Indonesia-nisasi di Ujung Negeri (Tailing Indonesia-nization) (original) (raw)

NASYID DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya "bersenandung". Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Tapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau anasyid (jamak) adalah "lantunan" atau "bacaan", sementara istilah nyanyian dalam bahasa arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.

NASIONALISME INDONESIA: NASIONALISME PANCASILA

2019

Abstrak Tentu saja semua masyarakat bangsa ini tidak mau dikatakan sebagai orang yang "munafik", yaitu orang yang mengingkari nilai-nilai yang pernah dicita-citakan, dirumuskan, dan ditegakkan para pendahulu. Dalam hal ini, memperoleh kemerdekaan dan menegakkan harga diri bangsa adalah cita-cita yang pernah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini. Namun, apa yang terjadi tampaknya cita-cita yang telah terwujud itu sekarang telah diingkari. Sebagian di antara kita telah menjadi orang yang "munafik", sehingga harga diri kita sebagai suatu bangsa seakan-akan telah hilang dan bahkan senang menjadi bangsa yang "didhalimi dan dijajah". Dalam rangka mengkritisi perilaku yang selama ini tampak melenceng, artikel ini akan mengajak semua komponen untuk menengok kembali sejarah, sehingga dapat dilihat ternyata betapa luhurnya perjuangan para pendiri bangsa ini karena mereka telah menegakkan nilai-nilai yang luhur yang tampak tercermin dalam Pancasila. Demikian pula, dengan melihat sejarah akan kelihatan betulkan jiwa nasionalisme sudah tertanam dalam pribadi sebagai bangsa Indonesia, atau ternyata kita hanyalah menjadi orang yang munafik. Kenyataannya banyak dari komponen bangsa ini telah mengingkari nilai-nilai Pancasila, sehingga sulit untuk dikatakan sebagai golongan yang berjiwa nasionalisme. Betapa tidak, bukankah sebagian masyarakat telah mementingkan dirinya sendiri, misalnya, dengan melakukan praktek korupsi atau melakukan apa pun demi memperoleh keinginannya, misalnya kekuasaan. Demikian pula, ternyata pemerintah bangsa ini tidak mempunyai kekuatan, sehingga membiarkan dan bahkan memberi kesempatan bangsa lain untuk mendhalimi dan menindas. Butul bahwa penjajahan dalam bentuk fisik sudah enyah dari bangsa ini, akan tetapi bukankah neokolonialisme telah tumbuh yang sebenarnya lebih menyakitkan, karena seolah-oleh bangsa ini tersiksa dalam waktu yang lama dan tidak segera menemukan kesembuhan.. Kata Kunci: Didhalimi, munafik, nasionalisme, neokolonialisme, korupsi, Pancasila, dan sejarah. Suatu bangsa terbentuk dari pengalaman bersama di masa lampau. Hal ini berarti bahwa sejarah "bersama"lah yang membentuk suatu nasion. Untuk menjelaskan keberadaan nasion masa kini, terutama sebagai produk proses historis, implikasi logisnya adalah bahwa perlu dipakai integrasi selaku paradigma. Oleh karena itu, jelaslah bahwa pada hakekatnya sejarah menjadi esensi bagi nasion, sehingga pengetahuan sejarah menjadi dasar pendidikan nasion. Dengan demikian, tidak berlebih-lebihan apabila Sejarah Nasional sebagai cerita tentang  Staf Pengajar Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE UNY.

PENINJAUAN KONDISI BANGUNAN NIR-REKAYASA DINDING BATA DI INDONESIA

Seminar Intelektual Muda #3, 2020

Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan untuk mengalami bencana gempa bumi karena rata-rata gempa bumi terjadi 5.000 kali dalam satu tahun di Indonesia dan meningkat secara signifikan pada tahun 2017-2018. Dampak dari gempa bumi adalah memberikan kerusakan pada bangunan atau bahkan menghancurkannya. Menurut data historis gempa, bangunan yang rusak akibat gempa bumi sebagian besar adalah bangunan nir-rekayasa yang dibangun oleh pekerja lokal tanpa didesain oleh arsitektur dan insinyur, seperti rumah atau sekolah. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kondisi dari bangunan nir-rekayasa dinding bata di Indonesia dengan cara meninjau ke beberapa daerah dan mengambil foto dokumentasinya untuk memastikan apakah bangunan nir-rekayasa dinding bata di Indonesia sudah mengikuti kaidah dan peraturan bangunan tahan gempa di Indonesia. Hasil peninjauan mengatakan bahwa masih banyak bangunan nir-rekayasa dinding bata yang tidak mengikuti kaidah dan peraturan bangunan tahan gempa yang berlaku di Indonesia.

LAPORAN AKHIR PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL BERBASIS PERDESAAN: “PERDESAAN SEBAGAI DAYA TARIK KE-INDONESIAAN”

Laporan Penelitian Tim Pokja, 2016

Adapun tujuan dari kajian ilmiah ini adalah 1. Menggali gambaran/potret (social mapping) tentang potensi desa, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pelestarian asset budaya, dan penentuan prioritas pelestarian asset budaya dalam wisata perdesaan sebagai sumber daya tarik lingkungan fisik, sosial dan lingkungan budaya di kawasan perdesaan untuk mampu dikembangkan menjadi tujuan wisata yang unik dan otentik ke-Indonesiaan, sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan serta memperkuat identitas dan jati diri bangsa. 2. Menghasilkan (alternatif) strategi guna mewujudkan pariwisata perdesaan sebagai alat yang dapat mendukung sekaligus menjadi acuan pemerintah dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan guna mendukung perumusan kebijakan percepatan pembangunan nasional yang terpadu dan berkelanjutan di bidang pariwisata.

