Faktor Resiko terhadap Kejadian Osteoporosis (original) (raw)
Related papers
FAKTOR-FAKTORRESIKO OSTEOPOROSIS DANUPAYA PENCEGAHANNYA
ABSTRAK Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh sehingga berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak) dibandingkan tulang yang normal. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru dan resorpsi tulang tua. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut sebagai 'silent disease '. Faktor-faktor resiko teijadinya osteoporosis adalah faktor yang bisa dirubah (alcohol, merokok,BMIkurang, kurang gizi, kurang olahraga,jatuh berulang) dan factor yang tidak bisa diubah (umur,jenis kelamin, riwayat keluarga, menopause, penggunaan kortikosteroid, rematoid arthritis). Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah penting untuk membangun tulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan tetap kuat di kemudian hari.Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting untuk membangun tulang yang kuat. ABSTRACT Osteoporosis is a condition in which the bones becomefragile and brittle, leading to a higher risk offractures (breaks or cracks) than in normal bone. Osteoporosis occurs when there is an imbalance between new bone formation and oldbone resorption. Osteoporosis usually has no signs or symptoms untila fracture happens-this is why osteoporosis is often called the 'silent disease '. The risk factorsfor Osteoporosis are modifiable risk factors (alcohol, smoking, low BMI/leanness, poor nutrition, insufficient exercises, repeatedfalls) and non modifiable risk factors (age, being a female gender, family History, previous fracture history, menopause, long term use of corticosteroid, rheumatoid arthritis). Becausepeak bone density is reachedat approximately 25 years of age, it is important to buildstrong bones by that age, so that the bones will remain strong later in life. Adequate calcium intake is an essentialpart of building strong bones.
2010
Latar Belakang: Masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai dan berada diurutan ke enam terbesar setelah China. Lima provinsi dengan resiko Osteoporosis lebih tinggi salah satunya adalah DI Yogyakarta. Risiko osteoporosis mengakibatkan terjadinya patah tulang, terutama di pinggul, pergelangan tangan dan tulang punggung. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor-faktor risiko osteoporosis dengan tingkat risiko osteoporosis pada wanita di Dusun Pandowan II Galur Kulon Progo. Metode: Metode secara non eksperimen, dengan desain korelasi variabel bebas dan variabel terikat, pengambilan data berdasarkan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil: Ada hubungan faktor-faktor risiko osteoporosis dengan tingkat risiko osteoporosis pada wanita di Dusun Pandowan II Galur Kulon Progo, hal ini dibuktikan dengan nilai 2 hitung sebesar 27,289 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 untuk faktor usia, nilai 2 hitung sebesar ...
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Menapouse merupakan perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon – hormon reproduksi biasanya terjadi antara usia 45-55 tahun. Premenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause. Menopause yang merupakan penghentian menstruasi pada wanita biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Osteoporosis yang terjadi pada wanita yang menopause dapat meningkatkan resiko jatuh. Tujuan dari kegiatan ini meningkatkan pemahaman lansia menopouse tentang penyakit osteoporosis dan resiko jatuh akibat dari osteoporosis dikelurahan...
2014
Menopausal women often experience a decrease in the production of estrogen, progesterone and other sex hormones. Decreased estrogen levels will be followed by a decrease in calcium absorption if the diet is calcium-deficient. This led to calcium reabsorption in bone, resulting in porosity and fragility. Maintaining bone density can be done by undergoing physical activity (exercise) on a regular basis. The purpose of this study was to identify correlation between physical activity and the risk of osteoporosis in postmenopause women. Design used was descriptive analytic. Population comprised all women aged 48-60 years, members of PKK at RT 02 RW 01 Kelurahan Komplek Kenjeran, Surabaya. Sample were taken by purposive sampling technique, obtaining as many as 27 respondents. Data obtained were processed using Spearman's Rho with α≤0.01. Results showed that p (Sig.) = 0.000, r=-0.699, indicating that physical activity variables had correlation with the risk of osteoporosis in post men...
