Proposal Kualitatif "Evaluasi Program Pendidikan" (original) (raw)

Pengembangan Kriteria Dalam Evaluasi Program Pendidikan

Cendekia, 2024

Tulisan ini bertujuan untuk melihat gambaran bagaimana pengembangan kriteria dalam evaluasi program pendidikan. Dalam kajian ini ada empat hal menjadi objek dalam pembahasan, yaitu pengertian dari kriteria dan evaluasi program, dibahas pula bagaimana sejatinya urgensi kriteria dalam evaluasi program pendidikan tersebut, serta sumbersumber dalam penyusunan kriteria, dan bagaimana menyusun kriteria dalam evaluasi program Pendidikan. Karya tulis ini dibuat dengan menggunakan metode penulisan makalah sederhana, penulis menggunakan metode kualitatif dimana pendekatan yang penulis ambil adalah kajian kepustakaan. Penulis mencari berbagai sumber, baik buku, jurnal, maupun artikel-artikel yang ada, kemudian penulis memanfaatkannya sebagai sumber data dalam penyusunan makalah ini. Kemudian dari sumber-sumber data yang ada, penulis mencoba melakukan analisis, untuk kemudian penulis menggambarkannya dengan pendekatan deskriptif dalam hal penyajian data..

Proposal Pendidikan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Metode Kuantitatif

Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dan bersifat dinamis. Pendidikan sebagai suatu sistem yang memiliki tata kehidupan masyarakat yang kita kehendaki seperti yang tertuang dalam ketetapan UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntunan pembangunan secara bertahap. Semakin maju kualitas pendidikan, maka semakin maju pula negara tersebut. Tidak meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Bukan hanya kualitas pendidikan yang belum merata melainkan hal – hal yang menunjang tercapainya prestasi belajar di Indonesia seperti sarana pendidikan, dukungan masyarakat dan lainnya. Indeks pembangunan pendidikan (Education Development Index/EDI) pada data tahun 2008 menunjukkan angka 0,934. Nilai ini berarti terjadinya penurunan peringkat pendidikan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan proses belajar bergantung pada kegiatan belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Namun, banyak sekali anak Indonesia salah satunya daerah Jakarta yang belum mendapatkan kegiatan belajar dengan materi yang sudah disediakan kementrian pendidikan dan kebudayaan karena tingkat keberhasilan anak dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dengan prestasi belajarnya. Hal ini bisa dilihat bahwa masih banyak anak yang tinggal di jakarta tidak sekolah dan menyebabkan kegiatan belajar tidak tercapai sehingga prestasi belajar rendah. Prestasi siswa merupakan salah satu indikator sekolah yang berkualitas. Biasanya masyarakat menilai suatu sekolah pada prestasi siswanya. Menurut pemerintah daerah beberapa sekolah di Jakarta memiliki passing grade yang rendah salah satunya adalah SMAN 31 Jakarta yang hanya mencapai 324,0 dalam penyeleksian masuk ke dalam sekolah tersebut. Passing grade ini merupakan gambaran prestasi siswa dimana masyarakat memiliki pandangan bahwa sekolah tersebut berkualitas. Dengan angka passing grade 324,0 yang termasuk angka yang rendah dalam tahap rata – rata penyeleksiannya sehingga SMAN 31 dipandang oleh masyarakat dengan sekolah yang berkualitas rendah dan memiliki prestasi siswa yang rendah. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat. Jakarta merupakan kota besar di Indonesia, bukan hal yang tabu lagi jika lingkungan perkotaan adalah tempat yang kurang baik dalam hal pendidikan anak. Banyaknya tuntutan pekerjaan membuat kurangnya dukungan masyarakat terkait pendidikan di Jakarta. Masyarakat Jakarta seperti orang tua dari SMAN 31 lebih berfokus pada pekerjaan yang sedang dilakukannya daripada pendidikan yang harus di dapatkan anaknya. Hal ini terlihat dari rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan serta respon dari orang tua saat diskusi terkait pendidikan. Akibatnya adalah terjadi rendahnya dukungan masyarakat terhadap pendidikan. Dimana beberapa masyarakat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah. Hal ini sama seperti di SDN Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman yang sebagian masyarakatnya masih rendah dalam hal dukungan untuk perkembangan pendidikan anaknya. Salah satu faktor eksternal adalah faktor lingkungan sekolah seperti guru. Guru merupakan pendidik utama dalam lingkungan sekolah. Seorang guru di tuntut untuk bisa menerapkan ilmunya dalam mengajar. Namun, beberapa guru masih belum bisa menyesuaikan sistem pembelajaran dan bahan ajar pada zaman modern ini. Kurangnya sosialisasi sistem pembelajaran dan bahan ajar juga menjadi masalah di beberapa daerah seperti di daerah 3T yaitu di Kabupaten Kutai Barat yang perlu melakukan peningkatan kualitas guru, yakni melalui peningkatan kualifikasi dan peningkatan kompetensi agar guru di Kabupaten Kutai Barat lebih profesional dalam mendidik peserta didiknya. Rendahnya kualifikasi dan kompetensi guru di Kabupaten Kutai Barat secara tidak langsung mempengaruhi kualitas guru dalam proses belajar mengajar sehingga perlu ditingkatkan kualitas guru tersebut. Kejadian seperti ini masih terjadi juga di Jakarta yang minimnya sosialisasi sistem pembelajaran dan implementasi bahan ajar seperti kurikulum masih terjadi di Jakarta. Kurangnya sosialisasi terkait pendidikan juga terjadi di SMAN 31. Hal itu menyebabkan rendahnya kompetensi guru dalam mengajar. Pada umumnya prestasi belajar didukung juga oleh salah satu faktor yaitu kelengkapan sarana pendidikan dalam proses belajar yang dilakukannya. Sarana pendidikan yang memadai akan mendukung siswa dalam mencapai prestasi belajar. Pemakaian sarana pendidikan secara optimal sesuai dengan kebutuhan akan banyak memberikan peluang kepada siswa untuk berprestasi. Namun, sarana pendidikan di daerah tertinggal yang kurang memadai membuat kualitas pendidikan Indonesia masih rendah. Bukan hanya wilayah 3T, SMAN 31 yang berada di Jakarta juga masih kurang dalam memanfaatkan sarana pendidikan agar menjadi kegiatan belajar yang efektif dan efisien. Sarana pendidikan merupakan hal penunjang pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan. Rendahnya pengoptimalan dalam pengadaan dan pemanfaatan sarana pendidikan di kegiatan pembelajaran SMAN 31 ini masih belum tercapai. Sehingga perkembangan prestasi siswa di SMAN 31 masih rendah. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti masalah prestasi belajar.

Peranan Evaluasi Program Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Effort of is make-up of the quality of education need effort of[is make-up of the quality of study because estuary from various study program which with quality. Strive the make-up of study program need information result of programs evaluation of study previous. To be able to compile better study program, result of previous program evaluation represent reference which cannot be left. Yielded information to study program and also education program here in after. If the information can give more picture of comprehenship if study program evaluation reach evaluation to quality of study covering teacher performance, study facility, class climate, student attitude and motivation learn student and assessment of student result. A. Pendahuluan Di era demokrasi ini tantangan dalam dunia pendidikan sangat besar terutama bagi profesi guru. Dengan adanya situasi masyarakat yang lebih demokratis, cara guru membantu siswa dalam belajar dan relasi guru dengan sisiwa menjadi berubah. Model pendekatan yang dulu sangat otoriter dengan asumsi guru tahu segala-galanya dan siswa tidak tahu apa-apa, tidak berlaku lagi. Pendekatan dalam pembelajaran lebih demokratis, guru dan siswa saling belajar dan membantu. Siswa dengan bebas boleh mengungkapkan gagasan