SEKSUALITAS REMAJA AUTIS PADA MASA PUBER (original) (raw)

NORMATIVITAS: SEBUAH UPAYA MENJAGA AUTENSITAS

Education Zone, 2020

Islam telah dibakukan secara sempurna, sehingga autensitasnya terus terjamin ditengah progresivitas ruang dan waktu. Keberagamaan Islam mengandung aspek normativitas wahyu dan historisitas manusia. Namun kajian Islam ortodoks baik fiqih, teologi, tafsir, dan tasawuh hanya menggunakan pendekatan normativitas dan tanpa melibatkan pendekatan dan wawasan historisitas yang melihat gejala keagamaan karena dikhawatirkan menggeser dimensi normativitas yang sering dipegang oleh pemegang ajaran ortodoks sebagai mainstream pemikiran keagamaan.

ASPEK MEDIS PADA KASUS KEJAHATAN SEKSUAL

ABSTRAK Latar Belakang Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan mengganggu kehormatan orang lain. Bantuan dokter dalam kasus kejahatan seksual berupa pemeriksaan pada korban baik itu pemeriksaan fisik maupun pengumpulan sampel dari tubuh korban. Namun dalam kenyataan di lapangan sangat sulit bagi dokter untuk melakukan halhal tersebut. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana aspek medis kasus kejahatan seksual Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel adalah rekam medis kasus kejahatan seksual di dua rumah sakit di kota Semarang yaitu RSUP dokter Kariadi dan RSUD Dokter Adhyatma MPH. Data rekam medis yang diperoleh dicatat menggunakan draft yang mengacu pada standar WHO terhadap kasus kejahatan. Hasil Didapatkan 95 kasus kejahatan seksual dari tahun 2015-2016 yang dilaporkan pada RSUP dokter kariadi dan RSUD dokter Adhyatma, MPH. 90% dari total kasus menerima informed consent yang diberikan oleh dokter. 57 % kasus terdapat hasil anamnesis waktu dan tanggal kejadian, 41 % kasus terdapat hasil anamnesis umum, 68% kasus terdapat hasil anamnesis riwayat seksual dan riwayat menstruasi korban. 13 kasus mengandung pertanyaan apa yang dilakukan korban seusdah kejadian, 98% kasus terdapat kronologis kejadian, 94% kasus terdapat identitas pelaku, sebanyak 74 kasus terdapat lokasi kejadian, 14% kasus terdapat hasil riwayat obatobat yang dikonsumsi korban, dan 88 % kasus terdapat deskripsi jenis kejadian seksual. Sebanyak 97% dari total kasus yang didapat terdapat hasil pemeriksaan fisik dan sebanyak 80% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan genitalia. Sebanyak 20% kasus terdapat dokumentasi pemeriksaan. Sebanyak 5% dari total kasus hasil pemeriksaan swab dan cairan sperma, sebanyak 1% dari total kasus yang dilakukan pemeriksaan darah dan urin. 17% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan kehamilan. Kesimpulan Aspek Medis Kejahatan seksual meliputi informed consent, anamnesis, pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan Top to Toe, dan pemeriksaan genital, Pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pengambilan swab dan pemeriksaan cairan sperma, pemeriksaan darah dan urin, dan pemeriksaan kehamilan. Dokter dalam Kasus kejahatan seksual juga berperan dalam pengumpulan barang bukti pada tubuh korban. Kata kunci : Kejahatan Seksual, Aspek Medis, Peran dokter dalam Kasus kejahatan Seksual ABSTRACT MEDICAL ASPECT OF SEXUAL ABUSE Background sexual abuse is any act perpetrated by a person against another person that creates sexual pleasure for himself and disrupt the honor of another person. Doctor Assistance in the case of Sexual Abuse case is examination on the victim either physical examination or collecting sample from victim's body, but in reality it is very difficult for doctor to do the examination of sexual abuse victim.

ETIKA APARATUR DALAM PELAYANAN PUBLIK

Praktek penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia dewasa ini masih penuh dengan ketidakpastian biaya, waktu dan cara pelayanan. Mengurus pelayanan publik ibaratnya memasuki hutan belantara yang penuh dengan ketidakpastian. Waktu dan biaya pelayanan tidak pernah jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi karena prosedur pelayanan tidak pernah mengatur kewajiban dari penyelenggara pelayanan dan hak dari warga sebagai pengguna. Prosedur cenderung hanya mengatur kewajiban warga ketika berhadapan dengan unit pelayanan. Ketidakpastian yang sangat tinggi ini mendorong warga untuk membayar pungli kepada petugas agar kepastian pelayanan bisa segera diperoleh. Ketidakpastian bisa juga mendorong warga memilih menggunakan biro jasa untuk menye lesaikan pelayanannya daripada menyelesaikannya sendiri. Disamping itu juga sering dilihat dan didengar adanya tindakan dan perilaku oknum pemberi pelayanan yang tidak sopan, tidak ramah, dan diskriminatif. Sebagai konsekuensi logisnya, dewasa ini kinerja pemerintah sebagai pelayan publik banyak menjadi sorotan, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Semua permasalahan tersebut, pada hakekatya tidak perlu terjadi secara drastis dan dramatis. Sebagaimana yang pernah dialami selama ini, seandainya pemerintah dan 1 Fungsional Widyaiswara Kementerian Hukum dan HAM