BAHASA INDONESIA DAN NASIONALISME

Sejak beduk era globalisasi ditabuhkan. Secara tidak langsung sebenarnya kita mulai memasuki dengan apa yang dinamakan zaman keterbukaan budaya. Di mana setiap negara bisa memasukan dan mempengaruhi budaya negara lain begitu pula sebaliknya. Proses saling mempengaruhi ini akan terus berlangsung selama ikatan kerja sama itu terjalin. Tentu saja dengan berbagai macam kesepakatan yang disesuaikan dengan aturan dari masing-masing negara. Indonesia yang memang dikenal sebagai salah satu negara yang mulai mengembangkan sayapnya dalam percaturan dunia. Banyak ikut serta dalam jalinan kerja sama itu. Apalagi dengan disokong oleh berbagai macam sumber daya alam dan pasar ekonomi yang menjanjikan, membuat Indonesia sebagai salah satu negara favorit tujuan investor asing. Selain itu, dalam hal budaya juga, Indonesia memiliki beranekaragam; etnis, dan bahasa, membuat hal ini menjadi pintu gerbang yang memudahkan untuk saling mempengaruhi budaya satu sama lainnya Salah satu faktor agar negara satu dengan negara lain terhubung. Jelas kita membutuhkan alat komunikasi yaitu bahasa. Dalam hal ini telah kita sepakati (secara de facto) bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dapat menghubungkan dua negara berbeda. Sehingga sudah menjadi suatu keharusan bagi kita nantinya untuk dapat menguasainya, demi berinteraksi dengan negara-negara yang ada di dunia. Begitu pula ketika di Indonesia, penggunaan bahasa asing atau istilah asing di tempat-tempat tertentu sudah bukan suatu ketabuhan lagi. Karena memang dapat digunakan untuk mempromosikan Indonesia kepada para investor asing yang ingin menanamkan modalnya. Penggunaan bahasa asing (dalam hal ini adalah bahasa Inggris), bila dilihat perkembangannya di negara kita saat ini, sebenarnya sudah pada taraf yang mengkhawatirkan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penggunaan istilah asing yang sudah tidak sesuai lagi pada ruang dan tempatnya. Seperti yang terdapat pada ruang publik di enam kota besar di Indonesia saat ini; Jakarta, Medan, Surabaya, Makasar, Bandung, dan Palembang. Penggunaan istilah asing pada ruang publik di kota tersebut sangat mendominasi sekali mulai dari taman kota, kantor pemerintahan, tempat wisata, pusat perbelanjaan, pasar, dan petunjuk-petunjuk umum lainnya yang semestinya dapat dijadikan sebagai penanda identitas bangsa. Di lain sisi, media massa juga menambah kepopuleran bahasa asing kepada masyarakat kita. Ini bisa dilihat dari maraknya istilah asing pada bahasa media seperti headline news, flashback dan lainnya. Sehingga kita kita pun menjadi terkonstruksi bahwa bahasa asing adalah bahasa berpendidikan. Kami hanya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila penggunaan istilah asing tersebut pada dua puluh tahun ke depan menjadi marak dan dianggap hal yang biasa. Apakah ini tidak akan mengancam keutuhan dan nasionalisme bangsa kita? Karena secara tidak langsung dari maraknya penggunaan istilah-istilah asing tersebut, kita sama saja perlahan-lahan mulai mensubtitusi identitas bangsa sendiri dengan bangsa lain. Untuk itulah, dalam artikel ini, penulis akan berusaha mengupas dan melihat bagaimana penggunan bahasa asing yang sudah tidak sesuai lagi dengan usaha pemeliharaan identitas bangsa. Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut. Serta apa yang perlu dilakukan negara dalam menumbuhkan kembali semangat nasionalisme (bahasa Indonesia) di era globalisasi saat ini.

DARI INDISCHE VEREENIGING HINGGA PERHIMPUNAN INDONESIA: NASIONALISME PEMUDA DI SEBERANG LAUTAN

Abstrak: Nasionalisme merupakan konsep yang selalu menarik untuk diperbincangkan terutama oleh mereka yang sedang berada di luar negeri. Tulisan ini berusaha mengungkap pertumbuhan nasionalisme Indonesia pada kalangan pelajar Indonesia di negeri Belanda selama periode pergerakan nasional. Indische Vereeniging yang berawal dari perkumpulan sosial pelajar Hindia di negeri Belanda berubah menjadi Indonesische Vereeniging kemudian Perhimpunan Indonesia (P.I) yang berhaluan non kooperatif dan radikal. Perhimpunan tersebut merupakan organisasi politik yang berpengaruh dalam pertumbuhan nasionalisme Indonesia melalui publikasi ide-ide dalam koran dan majalah. Para alumni P.I. setelah pulang ke tanah air merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai kaum intelektual untuk memajukan bangsa Indonesia. Kata-kata kunci: nasionalisme, Perhimpunan Indonesia, tanggung jawab intelektual