ANALISA PENILAIAN KINERJA BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TERHADAP ABRASI DI KOTA PADANG (original) (raw)

ANALISIS KENAIKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA PALEMBANG

Al'amin Nurtriwijaya Darmawan, 2019

ABSTRAK Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya. Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut menentukan besarnya barang.Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Kata Kunci: Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu instrumen yang paling penting dalam menentukan pendapatan suatu negara. Mengingat peranan pajak yang sangat penting bagi suatu negara maka pemerintah mewajibkan bahwa setiap orang dikenai pajak, sehingga terdapat peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tentang pajak. Pajak bumi dan bangunan dikenakan atas bumi atau bangunan. Subjek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan memperoleh manfaat atas bumi, memiliki atau menguasai manfaat atas bangunan. Dengan demikian , subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak bumi dan bangunan..

PERENCANAAN ALTERNATIF BANGUNAN PENGAMAN PANTAI NAMROLE KAB

  1. Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90245 – email : aldindjapari@gmail.com, 2,3) Dosen Pembimbing Laboratorium Riset Teknik Pantai Jurusan Sipil Fakultas Teknik UNHAS ABSTRAK Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami persoalan kerusakan pantai yang disebabkan karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi dan juga pemukiman yang terlalu dekat dengan pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah penyangga (buffer zone) belum direncanakan sehingga pada saat musim gelombang, pemukiman tersebut berada dalam jangkauan limpasan gelombang laut (wave run up). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan untuk mendesain bangunan pelindung pantai yang tepat. Analisa data primer berupa survey topografi dan batimetri dilakukan untuk pemutakhiran detail wilayah studi, tunggang pasang surut yang diperoleh sebesar (MHWL-MLWL) sebesar 170.8 cm, dan tinggi BM1 dari MSL sebesar 2.46 meter.Hasil investigasi tanah diperloeh butir sedimen rata-rata d50 sebesar 2,075 mm.Untuk data sekunder berupa data angin 10 tahun terakhir diperoleh dari stasiun metereologi Pattimura Ambon, yang selanjutnya dengan metode Hindcasting diperoleh peramalan gelombang rencana 10 tahun dengan tinggi 4,062 m dari arah Barat Daya. Hasil analisis pemilihan bangunan pantai dilakukan dengan metode studi alternatif dan pemodelan bangunan pantai dengan bantuan aplikasi CEDAS-NEMOS, dari beberapa model bangunan pantai yang dimodelkan, maka dipilih Seawall sebagai bangunan pelindung pantai dengan karakteristik desain kedalaman kaki diujung bangunan 0,5 m, tinggi gelombang pecah diujung bangunan 0,4 m, elevasi seawall 2,8 MSL dan diameter minimun batu pelindung kaki bangunan sebesar 22 cm. ABSTRACT Namrole coast, in line with its development as a fishing and tourist areas experiencing problems caused coastal damage due to changes in the coastline due to erosion and also the settlement is too close to the coast where the coastal border as a buffer zone has not been planned so that when the wave season, The settlement is within reach of wave run up. Primary and secondary data collection undertaken to design buildings appropriate coastal protection. Primary analyze data in the form of topographic and bathymetric surveys conducted to update the details of the study area, riding tides obtained (MHWL-MLWL) by amounted to 170.8 cm, and a height of MSL at 2:46 BM1 meter. Soil investigation result obtain average sediment grain amounted D50 2.075 mm. Result of secondary data such as the last 10 years wind data obtained from meteorological stations of Pattimura Ambon, which subsequently

TINJAUAN LINGKUNGAN DAN PENANGGULANGAN ABRASI PANTAI PADANG - SUMATERA BARAT

Kawasan pesisir Padang merupakan daerah permukiman yang padat, salah satu kawasan andalan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Amukan gelombang Samudera Hindia di pesisir Padang (17,90 km) dengan arah selalu berubah mengikuti musim merupakan permasalahan. Sepanjang 13,50 km telah terabrasi dalam berbagai intensitas dengan pengikisan rata-rata 2,20 m setiap tahun sejak 1918. Abrasi merupakan erosi pantai yang diikuti dengan longsoran pada material masif tebing pantai. Bentuk pantai Padang relatif lurus, sebagian besar pantainya disusun oleh pasir, dibelakang pantai berupa dataran alluvial yang luas. Konsep dasar penanggulangan abrasi pantai Padang adalah meredam pengaruh energi gelombang laut dengan pemasangan batu diameter 0,50-1,50 m dan pasir pantai yang terancam stabilitasnya. Groin dengan material batu yang dipasang menjorok ke laut 15-25 m dengan interval 50 m dan tanggul pantai adalah bentuk proteksi pantai yang cukup berhasil. Tetapi teknik ini terkadang merusak estetika keindahan panorama alami pantai.

