiman penduduk diperoleh dengan asumsi setiap rumah tangga membutuhkan luas minimal 100 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan lahan permukiman berbeda pada tiap kecamatan. Ternate Selatan membutuhkan jumlah rumah mukim terbanyak dan lahan permukiman terluas yaitu 27.992 unit dengan luas 279,92 ha pada tahun 2025, 36.345 unit dengan luas 363,45 ha pada tahun 2030, dan 47.805 unit dengan luas 478,05 ha pada tahun 2035. Pulau Ternate yang paling sedikit membutuhkan rumah mukim dan lahan permukiman tersempit yaitu 3.113 unit den...
Tata Kota Islam Ternate: Tinjauan Morfologi dan Kosmologi
Kota Ternate, adalah sebuah Kota Islam yang berkembang sejak abad ke 6-17 Masehi. Meskipun pada masa itu dipengaruhi pula hegemoni kolonial terutama Portugis dan Belanda, namun sebagai sebuah pusat peradaban Islam, morfologi dan kosmologi kota ditata menurut konsep Islam dan konsep lokal. Melalui analisis arkeologi, aspek ruang morfologi dan kosmologi kota digambarkan. Untuk itu dilakukan survei arkeologi di wilayah Kota Ternate dengan menelusuri toponim-toponim kota kuno, kemudian melalui studi pustaka maupun wawancara dengan narasumber. Analisis arkeologi dilakukan, yakni dengan analisis keruangan melalui identifikasi data fitur yang mencirikan kota kuno Islam, serta analisis kontekstual melalui analogi sejarah dan budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan bentuk dan perkembangan kota, serta konsep kosmologi yang melatarbelakangi bentuk tata kota. Hasil penelitian antara lain bahwa komponen pusat kota yang dicirikan oleh bangunan kedaton sultan dan masjid sebagai pusat orientasi menjadi karakteristik Ternate sebagai kota peradaban Islam. Selain itu ciri lokal kota Ternate ditunjukkan dengan konsep kosmologi lokal, serta adanya pembagian ruang hunian pribumi dan pendatang. Dalam perkembangannya, ruang kota terbagi menjadi lima komponen, yakni komponen pusat kota, pemukiman, ekonomi dan niaga, penguburan, dan keagamaan.
Studi Desain Jalur Kendaraan Tak Bermotor Kawasan Perkotaan Di Kota Ternate
RENOVASI : Rekayasa Dan Inovasi Teknik Sipil, 2020
Kota Ternate adalah salah satu kota di Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate merupakan salah satu waterfront city di Indonesia yang awalnya dikenal dalam sejarah dunia sebagai pusat perdagangan rempah-rempah skala internasional di abad ke-15 silam. Selama menjadi kotamadya, Ternate telah menunjukkan perkembangan sebagai kota perdagangan dan industri serta kemajuan yang cukup pesat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Laju perkembangan Kota Ternate diiringi dengan laju peningkatan kendaraan bermotor. Pada tahun 2018 jumlah kendaraan mobil tumbuh menjadi 4.743 unit, dimana 3.763 unit adalah mobil pribadi (individu) sedangkan sisanya 980 unit merupakan mobil pemerintah (kendaraan dinas) dan angkutan umum. Pertumbuhan dan penggunaan kendaraan bermotor perlu diatasi dengan pengembangan moda transportasi alternatif. Kendaraan tidak bermotor dapat menjembatani kesenjangan antara penjalan kaki dan transportasi bermotor. NMT ekonomis untuk pengguna dan fasilitator serta dapat berfungsi sebagai alternatif untuk memecahkan masalah mobilitas perkotaan. Sepeda dan bendi sebagai kendraan tak bermotor, menjadi pemilihan masyarakat golongan tertentu sebagai sarana transportasi utama untuk bekerja. Kerakteristik NMT yang tidak menggunakan bahan bakar minyak untuk mengoperasionalkannya dianggap sebagai sarana transportasi dan paling murah dan mudah dijangkau masyarakat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk persepsi masyarakat tentang berlalu lintas menggunakan NMT dijalan raya dan mengetahui desain jalur NMT. Tinjauan pada penelitian ini berupa kendaraan tak bermotor. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara (Interview). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persepsi masyarakat dalam berlalu lintas mnggunakan NMT bahwa sebagian besar sangat sulit mencapai tujuan ketika berkendara dengan persentase 70% dan melakukan pergerakan atau alih tempat sangatlah berbahaya jika bercampur dengan transportasi kendaraan bermotor dengan persentase 82 %, begitu pula sebagian besar pengguna NMT ketika berlalu lintas pada volume lalu lintas yang berdesak-desakan dan ketika berkendara di bawa terik sinar matahari sangat tidak nyaman dengan persentase 80 % dan persentase 62 %. Oleh karena itu, pertimbangan indikator diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan akan jalur NMT sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dari pertimbanagan faktor keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Kata Kunci : Persepsi, Kendaraan tak bermotor, NMT. Latar Belakang Kota Ternate adalah salah satu kota di Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate merupakan salah satu waterfront city di Indonesia yang awalnya dikenal dalam sejarah dunia sebagai pusat perdagangan rempah-rempah skala internasional di abad ke-15 silam. Selama menjadi kotamadya, Ternate telah menunjukkan perkembangan sebagai kota perdagangan dan industri serta kemajuan yang cukup pesat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selama menjadi kotamadya, Ternate telah menunjukkan perkembangan sebagai kota perdagangan dan industri serta kemajuan yang cukup pesat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Laju perkembangan kota Ternate beriring dengan lajunya peningkatan kendaraan bermotor.
Pendekatan Ekonomi Wilayah Dalam Perencanaan Pembangunan Kota Samarinda
Jurnal Borneo Administrator, 2017
For the last ten years, mining and processing industry has become the biggest contributor in economic sectors for Samarinda after trading, restaurant and hotel. But in fact, both sectors have been decreasing due to the lack of resources. This study aims to capture the development of the sub-districts based on their local potential and development by using qualitative method. The focus of this study is to identify the local potential based on economic sectors (agriculture, processing industry; trading and restaurant; and transportation and communication). In collecting the data, this study makes use the secondary data that are collected from various literatures. The results are that the mapping of the development of the districts in Samarinda based on its economic potential can be grouped or defined into three economic clusters: Leading Cluster, Potential Cluster and Opportunity Cluster.Keywords: regional economic, development planning.Sepuluh tahun terakhir lapangan usaha yang menja...