INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN (IKL) EKOSISTEM LAMUN BERDASARKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA (Environmental Sensitivity Index (ESI) In Seagrass Ecosystem Based On The Utilization Of Fisheries Resources In Karimunjawa) (original) (raw)

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN (DEPENDENCY OF GILLNET FISHER IN KARANGSONG, INDRAMAYU TO FISH RESOURCES) Corresponding author

Fishermen have a high level dependency on fish resources. Therefore, it is necessary to make a job diversification as an alternative income. However, to diversify the job, it is necessary to analyze the dependency level of fishermen on fish resources. The purpose of this research are (1) to describe gillnet fisheries in PPI Karangsong, (2) to analyze the dependency level of fishermen in PPI Karangsong on fish resources. Using cryterias of number of families, time allocation, income, and expenses dependency level ofishermen were calculated using Multi Cryteria Analysis (MCA). The result of this stydy showed that gillnet fishermen in Karangsong coastal fishing port is dominated by gillnet 0-10 GT group. Gillnet ship which less than 25 GT is still using ice to preserve the fish, while the bigger ship (≥ 25 GT) already using freezer. Dependency level of fishermen who operated gillnet < 20 GT is higher than gillnet > 20 GT. ABSTRAK Ketergantungan nelayan terhadap sumberdaya ikan pada umumnya memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya diversifikasi pekerjaan sebagai sumber pendapatan alternatif saat ikan susah didapatkan. Namun untuk melakukan diversifikasi pekerjaan tersebut, maka perlu dilihat terlebih dahulu tingkat ketergantungan nelayan terhadap sumberdaya ikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan perikanan gillnet di PPI Karangsong, (2) menganalisis tingkat ketergantungan nelayan gillnet di PPI Karangsong terhadap sumberdaya ikan. Perhitungan tingkat ketergantungan menggunakan Multi Cryteria Analysis dengan kriteria yang digunakan yaitu jumlah keluarga, alokasi waktu, pendapatan, dan pengeluaran. Perikanan gillnet di PPI Karangsong didominasi oleh kelompok gillnet 0-10 GT. Kapal gillnet < 25 GT masih menggunakan es, sedangkan kapal ≥ 25 GT menggunakan freezer. Tingkat ketergantungan nelayan gillnet 0-20 GT terhadap sumberdaya ikan lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan gillnet > 20 GT.

TUTUPAN LAMUN DAN KONDISI EKOSISTEMNYA DI KAWASAN PESISIR MADASANGER, JELENGA, DAN MALUK KABUPATEN SUMBAWA BARAT SEAGRESS COVERAGE AND ECOSYSTEM CONDITION AT THE COASTAL AREA OF MADASANGER, JELENGA AND MALUK, WEST SUMBAWA

The increase of temperature might affect the distribution and reproduction of seagrass. This research aims to determine the seagrass bed coverage and the ecosystem condition. Three line transects were established perpendicular to the coastal line with the distance of 50-100 m, or up to the border of the intertidal area. In each transect, sampling points were determined with a distance of 10-20 m. At the sampling points, a plot of 50 cm x 50 cm was established to measure the coverage percentage of seagrass vegetation. The seagrass species were also observed and recorded along the line transects. The percentage of seagrass coverage was measured using a method from Saito and Atobe (1994). The results showed that the coastal area of Jelenga has the highest percentage of seagrass coverage (>60%, healthy) among other coastal areas. This may be caused by the characteristic of Jelenga coast which was relatively calm, few visitors, low water turbidity, and high light penetration. While, other transects have percentage coverage of less than 60% (less healthy). There was one transect on Maluk coast which has coverage percentage of less than 29% (lack of seagrass species). The small coverage percentage on Maluk coast can be caused by the high number of visitors and high activity of fishing boats around the coast which results in high turbidity.

BIODIVERSITAS DAN SEBARAN SUMBERDAYA IKAN DI DAERAH EKOSISTEM LAMUN PESISIR TIMUR PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