ANALISIS DEGRADASI PESISIR AKIBAT PENAMBANGAN TIMAH DI PESISIR PANTAI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA-BELITUNG

Degradasi dan kondisi pesisir di Kepulauan Bangka Belitung terancam kerusakan karena semakin maraknya kegiatan penambangan timah diperairan pesisir seperti aktivitas perusahaan tambang timah, TI(Tambang Inkovensional) apung, kapal hisap dan kapal keruk setelah lokasi penambangan timah didarat semakin sulit. Hal itu menyebabkan pesisir Kepulauan Bangka Belitung telah terjadi penurunan kualitas lingkungan pesisir terutama yang merupakan akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan dari penambangan timah. Akibatnya, terjadi degradasi lingkungan, dan perubahan bentang alam di pesisir Kepulauan Bangka Belitung. Perusahaan tambang timah memiliki teknologi yang lebih baik, namun tambang inkonvensional (TI) merupakan aktivitas penambangan timah yang memanfaatkan alat mekanis sederhana. Aktivitas penambangan ini telah lama ada di Bangka Belitung, dilakukan baik secara legal maupun ilegal oleh masyarakat. Penambangan timah awalnya hanya dilakukan di daratan saja namun sekarang telah merambah pesisir pantai. Akibatnya, ekosistem-ekosistem penunjang wilayah pesisir seperti terumbu karang, rumput laut, lamun, biota-biota laut bahkan hutan mangrove tidak dapat berkembang dengan baik akibat terjadi degradasi. Kata Kunci : Degradasi, Pesisir, Penambangan timah,

PERKEMBANGAN PEMANFAATAN KAWASAN PANTAI PADANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

Kawasan pesisir merupakan kawasan yang sangat kaya akan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Salah satu bentuk pemanfaatan kawasan pesisir adalah sebagai kawasan objek wisata. Pantai Padang merupakan salah satu kawasan objek wisata yang ada di kota Padang yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana perkembangan pemanfaatan kawasan pesisir pantai, khususnya kawasan pantai Padang, apa dampak pemanfaatan kawasan pantai tersebut bagi lingkungan, serta apa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan kawasan pantai Padang. Tulisan ini merupakan sebuah hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi kawasan pantai Padang, yang saat ini sedang mengalami perkembangan pesat. Dilakukan studi literatur dan pengamatan lapangan, terkait dengan permasalahan kawasan pantai Padang. Hasil pengamatan dan studi literatur menunjukkan bahwa perkembangan kawasan pantai Padang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, dari segi infrastruktur, pengunjung dan kebersihan lingkungan. Keberadaan pedagang kaki lima di sepanjang kawasan pantai Padang bisa dijadikan sebagai suatu manfaat positif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan pantai. Namun disisi lain, kawasan pantai Padang yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima juga akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Sejauh ini pemerintah berusaha melakukan penataan kawasan pantai Padang. Namun usaha tersebut tidaklah cukup jika tidak diiringi dengan kerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dan pemerintah harus memperhatikan daya tarik dan potensi pasar yang bisa dikembangkan, ketersediaan sarana prasarana, dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan, agar terwujudnya pengelolaan kawasan pantai Padang secara terpadu dan berkelanjutan. Kata kunci: perkembangan, pemanfaatan, kawasan pantai, lingkungan

KAJIAN KINERJA PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PADA BERBAGAl INSTITUSI TERKAIT DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Jurnal Gizi dan Pangan, 2008

The limitation in both human and natural resources lead the Local Government of West Lampung to make a priority in budget allocation. The study was aimed to: 1) identify the policy, programs, and activities related to food security at each government institution, 2) evaluate the performance among related institution in food security program and activities implementation, and 3) to develop recommendation for food security program and activities improvement. Secondary data were used to address the mentioned objectives. Role of each institution in food security improvement have been defined including the budget allocation. Content analysis from the regional strategic plan shows that there were programs and activities for each sector directed to improve food and nutrition security. However parts of the written plan haven't been implemented yet. Performance analysis from those which have been implemented indicates that most of the program and activities were achieving the target. Rice production exceeded the target, infrastructure improved, and food prices stable. Intake of animal food and tubers are lower than nutrition norms of desirable dietary pattern (PPH). The prevalence of undernutrition was considered low.

