DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG (original) (raw)
Related papers
Jurnal Amanisal PSP Unpatti, 2010
The objective of this study was to khow the distribution underwater light intensity and fish behavior in fishing process of boat bagan. The data were collected through observation to fishing process, measurement of under water light intensity using marine under water lux meter, fish behavior using fish finder based on hauling time before mid night (19:00-00:00) and after mid night (01:00-05:00. The data analyzed comprise catching process, distribution of under water light intensity,and fish behavior. The results of the study indicate that illumination of light detected under water is 21 m vertically and 12 m horizontally with the value of each illumination is 0.1 lux and 3.0 lux from the center of light. The choice of illumination zone by the fish before mid night is 8-1,5 lux at the depth range 15-20 m and after mid night at the illumination 8-1,5 lux at the depth range 10-15 m of illumination 8-1,8 lux. During fishing process, the fishes were concentrated at 8-1,8 lux more than others zone.
SALURAN DISTRIBUSI KERAJINAN BUAH BULIN DI DESA AIR SELUMAR KECAMATAN SIJUK KABUPATEN BELITUNG
2017
Abstrak Di Pulau Belitung, dimana menurunnya kejayaan timah sempat menghambat perekonomian regional serta kehidupan penduduk di Belitung selama beberapa tahun. Pada masa itu, penduduk Belitung khususnya di daerah perdesaan mencoba untuk menekuni berbagai kegiatan alternatif di luar pertambangan sebagai sumber kehidupan. Buah dari Pohon Bulin yang bernama latin Eusideroxylon zwageri dan tumbuh di Hutan Peramun ini dimanfaatkan untuk bahan kerajinan tangan atau cinderamata. Kerajinan buah bulin ini dikembangkan oleh pemuda Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung yang tergabung dalam organisasi Air Selumar (Arsel) Community. Workshop-workshop serta gallery sebagai pusat pemasaran yang ada di Desa Air Selumar tersebar pada permukiman di Desa Air Selumar, yang hanya terhubung dengan jalan utama di desa tersebut. Sebaran lokasi kegiatan industri rumahan kerajinan buah bulin di Desa Air Selumar linier terhadap jalan dan dekat dengan sumber bahan baku, yaitu hutan di Bukit Peramun. Jumlah tenaga kerja yang dari tahun ke tahun berkurang disebabkan oleh tingginya keahlian seni membuat pekerjaan pengrajin menjadi tidak menarik, sehingga diperlukan bantuan berupa teknologi tepat guna dan pelatihan dari dinas pemerintahan terkait untuk mengembangkan produksinya. Hasilnya menunjukkan hanya ada satu saluran distribusi yang terbentuk karena hambatan produksi yang ada, sehingga diperlukan upaya lebih dari dinas pemerintahan terkait untuk mengembangkan pemasarannya. Usaha berbasis kemasyarakatan ini membuat kondisi hutan di Bukit Peramun menjadi alternatif tujuan pariwisata Pulau Belitung yang selama ini berorientasi ke pariwisata pesisir. Hasil keuntungan pariwisata tersebut dapat digunakan untuk menjaga, mengembangkan dan konservasi kawasan hutan. Abstract On the island of Belitung, where the decline of tin mining hindered the regional economy of the population in Belitung for several years. At that time, the people of Belitung especially in rural areas tried to pursue various alternative activities outside the mining as a source of life. The fruit of a tree called latin Eusideroxylon zwageri is used for handicraft or souvenirs. This fruit craft is developed by youth Air Selumar Village who joined in the organization of Air Selumar (Arsel) Community. Workshops and gallery as a marketing center in the village of Air Selumar distributed on residential land use, and of course, close to the main roads in order to facilitate accessibility. Distribution of the location of home industry activities in the village of Air Selumar is linear to the road and close to the source of raw materials, namely the forest in Bukit Peramun. The number of workers who are reduced from year to year due to the high skill of art makes the work of artisans becomes unpreferred. The results show that there is only one distribution channel formed due to the existing production constraints. This community-based enterprise makes the condition of forests in Bukit Peramun a tourism destination whose results can be used to safeguard, develop and conserve forest areas.
