IDENTIFIKASI PERSOALAN EKONOMI KREATIF STUDI KASUS : KOTA BANDUNG (original) (raw)
Pembangunan yang dilaksanakan selain bertujuan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi sekaligus juga akan merubah struktur perekonomian dari sektor primer menunju sektor sekunder atau tersier, atau dengan kata lain dari sektor yang berbasis sumber daya alam atau sektor tradisional menuju sektor yang berbasis industri atau jasa. Perubahan ini mencerminkan bahwa pembangunan juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi akibat dari adanya globalisasi. Masalah perekonomian dan pasar bebas menjadi tantangan terberat dalam globalisasi. Dalam hal ini, ada kesan globalisasi menyebabkan ketidakadilan ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang. Seperti yang kita lihat sekarang, globalisasi justru menyuburkan negara maju dengan kemampuan eksploitasi hasil bumi dari negara berkembang dan kekuatan memberikan pengaruh ekonomi, sosial dan budaya ke negara-negara berkembang. Indonesia menyimpan keunikan budaya dan sumberdaya alam menarik di setiap daerahnya. Di era globalisasi ini, terjadi sebuah kekhawatiran bahwa nilai-nilai budaya lokal dan sumber daya alam dapat tergerus oleh nilai-nilai budaya asing dan tidak adanya perawatan. Akan tetapi, era globalisasi ini justru dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan budaya dan sumberdaya daerah melalui sektor ekonomi kreatif. Sejak tahun 2007, konsep "Ekonomi Kreatif", "Industri Kreatif" dan "Kota Kreatif" telah menjadi istilah-istilah yang populer di Indonesia. Mengadopsi konsep yang diperkenalkan oleh pemerintah Inggris, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan kemudian menciptakan cetak biru Ekonomi Kreatif, dengan fokus pada pengembangan industri kreatif dan kota-kota kreatif. Setelah delapan tahun, industri kreatif Indonesia berkembang pesat, dengan banyak komunitas kreatif yang berkembang berdasarkan keterampilan kewirausahaan dan upaya sendiri. Industri kreatif dipercaya pemerintah sebagai harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi kreatif di beberapa kota di Indonesia yang memiliki ‘iklim kreatif’ yang menonjol seperti Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota Bandung menjadi salah satu percontohan dalam pengembangan ekonomi kreatif yang melibatkan komunitas secara aktif. Bandung memberikan sumbangan ekonomi kreatif sebesar 4,75% pada tahun 2006 atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar sebesar 5,6%. Bandung pun menjadi kota pertama yang berhasil menggunakan model ABCG (Akademisi, Bisnis Sektor, Community, Government), dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Sektor ekonomi kreatif terbukti mampu menyerap sekitar 3,7 juta tenaga kerja atau setara dengan 4,7% total penyerapan tenaga kerja baru. (pikiran-rakyat.com, 2016). Kota Bandung terpilih dalam 5 besar kota kreatif se-Asia. Hal tersebut berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu media di Singapura yakni Channel News Asia pada Desember 2011. Bandung juga sudah menjadi tujuan wisata baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara, hal ini ditunjang dengan keindahan destinasi budaya dan seni serta kuliner yang dimiliki kota Bandung. Wisata menjadi potensi Kota Bandung dan produk-produk ekonomi kreatif lainnya yang unik dan khas. Oleh karena diperlukan itu upaya pemerintah kota Bandung untuk merencanakan kegiatan Destinasi Incentive guna menarik wisatawan dan mengembangkan potensi yang ada.