Analisis Optimasi Akses Radio Frekuensi Pada Jaringan Long Term Evolution (lte) Di Daerah Bandung (original) (raw)

Analisis Perancangan Jaringan Long Term Evolution (Lte) DI Wilayah Kota Banda Aceh Dengan Fractional Frequency Reuse Sebagai Manajemen Interferensi

eProceedings of Engineering, 2014

Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi yang mendukung layanan data dengan kecepatan tinggi. Hal itu dimungkinkan karena adanya teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada LTE, digunakan teknologi OFDMA untuk mengurangi intersymbol interference (ISI), akan tetapi nilai interferensi tetap saja tinggi. Hal tersebut sangat mempengaruhi performansi pengguna di sisi pinggir sel (cell edge) pada khususnya dan kapasitas sel pada umumnya. Hal inilah yang menjadi latar belakang tugas akhir ini. Perancangan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan dan analisis data, perencanaan jaringan berdasarkan pendekatan secara kapasitas (Capacity planning) dan daerah cakupan (Coverage Planning) dan terakhir melakukan simulasi hasil perencanaan dengan menggunakan software Atoll. Untuk mendapatkan konfigurasi planning berdasarkan kapasitas dilakukan perhitungan dengan Single User Throughput sedangkan pada pendekatan berdasarkan daerah cakupan dalam perhitungan nilai Link Budget dan radius sel, diperlukan permodalan kanal propagasi. Model propagasi Okumura-Hatta yang dipakai pada perencanaan jaringan ini karena sesuai dengan frekuensi yang digunakan yaitu 700 MHz. Dari perancangan yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis berupa kebutuhan throughput untuk wilayah kota Banda Aceh sebesar 402,567 Mbps, dengan estimasi jumlah pelanggan LTE sebanyak 11.857 User. Kebutuhan jumlah sel untuk memberikan pelayanan optimal di Kota Banda Aceh adalah sebanyak 10 sel dengan radius sel masing-masing untuk daerah Dense Urban (0.43 Km), daerah Urban (0.61 Km) dan daerah Sub Urban sebesar (1.16 Km). Dari hasil simulasi juga terlihat performansi LTE dengan fractional frequency reuse (FFR) lebih baik daripada teknik manajemen interferensi lain dalam mengatasi noise + interference dimana nilai simulasi LTE FFR sebesar-63.18 dBm sedangkan LTE biasa sebesar-59.01 dBm yang berarti nilai noise + interference LTE FFR lebih kecil.

Analisis Perencanaan Transmisi Microwave Link antara Semarang-Magelang untuk Radio Access Long Term Evolution (LTE) [Analysis of Semarang-Magelang Microwave Link Transmission Planning for Radio Access Long Term Evolution (LTE)]

Buletin Pos dan Telekomunikasi, 2019

Telecommunication technology that is widely used to communicate in the internet era today is Long Term Evolution (LTE) technology. In carrying out LTE services, the link is needed between the access network and the core or commonly known as backhaul. One of the backhaul widely used to connect a communication link is a microwave backhaul. The application of a microwave link uses extensively for the line of sight (LOS) communication. Therefore, this microwave link planning is not easy because there will be many factors that influenced the communication link, include barriers, fading, attenuation, noise, and distance. In this research, microwave link planning will be carried out between the Semarang City and the Magelang City using three scenarios. The first scenario conducted by using single-hop or direct communication, the second scenario using an active repeater, then the third scenario using the passive repeater. The last result shows that the most suitable scene to be applied in the Semarang-Magelang microwave link is the second scenario. Using active repeater, which reflecting and amplifying the Tx site signal towards the Rx site, is considered to be a solution for the link trajectory, which contained high obstacle and great distance. Using the second scenario from this research, showing that the signal power at Semarang and Magelang site is-54,67 dBm and-48,66 dBm. These signals are above both of Rx threshold site, that is-67,50 dBm.