MASA PUBERTAS DAN KEINGINTAHUAN REMAJA

ABTRAK Pubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung pesat yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang terutama berlangsung dimasa remaja awal. Perubahan yang berlangsung dimasa pubertas merupakan suatu peristiwa yang membingungkan para remaja. Meski segala perubahan tersebut memunculkan perasaan bingung, berbagai pertanyaan, ketakutan, dan kecemasan, kebanykan dianatara kita berhasil melaluinya dengan cukup baik. Perjalanan kita melalui saat-saat menakjubkan dimasa pubertas akan menjelajahi sifat dasar masa pubertas dan dimensi psikologisnya. Pubertas tidak sama dengan remaja. Bagi sebagian besar diantara kita, masa pubertas berakhir jauh sebelum masa remaja selesai. Pertambahan tinggi tubuh yang pesat yang merupakan ciri khas dari masa pubertas. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan berlangsung lambat. Sementara masa pubertas merupakan masa dimana pertumbuhan berlangsung paling pesat. Pada masa pubertas yang terjadi erat kaitannya dengan rasa keingintahuan remaja,. Para remaja yang sedang mengalami banyak pertumbuhan baik secara fisik ataupun psikis, dimana pergaulan merupakan faktor yang sangat berpengaruh di dalamnya. Sebagai contoh adalah remaja yang berada di usia sekitar 12-15 tahun dimana mereka mulai mengalami banyak perubahan baik dalam dirinya maupun lingkungan sekitar mereka. Jika dilihat dari lingkungan sekitar, begitu banyak anak-anak remaja yang memiliki rasa ingin tahu terhadap pergaulan yang sangat tinggi.. Para remaja memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar dalam pergaulan mereka karena mereka semua menghadapi sebuah fenomena pada dirinya pada masa sebelumnya. Pada saat mereka menginjak umur remaja, pada saat itu mereka mulai mencari jati dirinya dan akan menambah berbagai pengetahuan yang berguna bagi dirinya dimasa depan.

WACANA PENYINTAS KEKERASAN SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF KRITIS tirto.id

Jurnal Nomosleca

The issue of violence against women can be found in abundance within the mass media news. Quoting the Indonesia's National Committee on Violence Against Women (National Committee of Women) in 2017, there were 348,446 cases of violence against women. The data from National Committee of Women shows that there is a high percentage of sexual abuse within the domain of domestic or personal violence as well as community and public violence. The volume of news related to sexual abuses have been rising ever since the Police-General Tito Karnavian gave a controversial statement in October of 2017. As quoted from BBC Indonesia in an exclusive interview with Tito Karnavian, Tito said that in cases of rape accusations, the police sometimes must ask if the victim feels comfortable. This statement sparked a reaction from the public. Women activists highlighted Tito's statement and consider the questions to be insensitive because they ignore victims' psychological condition. Online news portal Titro.id actively discuss the development of Tito's controversial statement. Not only does Tirto.id presents the news on the subject matter, they also conduct deep investigations involving both parties: the police force and the survivors of sexual abuses. Tirto.id was also present in a funding night to support the work of sexual abuse survivors in 11 November 2017 in Kantor Dagang Serikat Islam, Central Jakarta. The report was written by a journalist of Tirto.id in the "In Depth" rubric or exhaustive reports in the form of information gathered from attending the event. In order to research this topic, the researcher used the critical discourse analysis technique. This research will be analyzed using Norman Fairclough's scalpel. The outcome of this research shows that, within the textual analysis, both lexically and grammatically, Tirto.id uses dictions that imply supportive attitude towards the victims and survivors of sexual abuse, for example, the use of "tegas" or "firm". Tirto.id also chooses negative adjectives such as "bereaksi keras" ("reacted violently") and "perilaku kasar bahkan kejam" ("violent or even cruel behavior") to be associated with the perpetrators of sexual violence. The use of active sentences indicates that Tirto.id reinforces the presence of actors of sexual violence from the text. Which often media ignored when reported of sexual violence.

