Pengertian Tadris dalam Al-Qur'an (original) (raw)

KONSEP TADRIS DALAM AL-QUR'AN

Tadris dalam Al-Qur'an merujuk pada konsep pengajaran atau pendidikan yang tidak hanya mengutamakan penyampaian ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan pengembangan spiritualitas. Dalam Al-Qur'an, pendidikan dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan umat manusia kepada Allah, dengan menekankan pentingnya ilmu yang disertai hikmah (kebijaksanaan). Tadris mengajarkan bahwa ilmu tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan umat secara keseluruhan. Ayat-ayat seperti dalam Surah Al-‗Alaq (96:1-5) dan Surah Al-Baqarah (2:269) menekankan bahwa ilmu adalah anugerah dari Allah yang harus diterima dengan kesadaran spiritual dan disertai dengan niat yang tulus untuk memahami hakikat kehidupan. Tadris dalam Al-Qur'an juga mengarah pada pendidikan yang bersifat holistik, mencakup aspek intelektual, moral, dan spiritual. Proses belajar dalam Islam tidak hanya melibatkan transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan akhlak yang baik, penguatan iman, dan pemahaman yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian, konsep tadris dalam Al-Qur'an mengajarkan pentingnya ilmu yang berguna, penerapan yang bijaksana, dan pengajaran yang mengarah pada kehidupan yang penuh berkah baik di dunia maupun di akhirat.

Konsep tabzir dalam Al-Qur'an

2007

Dalam ajaran Islam, setiap orang diwajibkan membelanjakan harta miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri pribadi, keluarga dan menafkahkan di jalan Allah. Dengan demikian, Islam adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan. Kewajiban-kewajiban tersebut diiringi dengan larangan bertindak mubazir, karena Islam mengajarkan kepada manusia agar bersikap sederhana. Sebab harta yang mereka gunakan akan dipertanggungjawabkan di hari perhitungan. Yang menjadi pokok masalah: Bagaimanakah gambaran al-Qur’an tentang konsep tabzir? Apakah yang ditimbulkan dari sikap tabzir menurut al-Qur'an? Bagaimanakah sikap kita terhadap perilaku tabzir menurut al-Qur'an? Adapun metode penelitian ini bercorak library murni, dalam arti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Untuk memudahkan pelacakan ayat-ayat al-Qur'an yang diperlukan dalam membahas topik-topik tertentu, maka kitab al-Mu'jam. al-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-...

Ta'rif dan Tankir di dalam Al-Qur'an

Resume, 2021

Ta’rif dan Tankir atau biasa disebut Ma’rifat danNakirah adalah sebuah komponen kaidah bahasa Arab yangtidak dapat dilepaskan terhadap penafsiran Al-Qur’an,karena Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa Arab,sehingga penguasaan akan komponen ta’rif dan tankirtersebut amatlah penting bagi pemahaman suatu ayat Al-Qur’an.Ta’rif dan tankir berasal dari akar kata Ma’rifat dannakirah. Kedua istilah tersebut merupakan sebutan bagi katabenda (ism). Ta’rif secara singkat ialah istilah yangmenunjukkan suatu yang jelas dan terbatas, sedangkannakirah ialah istilah yang menunjukkan suatu yang masihumum tanpa memberi batasan yang jelas dan tegas. Padamakalah ini penulis tidak akan memberikan seluk-beluk tentang ta’rif dan tankir, namun penulis akan membahasimplikasi atau keterlibatan ta’rif dan tankir dalam penafsiranayat Al-Qur’an. Pada makalah ini penulis akan membagi duasub bahasan. Yang yang pertama akan membahas analisamengenai urgensi ta’rif dan tankir dalam implikasi atauketerlibatannya dalam penafsiran Al-Qur’an. Sementarauntuk sub bahasan yang kedua ialah kesimpulan dari subbahasan yang pertama.

Pengertian Al-Taqdim wa al-Ta'khir dalam Al-Quran

Taqdim dan ta'khir dalam al-Quran adalah penyebutan suatu lafad dengan mendahulukan atau mengakhirkan atas lafad yang lain. Jika penyebutannya mendahului, maka dalam hal ini adalah muqaddam. Sebaliknya, lafad yang disebutkan kemudian adalah muakhkhar.

Tabarruj dalam Alquran

Yusuf , 2019

i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat yang luar biasa, baik itu nikmat iman maupun nikmat Islam, semuanya wajib kita syukuri dengan segala bentuk ketaatan kita kepada Allah Swt. Allah Swt. juga memberikan nikmat sehat yang selalu kita terima setiap hari dan disetiap saat, mudah-mudahan dengan nikmat sehat ini menjadi salah satu alasan kita untuk tetap semangat dalam mencari ilmu dan juga menyebarkan ilmu yang telah kita dapat kepada orang lain yang memang wajib kita sampaikan.