Analisis Perancangan Jaringan Long Term Evolution (Lte) Frekuensi 2300mhz Dan Wi-Fi 802.11n Existing Frekuensi 2400mhz Pada Gedung Hotel Santika Purwokerto

Conference on Electrical Engineering, Telematics, Industrial technology, and Creative Media (CENTIVE), 2018

Abstrak-Hotel Santika yang merupakan hotel dengan pengunjung padat dikota Purwokerto memiliki gedung bertingkat daan terdapat berbagai ruangan dan banyak kamar dengan material berbeda sehingga menyebabkan menurunnya kualitas sinyal pada sisi capacity dan coverage.Hal tersebut tentunya mengganggu jaringan komunikasi,yang berakibat user tidak mendapatkan sinyal dengan baik. Sehingga untuk mewujudkan dan menunjang permintaan user akan layanan komunikasi yang memiliki kualitas sinyal dan kapasitas jaringan yang baik di dalam ruangan, diperlukan perancangan jaringan LTE 2300 Mhz dan wifi 2400 Mhz. Perancangan jaringan LTE dan WiFi dilakukan untuk mendapatkan jumlah FAP (Femtocell Access Point) LTE dan AP (Access Point) WiFi menggunakan perhitungan coverage dan capacity. Parameter yang akan dianalisis yaitu receive signal level (RSL) dan signal to interference ratio (SIR).Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah Hasil Penelitian dengan kinerja paling optimal adalah dengan menggunakan hasil perancangan 7 FAP LTE tiap lantai dengan 9 AP WiFi untuk tiap lantai dengan hasil SIR 4.74dB dengan RSL-38.68.

Perancangan Cakupan Area Long Term Evolution (LTE) Di Daerah Banyumas

JURNAL INFOTEL - Informatika Telekomunikasi Elektronika, 2012

Along with the rapid technological developments in all fields of technology, it’s including telecommunications technology. Many facilities are offered, for example, is the development of telecommunications services for voice, data and video. This offer must be supported by great technology,which is ability transfer data with high speed transfer data rate. The technology that able to grant this needs is LTE technology. LTE technology was developed from Global System for Mobile (GSM) and Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) and this technology has transfer data rate up to 100 Mbps for the downlink and 50 Mbps for the uplink direction. Because the distribution of technological progress in various areas including Banyumas, it would require an application of LTE technology in that area. These applications will not run without proper planning of an LTE network to cover all areas of Banyumas. In order to apply the optimal LTE network in Banyumas it is necessary to design...

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENGGUNAKAN METODE FREKUENSI REUSE 1, FRACTIONAL FREQUENCY REUSE DAN SOFT FREQUENCY REUSE STUDI KASUS KOTA BANDUNG

Abstrak Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi yang mendukung layanan data dengan kecepatan tinggi. Hal itu dimungkinkan karena adanya teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada LTE, digunakan teknologi OFDMA untuk mengurangi intersymbol interference (ISI), akan tetapi nilai intercell interference (ICI) tetap saja tinggi. Hal tersebut sangat mempengaruhi performansi pengguna di sisi pinggir sel (cell edge) pada khususnya dan kapasitas sel pada umumnya. Diperlukan manajemen interferensi untuk mengurangi masalah tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, maka dalam tugas akhir ini dilakukan analisis perancangan jaringan LTE dengan manajemen interferensi, manajemen interferensi yang diguanakan pada tugas akhir ini adalah penggunaan skema frekuensi reuse. Pada proses perencanaan jaringan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan cakupan area sekaligus pada saat yang sama menyediakan kapasitas yang diinginkan. Skema frekuensi reuse yang digunakan adalah frequency reuse 1, fractional frequency reuse (FFR) dan soft frequency reuse (SFR). Skema frekuensi reuse tersebut dibedakan dengan pengalokasian resource block dan power pada dimensioning sel. Penelitian ini menganalisis performansi jaringan hasil perencanaan. Parameter yang dianalisis dari tugas akhir ini adalah CINR, kapasitas sel, throughput, jumlah sel yang dibutuhkan dan banyaknya user yang gagal mengakses jaringan. Dibandingkan dengan frequency reuse 1, nilai CINR pada fractional frequency reuse meningkat sebesar 10.28 dB, sedangkan pada soft frequency reuse meningkat sebesar 15.9 dB. Pada fractional frequency reuse, nilai throughput menurun sebesar 30.1% dibandingkan frequency reuse 1, sedangkan dengan metode soft frequency reuse naik sebesar 118% dibandingkan frequency reuse 1. Jumlah pelanggan yang gagal melakukan koneksi pada fractional frequency reuse meningkat sebesar 1.3% dibandingkan dengan frequency reuse 1, sedangkan pada soft frequency reuse menurun sebesar 12.6%. Hal ini dikarenakan pada SFR, semua bandwidth yang ada digunakan pada masing-masing sektor, serta dipakainya frekuensi yang berbeda-beda dari masing-masing cell edge. Abstract Long Term Evolution (LTE) is technology that support high data rate. The high data rate is supported by OFDMA. In the LTE, intersymbol intereference (ISI) reduced by OFDMA, but the value of intercell interference is still high. The ICI will give effect to the performance of user of the cell edge and cell centre. To avoid the ICI is needed an intercell interference management. Depend on that problem, on this research analysis the LTE network planning with interference management scheme. The frequency reuse schemes that used in this final project are frequency reuse 1, fractional frequency reuse and soft frequency reuse. The frequency reuse schemes differentiated by the resource block and power allocation in the cell dimentioning. This research analysis the performance of radio network planning. The parameters that analyzed are CINR, cell capacity, throughput, the number of cell and the total of user rejected to connect the network. Just than the frequency reuse, fractional frequency reuse CINR increase at 10.28 dB, while the soft frequency reuse increase at 15.9 dB. On the fractional frequency reuse, compared with frequency reuse 1, the throughput decrease at 30.1%, while the soft frequency reuse increase at 118%. The total user rejected of the fractional frequency reuse compared with frequency reuse 1 is increase at 1.3%, while the soft frequency reuse is decrease at 12.6%. Because on the SFR, all of bandwidth allocation is used on the cell and the cell edge frequency is difference each other.