SAAT NABI SAW BICARA SEKS- EUFEMISME HADIS-HADIS SEKSUALITAS DALAM KAJIAN SEMANTIK- BUKU

MUHANDIS AZZUHRI, 2022

ahasa merupakan lafazh-lafadz atau ujaran-ujaran yang diucapkan oleh suatu kaum untuk mengungkapkan maksud mereka. Di dalam masyarakat, bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dan mempunyai banyak makna. Selain itu, bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tersebut setiap kelompok sosial masyarakat dapat merasa dirinya sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari kelompok sosial masyarakat lainnya. Karena itulah, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi antara satu individu dengan individu atau antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Melalui Bahasa, setiap individu atau kelompok masyarakat dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing individua tau kelompok. Bahasa juga berfungsi sebagai alat pemersatu suatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat komunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan bahasa yang sama dan dapat dimengerti antara satu dengan lainnya akan mempermudah dan mempersatukan bangsa menjadi lebih kuat. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai identitas suatu suku atau bangsa. Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu bangsa atau suku. Bahasa eufimisme adalah ungkapan-ungkapan halus yang digunakan oleh penutur untuk mengganti ungkapan ungkapan yang dirasa kasar dengan kata kata yang lebih baik sebagai bentuk sikap yang lebih sopan agar pesan yang disampaikan oleh pembicara tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Apalagi bahasa eufimisme yang terdapat di dalam Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat manusia agar berbicara dengan santun dan halus sehingga menyejukkan hati pendengannya. Lebih khusus lagi bahasa eufimisme dalam kaitannya dengan Bahasa seks dan seksualitas yang dipandang tabu oleh pendengarnya. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin sehingga dikatakan juga sebagai fungsi biologis (alat kelamin dan fungsi reproduksi) tanpa ada judgemental atau hubungannya dengan norma, yaitu vagina dan penis. Sementara itu, seksual menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural serta menyangkut aktivitas seks yang melibatkan organ tubuh lain, baik fisik maupun non fisik. Adapun seksualitas merupakan aspek-aspek terhadap kehidupan manusia dalam kaitannya dengan faktor biologis, sosial, politik dan budaya serta terkait juga dengan seks dan aktivitas sekual yang mempengaruhi individu dalam masyarakat.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU SEKSUAL

INTISARI Latar Belakang : Remaja yang berpacaran mulai melakukan hal baru dari sumber yang bebas, misal internet dan majalah atau sumber yang keliru dan dipraktekkan dengan pasangan. Hal ini dilakukan untuk mengisi waktu senggang dan tidak menutup kemungkinan mereka melakukan hubungan seksual. Informasi diperoleh oleh remaja harus diberikan orang tua agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau sumber tidak jelas. Pemberian informasi tentang seksual penting,terlebih remaja merupakan seksual aktif. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan pola asuh orangtua dan paparan media massa dengan kejadian perilaku seksual Metode : Penelitian ini pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah murid Kelas VIII yang berusia 12-14 tahun di SMPN 02 Yosowilangun Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Teknik pengambilan sampel dengan proporsional random sampling dengan menggunakan analisis statistik chi square (x2). Hasil : Ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual dengan (p value = 0,018 < 0,05). Hasil chi-square didapatkan nilai sig =0,018 <α = 0,05, RP 95% 1,778 (1,122-2,816). Paparan media massa berhubungan dengan perilaku seksual (p value = 0,004 < 0,05), terdapat hubungan antara paparan media massa dengan kejadian perilaku seksual, RP 95% 2,442 (1,267-4,708). Kesimpulan : Ada Hubungan Pola Asuh OrangTua dan Paparan Media Massa dengan Perilaku Seksual. Kata Kunci : Remaja, pola asuh orang tua, paparan media massa. ABSTRACT Background: Adolescents who are dating start doing new things from sources that are free, such as the internet and magazines or sources of erroneous and practiced with a partner. This is done for pleasure and not rule out the possibility they had sexual intercourse. Information obtained by adolescents should be given the parents that teens do not seek information from another person or source is not clear. Provision of information about sex is important, especially teenagers are sexually active. The purpose of this research is to know the relationship parenting parents and exposure to the mass media with the incidence of sexual behavior Methods: This study was cross-sectional approach. The subjects were Class VIII students aged 12-14 years in SMPN 02 Yosowilangun Lumajang in East Java. The sampling technique is proportional random sampling by using statistical analysis chi square (x2). Results: There was a relationship between parenting parents with sexual behavior (pvalue = 0.018 <0.05). Chi-square results obtained sig = 0,018 <α = 0.05, 95% RP 1.778 (1.122 to 2.816). Exposure to mass media related to sexual behavior (pvalue = 0.004 <0.05), there is a relationship between exposure to the mass media with the incidence of sexual behavior, 95% RP 2.442 (1.267 to 4.708). Conclusions: There was a parenting parents Relations and Mass Media Exposure to Sexual Behavior.

WACANA SEKSUALITAS DALAM POSTER FILM " WANITA SEGALA ZAMAN " (1979

Poster adalah salah satu betuk media yang terdiri atas gambar, tulisan atan keduanya dengan memberikan informasi pada publik, dalam hal ini poster memiliki sifat yang persuasif. Dalam perfileman, poster digunakan untuk menyampaikan pesan pada penonton yang berisi gambar dan teks mengenai informasi pemain, sutradara dan informasi lain yang akan menarik minat masyarakat untuk menonton film tersebut (Tinarbuko, 2008). Desain poster akan dibuat semenarik mungkin untuk membangkitkan ketertarikan dan keingintahuan penonton.