SEJARAH METODOLOGI TAFSIR AL QUR'AN DAN AL HADIS

Abstrak Pada kajian ini menjelaskan tentang sejarah metodologi penafsiran Al Qur " an dan hadis pada masa klasik, moderen, dan kontemporer hingga pada saat ini. Dimana Metodologi merupakan seperangkat cara yang digunakan mufassir untuk mengungkapkan atau memahami Al Qur " an. Al Qur " an sebagai kitab petunjuk bagi manusia tidak bisa dipahami secara langsung tanpa melalui kaidah-kaidah penafsiran yang berlaku. Metode yang digunakan para ulama klasik pada saat itu ialah dengan perkataan atau qaul sahabat. Karena dengan perkataan sahabat atau orang yang bertemu dengan nabi pasti kaidah penafsirannya tidak banyak menyimpang. Kemudian para ulama moderen saat ini juga menggunakan metode moderen-kontemporer utuk mengetahui makna dari kandungan ayat-ayat Allah yang digunakan untuk pedoman umat islam baik tentang hukum, keyakinan, dan ajaran-ajaran yang dianjurkan oleh syariat islam dan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan. Agar tidak terjadi perbedaan dan pemahaman dalam sebuah ayat. Rasulullah Saw merupakan seoarang ahli tafsir yang pertama kali pada masa sahabat,kemudian Sesudah generasi para sahabat lalu pada saat ini di teruskan oleh generasi tabiin yang belajar islam kepada sahabat-sahabat dari wilayah sendiri ataupun diwilayah yang lain. Ada tiga kota yang utama dalam proses pendidikan Al Qur " an yang masing-masing kota melahirkan madrasah atau madzhab sendiri yaitu di antaranya adalah, kota mekkah, Madinah, dan irak. Dan Seiring dengan perkembangan zaman telah banyak penafsiran ayat-ayat Al Qur " an yang terus berkembang dan pada saat ini. Untuk itu kita harus mengetahui penafsiran-penafsiran dari masa klasik hingga moderen-kontemporer dan dari masa sahabat hingga generasi tabiin. Kata Kunci: Tafsir Al Qur'an dan Al Hadis(klasik, moderen dan kontenporer) Abstract In this study describes the history methodology of interpretation of Qur'an and Hadith in the classical period, modern, and contemporary until today. Where methodology is a set of ways in which commentators to express or understand the Qur'an. Qur'an as a book of guidance for mankind can not be understood directly without going through the rules of interpretation applicable. The method used by the classical scholars at the time is in word or qaul friend. Because the words of friends or people who met with the rules of interpretation prophet certainly not much distorted. Then the scholars of modern today using modern-contemporary weeks to know the meaning of the content of the verses of Allah used to guide the Muslims good about the law, beliefs, and teachings advocated by the Islamic Shari'a and the provisions that have been set , To avoid differences and understanding in a paragraph. Prophet is seoarang Commentators first time during companions, then After the Companions generation ago today forwarded by generations of successors who studied Islam to the companions of his own territory or region to another. There are three major cities in the educational process Quran that each city gave birth to the madrasas or schools themselves which of them is, the city of Mecca, Medina, and Iraq. Along with the times and

PENGGUNAAN HADIS DALAM TAFSIR AL-QUR'AN MENURUT MINARDI MURSYID

Abstrak: Penelitian ini mengkaji metode penafsiran al-Qur'an yang digunakan oleh Minardi dan pandangannya terhadap penggunaan hadis dalam penafsiran al-Qur'an, serta kaitannya dengan kaum Qur'aniyyun. Secara metodologis model penafsiran al-Qur'an Minardi mendekati model tafsir maudlu'i tetapi mempunyai perbedaan dengan tafsir maudlu'i pada umumnya. Ada tiga prinsip yang dipegang yaitu kesempurnaan Al-Qur'an, pendekatan kebahasaan (Arab), dan takwil. Kronologi turunnya ayat (sabab nuzul), hadis nabi serta riwayat para sahabat, naskh dan takhsis tidak digunakan. Al-Qur'an hanya ditafsirkan dengan ayat al-Qur'an lainnya, selebihnya ia menggunakan akal dan ilmu pengetahuan kontemporer. Hadis hanya diakui jika sejalan dengan al-Qur'an, sehingga ia tidak merujuk langsung kepada hadis. Metode penafsirannya tersebut dapat dikatakan ia menolak penggunaan hadis sebagai hukum. Hal ini memiliki kesamaan dengan pemikiran kaum Qur'aniyyin (Ingkar sunnah), meskipun ia tidak mengutip pendapat-pendapat mereka.