Muslim diversity: Islam and local tradition in Java and Sulawesi, Indonesia (original) (raw)
Related papers
Analisis Praktek Hibah Pengganti Warisan di Kalangan Umat Islam Indonesia
Al-Ulum, 2023
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pola praktik hibah sebagai pengganti warisan dalam masyarakat Indonesia dan alasan mereka melakukannya. Lokasi penelitian meliputi Gayo, Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Madiun, Kediri dan Surabaya. Dalam penelitian kualitatif ini, data dikumpulkan melalui wawancara. Peserta terdiri dari ulama, akademisi, dan masyarakat yang mempraktekkan hibah sebagai pengganti harta warisan. Wawancara ditranskrip dan dianalisis melalui analisis isi. Kajian ini menunjukkan tiga pola praktik hibah sebagai pengganti warisan. Pertama, hibah diberikan di awal dengan porsi 2:1, yang juga dianggap sebagai warisan ketika orang tua meninggal. Kedua, Hibah dibagi rata dan orang tua yang masih hidup mendapat bagian. Ketika seseorang meninggal, harta yang dimiliki oleh orang tua dibagi rata. Ketiga, Hibah dibagi secara tidak merata, dan setelah orang tua meninggal, harta tersebut menjadi bagian dari perhitungan warisan. Kajian ini menyimpulkan bahwa praktik Hibah semakin populer di kalangan masyarakat dalam pembagian warisan, sedangkan warisan Islam semakin tidak signifikan. Kedudukan hukum Agama yang begitu penting dalam masyarakat Muslim Indonesia menjadi terancam.
Tradisi Islam dalam prasasti dan naskah Ulu di wilayah Pasemah, Sumatera Selatan, Indonesia
2021
Aksara Ulu merupakan aksara yang berkembang di daerah Sumatra Bagian Selatan. Asal kata ulu berarti hulu sungai atau dataran tinggi. Aksara Ulu sudah tidak digunakan lagi pada masa sekarang. Meski demikian, tulisan ini mengkaji tradisi Islam di wilayah Pasemah berdasarkan isi prasasti dan naskah beraksara Ulu. Tujuan penelitian yakni mengetahui tradisi Islam di dalam isi prasasti dan naskah. Sasaran penelitian yakni mengidentifikasi seberapa besar peranan tradisi Islam dalam mempengaruhi isi dari prasasti dan naskah. Metode penelitian meliputi pengolahan data (penelusuran sumber, wawancara, studi pustaka), deskripsi ukuran, asal, pemilik, keadaaan atau kondisi, bahasa, variasi aksara, transliterasi, terjemahan, penafsiran, sintesis, dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi prasasti dan naskah Ulu secara kuat dipengaruhi oleh tradisi Islam. Pengaruh agama Islam dalam naskah atau prasasti beraksara Ulu juga dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap naskah dan ...
Muslims believe that their religion is universal, suitable to all places and time. Consequently, in practice, Islam can be adapted to various situations and conditions. Therefore, the diversity in Islam is inevitable. Diversity is especially related to aspects of interpretation and religious branches, not things that are principle. This article is about the relationship between Islam and local culture. As recognized by many experts, Islam in Indonesia was spread by peaceful means. Local elements were used in the process of Islamization. As a result, Islam could be accepted by most of society of Indonesia. Islam expressed here shows a distinctive face. Islam can live hand in hand with local culture, especially the culture that is not incompatible with Islam.
NEGARA ISLAM (Analisis Hukum Islam Terhadap Pembukaan UUD 1945)
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 2011
Islamic Country: Analysis of Islamic Law Against the Opening of The Constitution 1945: The Islamic state aspired by some people in Indonesia is a reflection of yearning to the concept of state that has ever implemented by the prophet Muhammad PBUH. They try to fight for the glory through the famous movement in the history namely DI/TII. The movement was stopped, and then rose again when the faucet of broadest democracy is opened during the Habibie government. However, because the concept of state is not detailed in the Holy Quran, and there is historical evidence that in establishing the state of Medina, the Prophet used The Charter of Medina as a form of social contract among Muslims, Christians and Jews. It proves that the establishment of the Islamic state is truly similar to the process of state formation in another concepts, namely through social contract. Thus, the Islamic state is not actually lies on the formality, but the substance of Islamic values, such as the value of unity (tauhid), justice, and the protection of people's interests. Pendahuluan Setelah merdeka bangsa Indonesia bertekad mewujudkan cita-cita sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Cita-cita luhur ini ternyata belum bisa di-implementasikan secara maksimal, masih ada kesenjangan sosial; Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2011 309 perbedaan status sosial antara rakyat dan penguasa yang menyebabkan diskriminasi pada semua aspek kehidupan. Di bidang hukum rakyat sering menjadi korban, banyak kasus yang cenderung untuk menindas dan menguntungkan penguasa, hukum sering menjadi alat melegalitaskan perbuatan penguasa yang terkadang sering menimbulkan kesengsaraan