PENDIDIKAN BERBASIS SASTRA LISAN (LUKISAN ANALITIK ATAS NILAI PEDAGOGI DALAM FOLKLOR ORANG WAKATOBI) (Education Based on Oral Literature (An Analytical Description of Pedagogical Values in Wakatobi People Folklore)) (original) (raw)
Related papers
Abstrak Harkat dan martabat suatu bangsa berkaitan erat dengan pendidikan yang dialami oleh suatu bangsa itu sendiri. Pendidikan suatu bangsa dapat menentukan karakter, sikap dan perilakunya ketika berhadapan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan merupakan proses pembudayaan yang berperan mewariskan nilai-nilai positif budaya dan kearifan lokal sebagai tuntutan dalam melahirkan tindakan dan kepribadian. Kepribadian seseorang terbentuk karena nilai-nilai budaya yang terdapat di lingkungan seseorang itu dilahirkan, dibesarkan, dan dididik. Kebudayan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter seseorang khususnya dalam pendidikan seni dan budaya, karena seni dan budaya bagian dari totalitas kehidupan. Indonesia dikenal dengan beragam macam kesenian yang lahir dari berbagai daerah salah satunya kesenian tradisional talempong pacik di sumatera barat. Kesenian tradisional talempong pacik memiliki nilai-nilai pendidikan yang mendukung dalam pembentukkan karakter seseorang seperti kedidiplinan, toleransi dan kerjasama. Namun nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada kesenian tradisional talempong pacik belum terlaksana dengan baik sehingga hilangnya hal yang paling berharga dari diri mereka yaitu jati diri. Untuk itu melalui kesenian tradisional talempong pacik diharapkan mampu mengatasi persoalan revolusi mental dalam proses pembentukan karakter. Kata Kunci: pendidikan karakter, revolusi mental, nilai-nilai pendidikan, talempong pacik, sumatera barat.
2019
Penelitian sastra lisan di Bengkulu masih terbatas pada kajian strukur, belum mengungkap fungsi sastra lisan tersebut. Padahal, sastra lisan merupakan bagian yang tak terpisahkan dan memiliki fungsi-fungsi spesifik pada masyarakat penggunanya (dalam pengertian folk). Penelitian mendiskusikan fungsi sastra lisan di masyarakat Bengkulu. Pendekatan fungsional Finnegan yang ditopang dengan teori fungsi dari beberapa ahli lain digunakan sebagai metode.. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam masyarakat Bengkulu sastra lisan berfungsi untuk: 1) Andai-Andai pada masyarakat Kedurang merupakan media pendidikan dari orang tua ke anak untuk membekali mereka dengan kecakapan sosial. 2) Nandai Betebah digunakan sebagai peningkat kepercayaan diri masyarakat Serawai. 3) Mitos ular raksasa dalam Masyarakat Rejang berkaitan dengan pengetahuan akan gempa bumi dan mitigasi bencana. 4) Sekujang pada masyarakat Serawai dapat dipandang sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial (normativitas hete...
Kandai
This research has two objectives namely to describe the values of local wisdom contained in the Teda oral tradition at the Padede Uma Kalada ceremony and to formulate a preservation strategy of the Teda oral tradition through the realm of education. The analysis of the value of local wisdom in this study is studied using a metaphorical ecolinguistic perspective. The methods used to collect data are observation, etnography interview methods and literature review. Based on the research results, it was found that there were five values of local wisdom, namely the values of obedience, religion, unity, reconciliation and gratitude. The preservation of local wisdom values in the Teda oral tradition through the realm of education can be done through curricular activities and extracurricular activities. Curricular activities can be carried out through language and literature learning activities as well as local content. Meanwhile, extracurricular activities can be carried out by forming interest and talent groups that include cultural elements in them.
ANALISIS NILAI BUDAYA SASTRA LISAN BATAK TOBA " BATU SIGADAP "
Oral literature is the literary expression of literature that includes citizens, a culture that spread and handed down orally (word of mouth). Because of its spread from mouth to mouth, oral literature will be easy to fade. For that the solution offered is to raise the research on oral stories to maintain the existence of the oral literature. Legend of Batu Sigadap is one form of oral literature Batak Toba community property, which is precisely Silalahi Silahisabungan District, Dairi. This study aimed to describe the composition of the stories and events that happened in the legend Batu Sigadap, structured and translated into a story and explore the cultural values contained therein. This research is a qualitative descriptive study, prioritize the meaning and context, the role of researcher of high demand. Informants in this study there were seven people in the two cultural experts Silalahi, one Raja Adat in Silalahi, three people Silalahi, and one journalist in Silalahi. The latter finding of this study is that there are eight cultural values, cultural values of the nine major Batak Toba in Batu Sigadap story, the cultural values of kinship, religion, conflict, law, hasangapon, hamoraon, hagabeon and protection. Based on this research, the value of cultural kinship says there are five events, religion and conflict each said there are three events, while the value of legal culture, hasangapon, hamoraon, hagabeon each said there are two events and cultural values aegis of the event said. Batu Sigadap oral literature, which is considered as a judge in the Silalahi believed to have supernatural powers to know the truth, based on research, until now Batu Sigadap still feared and trusted, which is why Batu Sigadap Silalahi sacred by the community.