Ekosistem lamun merupakan salah satu dari komponen penting sebagai penyusun kesatuan ekosistem pesisir bersama dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ekosistem lamun itu sendiri merupakan ekosistem pesisir yang memiliki produkstivitas primer dan sekunder yang tinggi dengan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan keragaman ikan. Kabupaten Bintan merupakan kepulauan dari wilayah Indonesia yang memiliki ekosistem lamun terluas yaitu sebesar 2500 ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biodiversitas jenis ikan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun dan sebarannya di lokasi penelitian. Peneltitian ini dilakukan di Desa Malang Rapat dan Berakit pada bulan September sampai November 2014. Pengambilan data meliputi sampling komunitas ikan dan sebaran sumberdaya ikan. Analisis data meliputi analisis komposisi jenis, struktur komunitas, dan sebaran spasial dengan Google erth 2015. hasil penelitian menunjukkan bahwa biodiversitas jenis ikan dilihat dari struktur komunitas dan komposisi jenis ikan di ekosistem lamun di Desa Malang Rapat dan Berakit terdapat perbedaan. Struktur komunitas di Desa Malang Rapat berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (H’) dan keseragaman (E) sebesar 2,56 dan 0,93 lebih tinggi dibanding Desa Berakit yaitu sebesar 1,69 dan 0,62. Nilai tersebut menunjukkan keankeragaman di Desa Malang Rapat Sedang dan komunitas dalam kondisi stabil. Sedangkan di Desa Berakit menunjukkan keanekaragaman rendah dan komunitas dalam kondisi labil. Sedangkan untuk nilai indeks dominansi (C) dari masing-masing desa tergolong rendah dengan nilai masing-masing desa sebesar 0,09 dan 0,34. Sedangkan untuk sebaran spasial dari sumberdaya jenis ikan tersebar di dekat dengan pantai di Desa masing-masing.

KONDISI SUMBERDAYA IKAN & TERUMBU KARANG DI PULAU MARATUA, KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Satyaminabahari, 2017

This research aims to obtain describe about the condition of coral reefs and fish around maratua island. Parameter measured to support this research are the percentages of coral cover, abundance of coral fishes, and composition the types of coral fihes. The data field survey was conducted in maratua waters on July 2014. Research sites consisting of 20 station surrounding this island. Result shows that average of coral reefs in reef edge zone in good condition with a coral covered (life coral) 61 % and hard coral composition is 55 % dan soft coral 6 %. The coral reefs covered (stony coral) about 62% in depth 3-6 meters consisting of : 36 % Acropora and 26% non acropora ; and 5% others fauna ; and dead coral abour 22 %. Fish who associated with coral inhabiting waters surrounding maratua island consist of ornamental fish and reef fish consumption, which many found are Pomacentridae, Labridae, Acanthuridae, Chaetodontidae, and Nemipteridae. Result based on field observtion was found about 33 species with diversity index (H') average 1.57 (relatively small), Uniformity index (E) average 0.3 (depressed community), and donination Index (C) average 0.42 (low). PENDAHULUAN Indonesia memiliki 17.804 pulau dan beberapa diantaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga. Pulau Kalimantan adalah salah satu wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara malaysia. Maratua sebagai salah satu pulau terluar di Kalimantan harus dikembangkan potensinya agar tidak tertinggal dengan wilayah pesisir negara tetangga. Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur memiliki kawasan yang terdapat pulau Maratua dimana memiliki kekayaan sumberdaya pesisir dan laut yang unik terdiri atas terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Ekosistem tersebut merupakan sumberdaya alam yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Namun ekosistem tersebut kini berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan karena berbagai aktivitas masyarakat yang merusak (destruktif) dan ekstraktif demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berdasarkan data hasil penelitian Wiryawan et al, 2007 ekosistem terumbu karang di wilayah ini mengalami peningkatan kerusakan hingga 50% dalam 50 tahun terakhir (P2O LIPI, 2006).Potensi sumberdaya ikan laut pulau Maratua yang melimpah banyak di gunakan pada sektor penangkapan. Sektor ini memberikan banyak manfaat utamanya sebagai bahan konsumsi masyarakat. Aktivitas penangkapan yang sangat tidak ramah lingkungan menyebabkan sumber daya ikan diwilayah ini mengalami kerusakan. Hal tersebut diakibatkan masih adanya penggunaan bom/ bahan peledak untuk menangkap ikan.

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERLUASAN AREAL KOLAM BUDIDAYA IKAN DI LAHAN RAWA LEBAK Studi Kasus Di Desa Tungkaran Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar

Enviroscienteae, 2016

This research aims to know the people perception on the increasing of the pond fish culture in lowland swamp, and to know the connection of the people perception with certain factors such as : the family income, extension, the length of business, the main business and the wide of the business areal.The data were compiled by survey using question-answer method which is based on the research variables, in which to get the quantitative data results. Research location was based on the purpossive sampling in Tungkaran villages which had the lowland swamp areal with had the fish culture in ponds, in Martapura areal, Kabupaten Banjar. Samples were taken by proportional from 30 persons with three strata research population where the family wich stay around the lowland swamp with 20 family, the local paddy-farmer family in lowland swamp with 50 family, and the pond-fish farmer family with 18 family; so that the total research population were 88 family. Analysis data for knowing the people perception on the increasing of the fish culture in lowland swamp, by counting the perception value (PV), while to know that there were conection or not by using Chi-Square Test (X 2) (Setiawan, 2005), and to determine how closely the relationship between two variabels used in the test Koefisien Kontingensi (C) (Hadi, 1991).The result showed that : the people perception on the increasing of the fish-pond culture was 44,07%, in which this result indicated in decreasing criteria. The variable in which not connected with the people perception were the family income, the length of time business, the wide of business areal; while the variables which connected to the people perception were extension and the main business/job.

ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN LELE MASAMO (Clarias Gariepinus) KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Grouper

Lele Masamo merupakan jenis lele yang pertumbuhannya lebih cepat, nafsu makannya tinggi, tahan terhadap penyakit, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan mampu bertahan di iklim yang ekstrim. Masyarakat di Desa Pelang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tambak. Rata-rata jenis ikan yang dipilih untuk dibudidayakan adalah Lele Masamo. Lele Masamo merupakan produk baru yang dibudidayakan di Desa Pelang, sehingga analisa usahanya perlu diketahui. Penelitian dilakukan pada bulan Mei s.d. Juni 2017 dengan menggunakan 3 (tiga) kolam pembudidaya yang berbeda, masing-masing kolam berukuran 150 m2, 175 m2, dan 150 m2 dan benih yang ditebar yaitu ikan Lele Masamo ukuran 7 cm dengan kepadatan 5000 ekor/kolam. Analisa usaha yang ingin diketahui yaitu jumlah besar biaya produksi, penerimaan dan keuntungan serta kelayakan usaha budidaya ikan Lele Masamo di Desa Pelang. Data yang mendukung hasil analisa usaha ter...

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE DESRIANA RAMADHANI

IAIN KENDARI, 2024

Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana perbandingan hasil tangkapan (pendapatan) nelayan yang menggunakan alat teknologi dan yang menggunakan alat tradisional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, apakah sudah optimal atau belum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan ekonomi syariah terhadap penggunaan alat teknologi tangkapan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat teknologi membawa dampak yang baik, yaitu bisa meningkatkan kesejahteraan bagi penggunanya karena penghasilan yang di dapatkan cukup besar, tetapi untuk di Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe belum sepenuhnya bisa dikatakan sejahtera karena mayoritas para nelayannya masih menggunakan alat tradisional, sehingga menyebabkan penghasilan yang di dapatkan sangat kecil dan juga kurangnya keterampilan untuk mengembangkan usaha lain, sehingga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Untuk pandangan ekonomi syariah terhadap penggunaan alat teknologi yang digunakan nelayan sejalan dengan keempat prinsip Islam, tetapi untuk prinsip khalifah (penjaga) belum sepenuhnya optimal. Karena adanya efek dari perusahaan dan kapal pengangkut batu bara, yang membuat lingkungan laut menjadi terkontaminasi. Sehingga dapat disimpulkan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam di Kecamatan Lalonggasumeeto yakni hanya prinsip tauhid (kesatuan, prinsip mizan (keseimbangan) dan prinsip fitrah (alam).

PENDEKATAN EKOSISTEM UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN ARWANA IRIAN, Scleropages jardinii DI SUNGAI MARO, MERAUKE–PAPUA

Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 2013

Pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem merupakan bagian dari berbagai prinsip dasar pengelolaan perikanan sejak disetujuinya konvensi mengenai keanekaragaman hayati (Convention on Biological Diversity), dan FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries. Ikan arwana irian (Scleropages jardinii) merupakan satwa yang dilindungi sehingga pemanfaatannya didasarkan pada jumlah kuota nasional. Sampai saat ini, jumlah kuota yang ditetapkan belum didasarkan secara proporsional atas potensi sumberdaya riil (stok) ikan arwana di setiap perairan sungai yang berada di empat kabupaten, yaitu: Kabupaten Merauke, Boven Digul, Mappi dan Asmat. Sungai Maro di Kabupaten Merauke merupakan salah satu kawasan eksploitasi ikan arwana yang paling intensif. Oleh karena itu, kebijakan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan arwana dengan pendekatan ekosistem di perairan Sungai Maro perlu dilakukan. Pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya ikan arwana di Sungai Maro terdiri dari nelayan, kepala dusun, kepala adat, plasma (pengumpul yuwana ikan arwana), pengusaha ikan hias, penangkar, pemerintah daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Merauke, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Merauke), Balai Konservasi Sumberdaya Alam dan Agen Perubahan (Peneliti Badan Litbang Kelautan dan Perikanan dan Penyuluh). Langkah-langkah pengelolaan sumberdaya ikan arwana yang perlu diterapkan meliputi: penetapan kuota yuwana ikan arwana di Sungai Maro sebanyak 112.000 ekor per musim; penetapan kawasan konservasi habitat pemijahan dan pembesaran yuwana arwana di sebagian kecil kawasan sentra penangkapan yang hanya ditutup pada musim penangkapan yuwana ikan arwana; pencatatan hasil tangkapan yuwana ikan arwana yang dilakukan oleh nelayan dan pengumpul sesuai dengan kuota; adopsi pengelolaan secara ko-manajemen dan berdasarkan pendekatan ekosistem yang didasarkan pada indikator pengelolaan yaitu indikator lingkungan sumberdaya, biologi, sosial dan ekonomi.