PERLINDUNGAN PEREMPUAN DALAM KONFLIK BERSENJATA (original) (raw)
Related papers
PEREMPUAN DALAM KONFLIK BERBASIS AGAMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP PENGHAYAT KEPERCAYAAN
Tanpa Abstrak (Artikel pada Buku Tim " Perlindungan Terhadap Umat Beragama: Toleransi dalam Masyarakat Majemuk " , Diterbitkan oleh Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR-RI dan Dian Rakyat, 2016) " We pledge ourselves to liberate all our people from the continuing bondage of poverty, deprivation, suffering, gender and other discrimination.'' (Nelson Mandela)
PENERAPAN MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
Musdhalifah , 2021
Konflik merupakan suatu peristiwa atau sebuah fenomena sosial yang senantiasa menjadi dinamika tersendiri dalam kehidupan manusia. Konflik sendiri dipandang sebagai suatu gejala sosial yang terjadi pada kehidupan sosial dalam berbagai tingkatan. Seperti apapun konflik yang terjadi, konflik menjadi pendukung untuk dapat mendukung keberlangsungan hidup yang lebih baik.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
Speaking of leadership, particularly concerning Islamic leadership is an issue that is very interesting to study. Because from a good leadership system, there will be a good order of society as well. In Indonesia the majority of the population is Muslim, but admitted or not, from the beginning until now the implementation of democracy that is also part of the teachings of Islam, has still been quite alarming. This can be seen from the inequality of the social position of women. Since 14 centuries ago, the Qur'an has abolished a wide range of discrimination between men and women, the Qur'an gives rights to women as well as the rights granted to men. In this case is the issue of Islamic leadership in which Islam has given rights to women as that given to men. In addition, Islam has also impose obligations to women as that imposed to men, except the rights or obligations devoted by Islam to men. Keywords: Women leadership, perspective of the Qur'an. Pendahuluan Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi, demokratisasi dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan nampaknya semakin meluas dan menggugat. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini dikalangan masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan kondisi sosial kehidupan manusia sehingga menyebabkan terjadinya benturan dan perbedaan persepsi dikalangan masyarakat. Sebagai agama yang ajarannya sempurna, Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara baik sebagai hamba (` Abid) maupun posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh). Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun Islam memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal. Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
PENGGUNAAN METODE PENELITIAN PEREMPUAN DALAM KASUS PEREMPUAN DAN KONFLIK DI TIGA KOTA
Jurnal Masyarakat & Budaya, Edisi Khusus, Tahun 2010 , 2010
Despite the abundance of social conflict research, those focusing on women issues are actually quite rare. This writing is based on a research using women's research method to unfold the role of women in conflicted areas in the city of Poso, Maluku and Atambua. Focusing on women, and integrating it with the research method that was used, it appeared that women has played a significant role in resolving social conflict in the community. Women also played an important role in preventing sexual abused cases and other impacts of social conflict. This research served as a preliminary data for Resolution 1325 dissemination, which emphasized the special attention to women and children in any occurrence of social conflict. The main conclusion of this research is that women's knowledge needs to be elaborated; therefore greater public can understand the significant role of women in conflict areas. Although concurrently becomes victims at most conflict occurrence, women also has significant role in resolving conflict at community level. Keywords: women's role, social conflict, women's research method Pendahuluan Tulisan ini merupakan sumbangan terhadap pengetahuan sosial yang berkaitan dengan perempuan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi ide penulisan ini. Pertama adalah adanya kebutuhan untuk menunjukkan pada khalayak tentang metode penelitian perempuan. Meskipun gerakan perempuan berkembang sejak abad 16-* Penulis adalah peneliti pada PMB-LIPI, yang memiliki kepedulian terhadap kajian sosiologi, gender dan media. Tulisan ini dipersembahkan bagi Dr. Rusydi Syahra, yang telah berjasa pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan sosiologi di PMB-LIPI. Jasanya tidak akan terlupakan dalam penggunaan pengetahuan sosiologi. Alamat