masyarakat banyak. Di bidang ekonomi juga begitu, pasal 33 UUD 1945 sebenarnya sangat baik dan sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia namum dalam perjalanan sejarah ternyata melenceng dari cita-cita sebenarnya. Menurut Roeslan Abdul Gani kesalahan tersebut terjadi yang didominasi konglomerat, konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan pemegang monopoli 1. Padahal perekonomian kita berprinsip pada perekonomian kerakyatan, orientasinya untuk kesejahteraan seluruh bangsa, bukan hanya segelintir golongan saja. Bidang politik, dalam pemerintahan Soekarno dan Soeharto mempunyai kesamaan dalam usaha memanggungkan kekuasaannya, Soekarno dengan dukungan angkatan darat (AD) dan partai komunis Indonesia (PKI), dan Soeharto dengan dukungan Angkatan Darat (AD) dan Golongan Karya (GOLKAR), kedua-duanya melahirkan rezim yang otoriter 2. Imbasnya terjangkit penyakit kolusi, korupsi dan nepotisme yang sangat berbahaya. Ternyata sikap pemerintah yang tidak adil terhadap segala aspek kehidupan menimbulkan berbagai gerakan-gerakan dari arus bawah (Grassroot). Antara lain gerakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh, dan Sulawesi, mereka menuntut perbaikan di bidang hukum dan pemerintahan dengan menggunakan syariat Islam sebagai dasarnya, antara lain dengan mendirikan Negara Islam, karena bagi mereka Syariat Islam satu-satunya hukum yang bisa menciptakan cita-cita manusia yang sejahtera, bahagia dan berkeadilan sebagaimana yang 1
Kontribusi Opu Daeng Risaju Dalam Pergerakan Sarekat Islam Indonesia
Al-Qalam
Kajian ini bertujuan menguraikan konstribusi Opu Daeng Risaju dalam pergerakan Sarekat Islam, terutama di Luwu pada 1930-an. Metode dan perspektif sejarah digunakan dalam kajian ini untuk menunjukkan kontribusi Opu Daeng Risaju di Luwu. Tahapannya meliputi pengumpulan sumber sejarah, kritik sumber, analisis dan penafsiran, serta rekonstruksi dalam bentuk narasi sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa Opu Daeng Risaju, bukan hanya berkontribusi dalam perkembangan Sarekat Islam, melainkan juga dalam perjuangan merintis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Kedudukannya sebagai ketua Cabang Sarekat Islam di Palopo dan berbagai upaya yang dilakukan dalam mendirikan ranting Sarekat Islam pada sejumlah bagian pemerintahan di Luwu merupakan fakta yang tak terbantahkan. Keterlibatannya dalam pergerakan dan pencerahan politik tersebut juga mengantarkannya beberapa kali harus berurusan dengan aparat pemerintah kolonial Belanda. Bahkan beliau harus menerima kenyataan keluar masuk penjara karena ak...
Himpunan Psikologi Indonesia, 2020
his article deals with nationalism and integration of nation in Islamic perspective and its people. The result shows that the majority of Muslim scholars and Muslim mainstream agree that Islam does not regulate the form of the state, the system of the government and such. Instead, the concern of this religion is to anchor noble ethic moral values ain various aspect of human life, including in the political aspect. On this side, to achieve the ideal goal and develop civilization, the integration of the nation needs to be established in a country where Muslims live. Related to Indonesia, Pancasila as its state basis and the constitution of Unitary State of the Republic of Indonesia reveals that this country is following Islamic values. Thus, all the elements of this nation, especially Indonesia Muslims, are obliged to defend the sovereignty of this the country, strengthen the integration and develop civilization being able to enlighten and prosper the Indonesian Muslim, the nation, and even all of the human being.
Islam and Local Tradition: A Comparative Perspective of Java and Sulawesi
JICSA (Journal of Islamic Civilization in Southeast Asia), 2016
This article examines the dynamic relationship between Islam and local tradition in Indonesia with special reference to Java and Sulawesi. Based on historical and anthropological sources, the article seeks to understand variety of interpretation and application of Islam among local Muslims within their particular context. With this aim, the article tries to examines the intricate process of religious change as world religion interacts with local forces. The article argues that since the "localization" of Islam was continuing nature in the expansion of Islam beyond the Arab homeland, the same development in Southeast Asia can be expected. By focusing on the frameworks of 'practical Islam' rather than 'normative Islam' and both accommodation and conflict between shari'ah and adat as a whole system, rather than as separate entities, the article found a common feature of Islam as it is interpreted and applied by local Muslims in Java and Sulawesi. In this two region, Islam became the dominant force but did not completely obliterate the indigenous beliefs and practices. Despite this common feature, Javanese people have been more diverse than Sulawesi people in terms of religious spectrum particularly due to the fact that animism, Hindu-Buddhism, and Islam have been incorporated into Javanese cultural system.
Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari, 2014
Akta Pendaftaran Pengangkatan 1952 adalah satu-satunya mekanisme yang boleh digunakan oleh orang Islam untuk memberi pengiktirafan undangundang kepada pengangkatan yang dilakukan. Persoalannya, adakah akta tersebut dapat menangani keperluan-keperluan khusus yang dituntut dalam proses pengangkatan anak menurut perspektif Islam? Kajian ini menjawab persoalan ini dan mengenalpasti keperluan orang Islam terhadap satu peraturan khusus berkaitan pengangkatan anak. Analisis yang dilakukan terhadap Akta Pendaftaran Pengangkatan 1952 dan Enakmen-enakmen Pentadbiran Keluarga Islam di setiap negeri di Malaysia mendapati bahawa Akta Pendaftaran Pengangkatan 1952 dan Enakmen-enakmen Pentadbiran Keluarga Islam belum mencukupi untuk menangani keperluan ini. Akta tersebut lebih menjurus kepada tatacara bagaimana pendaftaran pengangkatan dilakukan. Ada syarat-syarat pendaftaran pengangkatan yang diperuntukkannya mengelirukan jika dilihat dari perspektif Islam. Enakmen-enakmen Pentadbiran Keluarga Islam pula hanya memfokuskan terhadap kewajipan memberi nafkah kepada anak angkat, sedangkan konsep pengangkatan anak adalah lebih luas. Walaupun akta dan enakmen-enakmen ini boleh digunakan untuk penjagaan kebajikan anak angkat, namun ia tidak berupaya untuk memberikan panduan kepada orang Islam tentang tatacara pengangkatan Islam. Oleh kerana umat Islam adalah golongan yang paling ramai memohon untuk mengambil anak angkat, adalah wajar sekiranya satu usaha diinisiatifkan untuk menggubal enakmen atau peraturan-peraturan khusus yang boleh dikuatkuasakan sebagai panduan yang mesti dipatuhi oleh setiap keluarga angkat Islam.
ACADEMIC STUDY OF INDONESIAN ISLAM A Biographical Account, 1970-2014
In the humanities, including religious studies, personal factors often play a role in the selection of topic and methodology of research. This autobiographical sketch gives an overview of a long career in the study of religion in Indonesia, from the selection of the topic for doctoral research, through various jobs and academic projects until some work written in a period of retirement. The author's background of liberal Catholicism with much interest in non-official popular religiosity, has influenced an approach in Islamic Studies and a selective attention for the boundaries between official and more popular religiosity, for literary and artistic expressions rather than for rigid doctrinal traditions. This history is told from field work to pesantren education in the early 1970s, the variety of Islamic history of Indonesia in the 1980s, until a major work in three volumes on the Catholic traditions of Indonesia in the period 1990-2010. [Dalam ilmu humaniora, termasuk studi keagamaan, faktor-faktor pribadi sering mempengaruhi pemilihan topik dan metodologi penelitian. Uraian biografis ringkas ini menggambarkan perjalanan panjang sebagai peneliti agama di Indonesia, mulai dari pemilihan topik riset disertasi, melewati beragam pekerjaan dan proyek-proyek akademik, sampai dengan beberapa karya yang ditulis sesudah pensiun. Latar belakang penulis sebagai penganut Katolik liberal dan banyak tertarik pada keberagamaan populer non-resmi, mempengaruhi pendekatan dalam pengkajian Islam dan perhatian khusus pada batas-batas antara agama resmi dan agama populer, pada ungkapan-ungkapan sastrawi dan seni daripada tradisi-tradisi doktriner yang kaku. Kisah ini berangkat dari pengalaman penelitian lapangan di lingkungan pendidikan pesantren pada tahun 1970an, kemudian serpihan-serpihan
Puitisasi Ajaran Islam: Analisis Tekstual Nadoman Akhlak karya Kiai Muhyidin Limbangan (1903-1980)
Jurnal Lektur Keagamaan
This article will discuss the work of a scholar who has never been mentioned in Islamic literature in West Java. He is Kiai Muhyidin from Limbangan, Garut. His work is called Nazmul Hujah, or commonly referred to among santri as Nadoman Akhlak. The selection of this work is mainly due to the absence of a special study of the author and his work. In fact, this work is interesting enough to be studied further because it shows the author's attempt to translate the great works of Imam al-Ghāzāli, Iḥyā 'ulum al-din, even though only a small part of it is in Sundanese, and in poetic form. This research will first discuss in passing the terms nadoman, pupujian, and syi'iran. Then, the author will introduce the biography of Kiai Muhyidin through a review of the text in the Den Maki collection autograph script and interview. Finally, one of his works, Nadoman Akhlak, will be explored through textual analysis. In the broader Sundanese-Islamic context, this work is another example of the indigenous efforts of Islam as a Sundanese identity, through efforts to translate Arabic works into languages that were easily understood by Sundanese santri's.