Berita Kedokteran Masyarakat
Risk factors of leprosy in district of LamonganPurposeThis study aimed to know the risk factors of leprosy incidence in Lamongan district including economic status or family income, BCG vaccination, residential density, floor conditions, source of water, contact history, bathing habit using soap and using footwear. MethodsThe research was a case-control study. The subjects were the people who had clinical or laboratory symptoms, leprosy diagnosed and recorded in the health center register. The samples were 170 people, consisting of 85 cases and 85 controls. The data were analysed using chi-square and logistic regression tests, and the amount of the risk was calculated using odds ratio. ResultsThe risk-factors associated with the incidence of leprosy in Lamongan were the economic status or family income (OR=4.3 and p=0.001), BCG vaccination (OR=4.3 and p=0.050), residential density (OR=3.2 and p=0.001), floor conditions (OR=2.8 and p=0.051), source of water (OR=2.1 and p=0.033), cont...
Gambaran Indeks Massa Tubuh dan Densitas Massa Tulang sebagai Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita
Jurnal Kedokteran Brawijaya
Osteoporosis merupakan suatu kondisi kelainan yang ditandai penurunan densitas massa tulang dengan risiko mikrofraktur, terutama fraktur pinggul. Faktor risiko osteoporosis diantaranya adalah indeks massa tubuh (IMT) yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara IMT dan status densitas massa tulang (DMT) pada 347 orang wanita dewasa di kota Jambi pada tahun 2017 melalui pemeriksaan Ultrasound bone densitometry. Penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian terbanyak pada kelompok IMT normal 37,2% dengan hasil DMT pada kelompok osteoporosis 48,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok obesitas memiliki nilai DMT osteoporosis yang lebih banyak dibandingkan kelompok lainnya namun tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara IMT dengan DMT (p=0,132).
Cervical cancer incidence in Indonesia was continues to increase and the majority of sufferers are detected at an terminal stage. It can be prevented and detected early if womens have a good knowledge and awareness of early detection. The aims of analysis is to assess the knowledge of risk factors, behaviors and early detection of cervical cancer in women with VIA at the District Central Bogor, Bogor. Data analysis comes from a subset of baseline data research " Cohort Study of Risk Factors of Non-Communicable Diseases " , using cross-sectional design. Assessment of knowledge and behavior was conducted by interviews using a structured questionnaire and examination of the cervix with VIA method. From 3303 female respondents, knowledge of HPV can cause cervical cancer were 17,3%, knowledge of risk factors cervical cancer good categories 19,3 % and 3,8 % ever did VIA. Womens who do not done VIA 1055 people with the reason: Squamo Colummnar Junction (SCJ) are not visible, unmarried, pregnant and other reasons (embarrassment, fear). VIA examination results of 2248 respondents: 98,1 % negative, positive 1,7%, cervical cancers 0,1%. Knowledge on causes and risk factors of cervical cancer remains low. The behavior of examination of early detection is still low. Necessary efforts to increase knowledge, examination of early detection of cervical cancer which conducted with comprehensive and multi disciplinary sectors to prevent cervical cancer. Abstrak Insiden kanker serviks di Indonesia terus meningkat dan mayoritas penderitanya baru terdeteksi pada stadium lanjut. Hal tersebut dapat dicegah dan terdeteksi lebih awal jika wanita mempunyai pengetahuan yang baik dan kesadaran melakukan deteksi dini. Analisis bertujuan untuk menilai pengetahuan faktor risiko, perilaku dan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA pada wanita di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Data analisis ini berasal dari subset baseline data penelitian " Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular " 2012, menggunakan desain potong lintang. Penilaian pengetahuan dan perilaku dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang terstruktur dan pemeriksaan serviks dengan metode IVA. Dari 3303 responden wanita, pengetahuan tentang HPV sebagai penyebab kanker serviks sebanyak 17,3%, pengetahuan faktor risiko kanker serviks kategori baik 19,3% dan pernah melakukan IVA 3,8%. Wanita yang tidak