TIPE DAN MOTIF DALAM SASTRA LISAN DI PROVINSI MALUKU TYPE AND MOTIVE OF ORAL LITERATURE IN MALUKU
Pengumpulan ragam sastra lisan yang ada di nusantara termasuk di wilayah Maluku merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut dapat menunjukan kekayaan budaya bangsa, serta dapat menumbuhkan rasa bangga akan keberanekaragaman kekayaan sastra lisan nasional. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu karena bertujuan untuk menginventarisasikan ceritacerita rakyat yang ada di Provinsi Maluku kemudian cerita-cerita tersebut diklasifikasikan dalam tipe dan motif sastra lisan. Lokasi penelitian ini berada di kabupaten Maluku Tengah yaitu meliputi pulau Seram dan pulau Lease (Pulau Saparua dan Pulau Haruku). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Penelitian ini berhasil mengumpulkan sejumlah data cerita rakyat yang dapat diklasifikasikan dalam tipe cerita yang mengacu pada dasar madzab findlandia. Dari tujuh tipe yang dikemukakan oleh Aarne-Thompson yang dijumpai dalam cerita rakyat Maluku hanya lima tipe yaitu animals tales, tales of magic, religious tales, realistic tales dan tales of stupid. Selain itu dari enam motif cerita yang dikemukakan oleh Taum hanya lima motif yang terdapat dalam cerita rakyat maluku. Motif yang tidak termasuk adalah motif yang menggambarkan tipe orang tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua tipe dan motif cerita rakyat dapat dijumpai di dalam cerita rakyat Maluku. Jika penelitian ini dilakukan lebih lanjut di semua wilayah Maluku tentunya akan memperkaya tipe dan motif yang ada bahkan dapat menemukan tipe dan motif lain yang belum dijumpai dalam data penelitian ini.
Jurnal genta bahtera, 2019
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerpen "Batu Lumut Kapas" karya Gus tf Sakai. Nilai-nilai tersebut sebagaimana termuat dalam Buku Panduan Pendidikan Karakter yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendiknas 2011. Hasil penelitian yang diperoleh, cerpen Batu Lumut Kapas mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, seperti nilai: (1) relegius, (2) kejujuran, (3) kerja keras, (4) mandiri, (5) demokratis, (6) nasionalisme, (7) menghargai prestasi, (8) komunikatif, (9) cinta damai, (10) peduli sosial, dan (11) nilai tanggung jawab. Kesebelas nilai pendidikan karakter tersebut menyatu keberadaannya dalam teks cerpen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cerpen Gus tf Sakai yang berjudul "Batu Lumut Kapas" kaya akan nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Gus tf Sakai telah bersumbangsih pemikirannya dalam memperbaiki krisis krakter yang sedang dialami masyarakat saat ini. Gus tf Sakai sangat peduli dan peka terhadap realitas yang ada di lingkungannya. Cerpen ini termasuk cerpen yang yang bermutu dan layak menjadi bacaan semua kalangan. The nine values are integrated into the short story. Thus, it can be concluded that Gus tf Sakai's short story entitled "Batu Lumut Kapas" is rich in character education values inside it. Gus tf Sakai has contributed his thoughts in improving the character crisis that is currently being experienced by society. Gus tf Sakai is very caring and sensitive to the reality that exists in his environment. This short story includes short stories that are good of quality and deserve to be read by all groups.
