Pembentukan Batubara (original) (raw)
Related papers
The International Handbook of Coal Petrography (1963) menyebutkan bahwa batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi.
Kualitas batu bara ditentukan oleh faktor suhu, tekanan, serta lama waktu pembentukan. Kesemua faktor tersebut, kemudian dikenal dengan istilah maturitas organik. Semakin tinggi maturitas organiknya, maka semakin bagus mutu batu bara yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat mengidentifikasikan batu bara menjadi 2 golongan, yaitu : 1. Batu bara dengan mutu rendah. Batu bara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang tinggi, serta kandungan karbon dan energi yang rendah. Biasanya batu bara pada golongan ini memiliki tekstur yang lembut, mudah rapuh, serta berwarna suram seperti tanah. Jenis batu bara pada golongan ini diantaranya lignite (batu bara muda) dan sub-bitumen 2. Batu bara dengan mutu tinggi. Batu bara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang rendah, serta kandungan karbon dan energi yang tinggi. Biasanya batu bara pada golongan ini memiliki tekstur yang keras, materi kuat, serta berwarna hitam cemerlang. Jenis batu bara pada golongan ini diantaranya bitumen dan antrasit.
Batubara terdiri dari komponen penyusun utama seperti karbon, hidrogen dan oksigen, ditambah komponen penyusun minor seperti nitrogen dan sulfur. Batubara merupakan batuan sendimen yang terbentuk dari endapan organik, terutama sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Sebelum menjadi batubara, endapan organik tersebut mengalami proses pembatubaraan yang lama dan endapan tersebut mengalami perkembangan metamorf. Berdasarkan perkembangan metamorf yang dialami, batubara dibagi menjadi beberapa jenis yaitu lignit, sub-bituminus, bituminus dan antrasit.
Seperti yang terjadi pada 50 tahun lalu, sebagian besar batubara dihasilkan dari dua jenis utama yaitu tambang bawah tanah dan permukaan. Tetapi metode untuk recovering batubara dari bumi telah mengalami perubahan drastis dalam 25 tahun terakhir, sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi.
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai " kristal ". Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi. Pengetahuan tentang " mineral " merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil " lithos " dari bahasa latin yang berarti batu, dan " sphere " yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu " Karbon ". Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur " Natrium " dan " Chlorit " dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut " Mineralogi " , didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang " Kristal " , yang merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi atau " Geologi Fisik " , dimana batuan, yang terdiri dari mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna buku ini telah mengenal dan memahami " mineralogi " , maka untuk selanjutnya akan diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja. 3.1.2 Sifat Fisik Mineral Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama.
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI, 2018
Increasing world oil prices have a huge impact on national energy needs. Indonesia's economic growth requires the development of alternative energy sources based on 10 basin assessments in Indonesia, coal methane gas potential is estimated to reach 337 TCF of gas in place (Advanced Resources International, inc). The research location is located in the Basin of Asam-Asam,South Kalimantan. Targeted research on the Miocene Warukin Formation. The data used to evaluate Coal Methane Gas potential include surface geology data and coal sample analysis, as well as characteristics of regional anomaly bouger for South Kalimantan. The development of cleats and fractures in coal at the observation site can be classified into high-intensity vitamite-rich coal categories. Coal Warukin Formation has an average Rv value = 0.56% with standard deviation 0.02%. and is ranked in sub-bituminous coal rank. While for other Warukin Formation coal has an average Rv value = 0.58% and entered in rank (bit)...
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (> 50 %) terdiri darimineral -mineral atau garam -garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputibatugamping dan dolomit. Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil.Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisipaleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut. Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dan detritus asal darat. Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus batugamping asal. Contoh : Kalsirudit : butiran berukuran rudit (granule) Kalkarenit : butiran berukuran arenit (sand) Kalsilutit : butiran berukuran lutit (clay)