KOVALEN: Jurnal Riset Kimia
Telah dilakukan penelitian tentang ekstraksi pektin pada kulit buah kluwih (Artocarpus camansi Blanko) pada berbagai suhu dan konsentrasi asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan suhu ekstraksi yang menghasilkan pektin dari kulit buah kluwih (Artocarpus camasni Blanko) dengan rendemen tinggi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat variasi suhu (90 oC, 100 oC, 110 oC dan 120 oC) dan empat variasi konsentrasi (5%, 7%, 9%, dan 11%), dengan menggunakan metode ekstraksi meserasi. Hasil penelitian ini menunjukan rendeman tertinggi didapatkan pada konsentrasi 9% sebesar 35,65% dan suhu 90 oC sebesar 40,69%. karakteristik terhadap pektin adalah kadar metoksil 8,12 %, kadar galakturonat 41,88 %.Kata Kunci : Ekstraksi pektin, kadar metoksil, kadar galakturonat
2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman jagung ( Zea mays L.) terhadap pemberian beberapa jenis kandungan pupuk majemuk pada lahan pasca tambang batubara dan mengetahui jenis kandungan pupuk majemuk terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman jagung ( Zea mays L.) pada lahan pasca tambang batubara. Penelitian dilaksanakan di lahan pasca tambang batubara Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian beberapa pupuk majemuk (P), terdiri dari 5taraf dan 5 ulangan yaitu p0= Tanpa Pupuk; p1= 500 kg.ha -1 NPK 20:10:10 setara 4,2 kg.petak -1 ;p2= 500 kg.ha -1 NPK 17:9:11 setara 4,2 kg.petak -1 ; p3= 500 kg.ha -1 16:16:16 setara 4,2 kg.petak -1 dan p4 = 500 kg.ha -1 setara 4,2 kg.petak -1 15:20:13 setara 4,2 kg.petak -1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa komposisi pupuk majemuk berbeda tidak nyata terh...
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk menentukan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Sedangkan fungsi Laboratorium Puskesmas merupakan salah satu bagian pelayanan utama yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di setiap Puskesmas. Peranan laboratorium di Puskesmas saat ini telah menjadi bagian yang cukup diperhitungkan, penegakan diagnosa penyakit telah banyak mensyaratkan untuk didukung dengan data hasil pemeriksaan laboratorium. B. LATAR BELAKANG Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut. Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnose penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012, Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Rekomendasi pemupukan tanaman kopi Robusta yang tersedia sekarang ini hanyalah bersifat umum, padahal jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman kopi Robusta sangat tergantung pada kondisi lingkungan, jenis klon, dan umur tanaman. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk urea, SP36, dan KCl terhadap komponen pertumbuhan, hasil, dan kualitas biji empat klon kopi Robusta pada tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), Lampung Utara. Penelitian dilakukan di KP. Cahaya Negeri, Lampung Utara, pada ketinggian tempat 250 m dpl dengan jenis tanah PMK dan tipe iklim C (Oldemand), mulai Oktober 2011 sampai Juni 2014. Rancangan yang digunakan adalah petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah 4 klon kopi Robusta, yaitu (K 1 ) = BP 42; (K 2 ) = BP 409; (K 3 ) = BP 936; dan (K 4 ) = BP 939, sedangkan sebagai anak petak adalah 4 kombinasi dosis pupuk urea, SP36, dan KCl, yaitu (P 1 ) = 30:20:20 g/pohon; (P 2 ) = 40:30:30 g/pohon; (P 3 ) = 50:40:40 g/pohon; dan (P 4 ) = 60:50:50 g/pohon. Hasil penelitian menunjukkan keempat klon kopi Robusta (BP 42, BP 409, BP 936, dan BP 939) yang ditanam pada tanah PMK, KP. Cahaya Negeri, Lampung Utara, memiliki respons yang sama terhadap kombinasi dosis pupuk urea, SP36, dan KCl. Untuk keempat klon tersebut, dosis pupuk urea, SP36, dan KCl masing-masing sebanyak 50, 40, dan 40 g/pohon merupakan dosis optimal dan cukup efisien bagi pertumbuhan dan hasil buah sampai umur 2,5 tahun. Namun demikian, dosis tersebut masih belum mampu untuk meningkatkan kualitas biji kopi.