Perencanaan Coverage Dan Capacity Jaringan Long Term Evolution (lte) Frekuensi 700* Mhz Pada Tol Cipularang (cikampek-purwakarta-padalarang) Menggunakan Metode Physical Cell Identity (pci)

2015

ABSTRAK Pada tugas akhir ini dilakukan perencanaan jaringan LTE outdoor pada Tol Cipularang (Cikampek- Purwakarta–Padalarang). Perencanaan jaringan LTE ini dilakukan dengan cara perhitungan coverage dan capacity. Perhitungan coverage digunakan untuk mendapatkan radius daya pancar radio antena atau BTS (Base Transceiver Station). Perhitungan capacity digunakan untuk mengetahui jumlah kapasitas yang disediakan oleh antena atau BTS, serta mengetahui throughtput yang akan didapatkan oleh user yang ada di Tol tersebut. Pada penelitian ini juga dilakukan perencanaan trafik yang diperlukan sebagai data pendukung dalam perencaan jaringan LTE outdoor ini. Kemudian dilakukan perencanaan berdasarkan neighbour relation dan physical cell identity (PCI). Perencanaan jaringan LTE di jalan tol Cipularang ini disertai dengan simulasi menggunakan software ATOLL. Dengan adanya PCI terutama di daerah utama yaitu sepanjang jalur Tol Cipularang dengan membandingkan sebelum dan sesudah menggunakan metode ...

Analisis Performansi Konektifitas Pada Jaringan Wireless Broadband di Bandung

ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 2014

Perkembangan teknologi komunikasi Wireless mengarah ke teknologi yang berbasis jaringan IP (Internet Protocol). Access Point adalah suatu perangkat Wireless Router. Access point membentuk hot spot, sedangkan Wireless Router mengatur lalu lintas data. Parameter yang diukur pada penelitian ini yaitu Quality of Service (QoS), antara lain pengukuran jitter, delay, dan packet loss yang dihasilkan dalam layanan paket data. Nilai jitter rata-rata sesama pengguna modem ADSL yang terhubung dengan access point pada smartphone bernilai 143.36 ms sedangkan pada laptop berada pada nilai 45.6 ms. Nilai jitter sesama penguna modem GPON, nilai rata-rata pada smartphone bernilai 133.12 ms, sedangkan pada laptop berada pada nilai 45.56 ms. Nilai rata-rata delay sesama pengguna modem ADSL pada smartphone bernilai 99.04 ms, sedangkan pada laptop sebesar 56.33 ms. Nilai rata-rata delay pada sesama pengguna modem GPON pada smartphone adalah 97.96 ms sedangkan pada laptop sebesar 56.15 ms. Packet loss dari hasil pengujian keduanya memiliki presentase sama yaitu 1%.