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

ABSTRAK Pemanfaatan lahan tertinggal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi penurunan produktifitas lahan. Lahan tertinggal memiliki peluang yang besar untuk dapat dimanfaatkan, terutama dalam kegiatan perkebunan. Salah satu daerah di Kota Padang yang sudah banyak mengalami perubahan lahan dan berpotensi menjadi lahan tertinggal adalah di Kecamatan Bungus Teluk Tabung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk dikembangkan menjadi lahan perkebunan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh lahan yang tersedia di Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki luas 3.004,81 ha atau 31,35% dari total luas Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Lahan tersedia ini merupakan lahan yang berpotensi untuk ditanami durian, kakao, dan karet, yaitu perkebunan campuran, lahan terbuka, dan semak/belukar. Setelah dilakukan analisis kesesuaian lahan, Kelurahan Bungus Barat, Bungus Timur, Bungus Selatan, dan Teluk Kabung Utara sangat sesuai (S1) ditanami durian, kakao, dan karet, karena keempat daerah ini rata–rata memiliki kategori sangat sesuai pada lahan yang tersedia lebih dari 56%. Sementara itu, di Kelurahan Teluk Kabung Tengah dan Teluk Kabung Selatan, tanaman kakao tidak direkomendasikan karena curah hujan yang tinggi dan kurang sesuai di daerah ini. Tanaman yang direkomendasikan di daerah ini adalah durian dan karet karena lebih dari 77% dari luas lahan yang tersedia di Kelurahan Teluk Kabung Tengah dan Teluk Kabung Selatan sesuai (S2) untuk tanaman durian dan karet. Kata kunci: Bungus Teluk Kabung, Kesesuaian Lahan, Tanaman Perkebunan PENDAHULUAN Permasalahan dalam pemanfaatan dan penggunaan lahan tidak hanya terkait pada alih fungsi lahan saja, namun banyak ditemui lahan tertinggal (terlantar) yang belum dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Akibatnya lahan tersebut tidak menghasilkan keuntungan secara ekonomis karena hanya dibiarkan begitu saja. Perlu adanya upaya untuk memanfaatkan lahan tertinggal tersebut, agar dapat digunakan untuk lahan pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan lahan tertinggal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi penurunan produktifitas lahan pertanian yang selama ini telah dikonversi menjadi lahan non-pertanian, bisa dijadikan untuk lahan perkebunan. Lahan tertinggal memiliki peluang yang besar untuk terciptanya lahan baru, terutama dalam kegiatan perkebunan. Selain itu, dengan memanfaatkan lahan tertinggal untuk lahan perkebunan dapat mencegah terjadinya erosi, karena kondisi lahan yang tertinggal dan terbuka memiliki tingkat erodibilatas tanah yang tinggi. Beberapa wilayah di Kota Padang telah mengalami perubahan lahan dari lahan pertanian ke pemukiman, industri, dan penggunaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh perpindahan penduduk menuju daerah yang lebih padat, serta perubahan aktivitas ekomoni dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Salah satu daerah di Kota Padang yang sudah banyak mengalami perubahan lahan dan berpotensi menjadi lahan tertinggal adalah di Kecamatan Bungus Teluk Tabung. Saat ini banyak lahan pertanian yang ditinggalkan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, karena (i) aktivitas ekonomi masyarakat yang berpindah ke daerah yang lebih ramai, (ii) lahan sawah yang tidak memiliki jaringan irigasi yang cukup untuk mengairinya, serta (iii) lahan dengan kelerengan yang cukup tinggi dan memang kurang sesuai jika ditanami dengan padi sawah (Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Padang, 2013). Analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung perlu dilakukan untuk tanaman perkebunan yang sesuai dengan kondisi, kualitas, dan karakteristik lahan. Upaya penetapan kesesuaian lahan membutuhkan zonasi daerah yang sesuai untuk dikembangkan tanaman perkebunan komoditas utamayaitu Durian, Kakao, dan Karet. Perkembangan teknologi informasi saat ini memudahkan dalam penetapan kesesuaian lahan, salah satunya adalah program Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan data yang ada, maka analisis kesesuaian lahan dan penentuan wilayah yang produktif akan dapat diketahui

KAJIAN KONSERVASI BANGUNAN MELALUI UNSUR PEMBENTUK ARSITEKTUR DALAM UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN TUA DI KOTA BANDUNG Studi Kasus : Gedung Panti Karya, Jalan Merdeka no. 39 Bandung, Jawa Barat

Idealog: Ide dan Dialog Desain Indonesia, 2019

City of Bandung is known as a city that has many historical heritage buildings. City of Bandung’s imageas a city of Art Deco needs to be treasuredand maintained as it is known worldwide as a point of interest which drivepeople from around the world to visit and study it. As time goes, modernization concentratingon economic development often presents a threat to historic old buildings in the city of Bandung. One of the impact of this dynamicdevelopment is the potential loss of historical heritage as an object of tourism,therefore, conservation efforts should be done accordingly. One of the effortis strategic approach in developing and improving tourism, especially in the city of Bandung, namely through the preservation of old buildings. The presentation in this study focuses on building conservationstudybya case study of Panti Karya Building located on Jalan Merdeka Number 39 Bandung West Java. The research method used for analysisis the qualitative method using architectural forming...