Jurnal Agroteknos
This study aims to determine the effect of various doses of bokashi fertilizer on the growth response and production of local Konawe corn plants and to determine which treatment has the best effect on the application of various doses of bokashi fertilizer on the growth response and production of local corn plants in Konawe. This research took place at the Field Laboratory of Experimental Gardens II, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University, Kendari. From January to March 2021. This study used a randomized block design consisting of 5 levels of treatment, namely control without bokashi fertilizer (B0), bokashi fertilizer 5 t ha-1(B1), bokashi fertilizer 10 t ha-1 (B2), bokashi fertilizer 15 t ha-1 (B3), bokashi fertilizer 20 t ha-1 (B4). Each treatment was repeated 3 times so that there were 15 experimental units. The results showed that the observed variables had a very significant effect on plant height, stem diameter, number of leaves, leaf area, cob weight, ear length (cm), w...
STATUS PERIKANAN HUHATE (POLE AND LINE) DI BITUNG, SULAWESI UTARA
JPPI, 2008
Tulisan ini menyajikan tentang status perikanan huhate di Bitung meliputi deskripsi unit penangkapan, daerah penangkapan, komposisi hasil tangkapan, catch per unit of effort, dan ukuran ikan pertama kali tertangkap. Data dikumpulkan selama tahun 2004 sampai dengan 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa huhate yang terdapat di Bitung dioperasikan dengan kapal penangkapan yang terbuat dari kayu berukuran 50 sampai dengan 80 GT. Daerah penangkapan di sekitar lokasi rumpon di Laut Sulawesi dan Laut Maluku. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri atas cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), baby tuna (Thunnus spp.), dan tongkol (Auxis spp.) serta hasil tangkapan sampingan yaitu lemadang (Coryphaena hippurus) dan sunglir (Elagatis bipinnulatus). Hasil analisis catch per unit of effort diperoleh bahwa nilai catch per unit of effort baby tuna (Thunnus spp.) mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2004, dan cakalang (Katsuwonus pelamis) mengalami kenaikan pada bulan September 2004. Hasil analisis terhadap ukuran pertama kali cakalang (Katsuwonus pelamis) tertangkap oleh huhate 49,3 FLcm. Ukuran ini lebih panjang dibandingkan ukuran pertama kali cakalang (Katsuwonus pelamis) matang gonad. Sedangkan hasil analisis terhadap ukuran pertama kali madidihang (Thunnus albacares) tertangkap oleh huhate 51,6 FLcm. Ukuran ini lebih pendek dibandingkan ukuran pertama kali madidihang (Thunnus albacares) matang gonad. KATAKUNCI: huhate, catch per unit of effort, ukuran pertama kali tertangkap, cakalang, madidihang, Bitung This paper presents the status of pole and line fishery in Bitung of North Sulawesi, consisting of description of fishing gear, fishing ground, catch composition, catch per unit of effort, and length at first capture. Data were collected during the period of 2004 until 2005. Results show that the pole and line in Bitung operated by wooden vessels of 50 until 80 GT. The fishing grounds were the waters around FADs location in Sulawesi Sea and Maluku Sea. Catch composition consists of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), yellow fin tuna (Thunnus albacares), baby tuna (Thunnus spp.), and frigate tuna (Auxis spp.), while the bycatch consisted of dolphinfish (Coryphaena hippurus) and rainbow runner (Elagatis bipinnulatus). Catch per unit of effort analysis shows that catch per unit of effort value of baby tuna (Thunnus spp.) increased on August 2004, whereas catch per unit of effort value of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) increased on September 2004. The length at first capture of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) was 49,3 FLcm. The catch size was bigger than the length at first maturity for skipjack tuna (Katsuwonus pelamis). The length at first capture of yellowfin tuna (Thunnus albacares) was 51,6 FLcm. This catch size was smaller than the length at first maturity for yellowfin tuna (Thunnus albacares). KEYWORDS: pole and line, catch per unit of effort, length at first captured, skipjack, yellow fin tuna, Bitung