Kajian Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Node B 4G di Kota Tangerang Selatan

Techno.Com

Kualitas jaringan Long Term Evolution (LTE) di Kota Tangerang Selatan masih kurang optimal, berdasarkan data hasil drive test nilai rata-rata RSRP dan SINR termasuk dalam kategori buruk. Hal tersebut dikarenakan jumlah site yang masih kurang, serta gedung-gedung yang menghalangi site. Perlu dilakukan perencanaan ulang untuk meningkatkan kinerja jaringan LTE di Kota Tangerang Selatan dengan melakukan perhitungan estimasi jumlah penduduk serta pengguna seluler pada tahun 2024, untuk mengetahui jumlah site yang dibutuhkan yang mencakup seluruh area di Kota Tangerang Selatan. Nilai total loss yang disebabkan oleh gedung–gedung di wilayah Kota Tangerang Selatan juga diperhitungkan, dengan menggunakan perbandingan model propagasi COST 231 dan Lee, sehingga didapatkan prediksi cakupan site serta jumlah site yang dapat mencakup keseluruhan area. Hasil yang didapatkan dari perencanaan jaringan 4G LTE di Kota Tangerang Selatan pada eNodeB berdasarkan kapasitas dari nilai parameter RSRP dan ...

Analisis Perencanaan Jaringan Lte Advanced Menggunakan Metode Tri – Band Carrier Aggregation Di Soreang Kabupaten Bandung

eProceedings of Applied Science, 2019

Pengguna layanan jaringan LTE terus meningkat, sehingga menyebabkan kepadatan beban trafik site tinggi. Berdasarkan data operator Telkomsel, terdapat 4 site yang ada di desa cingcin soreang mempunyai presentase PRB yang tinggi, dimana 2 dari site tersebut mempunyai presentase PRB diatas 90%. Hal tersebut mengakibatkan performansi jaringan LTE pada daerah tersebut tidak maksimal. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Drive Test di desa cingcin soreang dengan memperhatikan parameter jaringan seperti RSRP, SINR, dan Throughput hasilnya untuk nilai dari parameter RSRP dan SINR memenuhi standar operator Telkomsel, sedangkan untuk nilai dari parameter Throughput kurang memenuhi standar operator Telkomsel. Solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dilakukannya perencanaan jaringan LTE Advanced yang mendukung fitur carrier aggregation, yang memungkinkan penggunaan lebih dari satu frekuensi kerja secara bersamaan. Sehingga memberikan peningkatan capacity user dan throughput dengan penggunaan spectrum yang lebih efisien. Pada proyek akhir ini dilakukan perencanaan jaringan LTE Advanced menggunakan metode tri-band carrier aggregation yaitu pada frekuensi 900 MHz, 1800 MHz dan pada frekuensi 2300 MHz. Simulasi dilakukan menggunakan software Atoll dan parameter yang diukur dan dianalisis pada perencanaan jaringan LTE Advanced antara lain: Reference Signal Received Power (RSRP), Signal to Interference Noise Ratio (SINR),dan Throughput. Jumlah site yang digunakan untuk perencanaan jaringan LTE Advanced sebanyak 1 site, yaitu site CINGCINKOLOT sesuai dengan perhitungan capacity planning. Dari hasil simulasi pada software Atoll, untuk perencanaan skenario tanpa CA didapat mean RSRP-91,65 dBm, mean SINR 16,34 dB, dan mean peak RLC channel throughput 108,68 Mbps, sedangkan perencanaan skenario dengan tri-band carrier aggregation didapat mean RSRP-83,87 dBm, mean SINR 17,01 dB, dan mean peak RLC channel throughput 219,9 Mbps.

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

TELKA - Telekomunikasi, Elektronika, Komputasi dan Kontrol

Long Term Evolution (LTE) dirancang untuk memberi solusi terhadap peningkatan kebutuhan layanan komunikasi yang semakin cepat. Akan tetapi ketersediaan alokasi frekuensi untuk LTE telah penuh, sehingga harus dilakukan pengaturan ulang frekuensi agar teknologi LTE ini bisa digunakan. Ada beberapa opsi mengenai frekuensi yang akan digunakan, yaitu Televisi analog (700 Mhz), GSM (1800 Mhz), 3G (2100 Mhz) dan WiMax (2300 Mhz). Pada makalah ini dibuat suatu simulasi perencanaan site outdoor coverage system jaringan radio LTE menggunakan spectrum frekuensi 700, 2100, 2300 MHz dengan target area kota Bandung dengan luas wilayah 167,7 Km2, terdiri dari 30 kecamatan dan 155 kelurahan agar dapat melayani pelanggan hingga tahun 2014 atau 2018 mendatang. Tahap pertama penelitian ini merupakan pengumpulan data jumlah penduduk dan peta digital kota Bandung untuk diolah hingga diperoleh estimasi jumlah penduduk kota Bandung tahun 2014 dan 2018 serta pembagian tipe area untuk setiap kelurahan. Taha...