Bilamana Tradisi Lisan Menjadi Media Pendidikan Ilmu Sosial di Masyarakat Gunungpati
Harmony, 2017
This study aims to see how far the oral tradition plays a role in becoming a social science education media in Gunungpati society Begining from the problem of social change which is increasingly happening has changed the social orientation of the original traditional Gunungpati community into a semi-modern society with the mastery of technology and modern science. The question is how the oral tradition in the 21st Century is able to provide value education in society. The discussion is not address formal social science education, but social science education in society. The research method used is qualitative method with case study design. This design is chosen, given the object being studied is very distinctive and needs to be participated in participating to obtain accurate data. Key findings in this study include; 1) Basically an oral tradition has benefits in social science education in society, since humans are basically educandum beings which means can be educated and must get education from an early age and wherever located, and 2) Gunungpati society still feel the usefulness of the oral tradition in the transmission process social values that function for entertainment, education, recollections of the Past (historical learning), solidarity and togetherness, social control, protest function and social criticism, and finally religious functions. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tradisi lisan berperan dalam menjadi media pendidikan ilmu sosial di masyarakat Gunungpati. Berangkat dari permasalahan tentang perubahan sosial yang semakin cepat terjadi telah merubah orientasi sosial masyarakat Gunungpati yang semula tradisional menjadi masyarakat yang semi modern dengan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Pertanyaannya adalah bagaimana tradisi lisan di Abad 21 ini mampu memberikan pendidikan nilai di masyarakat. Pembicaraan tidak menyinggung soal pendidikan ilmu sosial secara formal, melainkan pendidikan ilmu sosial di masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus. Desain ini dipilih, mengingat objek yang diteliti sangat khas dan perlu di dalami secara partisipatif untuk memperoleh data yang akurat. Temuan penting dalam penelitian ini meliputi; 1) Pada dasarnya tradisi lisan memiliki manfaat dalam pendidikan ilmu sosial di masyarakat, mengingat manusia pada dasarnya merupakan makhluk educandum yang berarti bisa dididik dan harus mendapat pendidikan sedari dini dan dimanapun berada, dan 2) Masyarakat Gunungpati masih merasakan kebermanfaatan dari tradisi lisan dalam proses transmisi nilai sosial yang berfungsi untuk hiburan, pendidikan, mengenang Masa Lalu (belajar sejarah), solidaritas dan kebersamaan, pengendalian sosial, fungsi protes dan kritik sosial, dan terakhir fungsi religius. Kata kunci : Tradisi Lisan, Pendidikan Ilmu Sosial, Masyarakat.
Tradisi Lisan Bhanti-Bhanti Sebagai Media Komunikasi Kultural Dalam Masyarakat Wakatobi
Jurnal Humaniora, 2015
Bhanti-bhanti is a folksong that grown and developed in Wakatobi society. As a folksong, the performancing of bhanti-bhanti oral tradition can be used as an effective cultural media of communication, especially in presenting their messages, both from the singer as well as the listeners regardless of their age and social status. The performancing of bhanti-bhanti is cultural media of communication in Wakatobi, that used by local government, sara (traditional institution), as well as local people of Wakatobi. All elements can express their thoughts and feelings about culture, history, custom, human relation with environment as well as God. They also can used bhanti-bhanti to express their toughts and feelings to someone, village, or another social issues. By using bhanti-bhanti, the listeners can not be offended by the criticism because its criticism conveyed in subtle language and full of jokes.
MATAPENA: Jurnal Keilmuan Bahasa Sastra dan Pengajarannya, 2018
This study aims to describe the implementation of the tradition of Geret Sapu in Jambuwok Village, the lexical and cultural meaning of Geret Sapu, as well as the relevance of Geret Sapu's traditional study of Indonesian Language and Literature learning in Senior High Schools. In this study took the tradition of Geret Sapu in Jambuwok Village, Mojokerto Regency. Research data can be obtained using documentation and interview methods. The subjects in this study were the Jambuwok Village community. The type of research used in this study uses qualitative descriptive research methods. Data validation techniques used are triangulation of data sources and methods. There are three data analysis techniques used, namely, data reduction, data verification, and data display. The results of the study indicate that there are two processes in the implementation of Geret Sapu tradition in Jambuwok Village. The first process is preparation and the second process is implementation. The form of goods in Geret Sapu carried out in Jambuwok Village has six forms which include broom sticks, jugs, mats, pillows, bolsters, and soil. The meaning of semantic aspects is analyzed using lexical meaning and cultural meaning. Geret Sapu tradition studies can be used as a relevance to the learning of Indonesian Language and Literature in High School, namely as a reference for teaching materials. Keywords: Ethnolinguistics, Geret Sapu Tradition, Indonesian Language and Literature Learning in High School.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SASAK
Goal philosophy of Islamic education in shaping a comprehensive awareness not only derived from the Koran and Hadith, but also should consider the "great things" that the nature and bentukannya deeply rooted in mainstream individuals. It could be your form of tradition that contains universal values. Sasak tradition, the broad scope has been reposition itself to be absorbed into the various domains that can also be used as a starting point and reference for Islamic education system and stimulates its maliq.(Sasaran filsafat Pendidikan Islam dalam membentuk kesadaran secara komprehensif tidak saja bersumber dari Al-Quran dan Hadis namun juga harus mempertimbangkan " hal luar " yang sifat dan bentukannya telah mengakar dalam mainstream individu. Hal luar tersebut dapat berupa tradisi yang mengandung nilai-nilai universal. Tradisi Sasak, dalam cakupannya yang luas telah mereposisi dirinya untuk terserap ke pelbagai ranah yang dapat pula dijadikan sebagai pijakan awal dan acuan dalam pendidikan Islam dengan sistem maliq dan merang-nya.