PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KALIMANTAN BARAT (original) (raw)
Related papers
PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA
LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 1 KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA 1. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan, seperti semakin buruknya kesenjangan pendapatan antara kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan ekonomi, dan lain-lain. Dampak-dampak negatif tersebut di atas disebabkan karena pengembangan pariwisata semata-mata dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata dipersepsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama oleh bidang usaha swasta dan pemerintah. Sementara itu banyak pakar yang mengadari bahwa pariwisata, meskipun membutuhkan lingkungan yang baik, namun bilamana dalam pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kerentanan lingkungan terhadap jumlah wisatawan akan menimbulkan dampak negatif. Dengan tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based, pada satu sisi sangat positif dan bermanfaat, akan tetapi pada sisi lain terlihat belum adanya pendalaman terhadap fungsi lingkungan atau masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya "Nature Related Tourism". Salah satu faktor terpenting untuk HAND OUT MATA KULIAH CONCEPT RESORT AND LEISURE, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 2 menangani hal tersebut yaitu dengan cara merubah prilaku pengunjung dari sekedar mengetahui menuju kepada suatu pemahaman keterkaitan alur dengan kehidupan manusia, dan pendalaman terhadap sumber daya alam hayati atau ekosistemnya menjadi satu prioritas utama dibandingkan dengan hanya memikirkan luas kawasan atau keindahan kawasan saja. Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata. Ramuan utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah. Ramuan penting lainnya dalam upaya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setepat. Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsurunsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan HAND OUT MATA KULIAH CONCEPT RESORT AND LEISURE, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 3 kesungguhan penduduk yang tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut. Oleh sebab itu, pemodelan desa wisata bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi desa untuk memenuhi tujuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan krisis ekonomi daerah pedesaan, semakin bertambah akibat adanya berbagai kekuatan yang rumit, yang menyebabkan baik berkurangnya kesempatan kerja maupun peningkatan kekayaan masyarakat desa, salah satu jalan keluar yang dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui pembangunan industri desa wisata skala kecil, sehingga mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan daerah pedesaan, dan dalam penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsipprinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain: 1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. 2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. HAND OUT MATA KULIAH CONCEPT RESORT AND LEISURE, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 4 3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. 4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat. Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan dalam "prelemenay, planning" yaitu (1) meskipun berada di wilayah pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata dan (2) potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting, antara lain: 1. Keunikan, keaslian, sifat khas 2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa 3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung 4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya. Perencanaan pariwisata di desa bukanlah tugas yang mudah terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan alam dan budaya yang peka. HAND OUT MATA KULIAH CONCEPT RESORT AND LEISURE, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 5
KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG
Prosiding Seminar Senastek II 2015, 2015
Abstract This paper originated from the fact that the tourist villages (11 villages that have SK. Bupati) in Badung not evenly distributed in the development of tourism in accordance with its potential. This study used a qualitative approach and FGD in obtaining the data, data analysis and data presentation techniques in qualitative descriptive. The results showed that of the total tourist village in Badung, only two villages has been running activity tourist village, which is a tourist village in the hamlet Comedy, Turn Sidan Village, and in the Hamlet Kiadan, Plaga Village. Many of the problems faced by managers of tourist village of the Group of Tourism Awareness (Pokdarwis) in each village, like a weak understanding of the tourist village, the support of local governments that have not been integrated together stakeholders of tourism, finance, the potential of which has not been developed to the maximum, and the development of a tourist attraction without proper planning. Another important finding is confusion tourist village and tourist attraction, so at the application level tourist villages that already has a tourist attraction has been established, will be lifted name, but in real tourism activities are carried out precisely focused to a tourist attraction that exist in the village. So the tourist products offered by Pokdarwis, rarely touched even many tourist villages that do not have tourist products and attractions. Keywords : planning, development, rural tourism
ASPEK PENGEMBANGAN DESA WISATA NELAYAN KAMPUNG LAUT SEGARA ANAKAN CILACAP
Abstrak Mencermati atas potensi kelautan Segara Anakan Cilacap, atas pasaran seperti yang diamantkan dalam GBHN 1988, dipandang perlu untuk mengembangkan " wisata agro berbasis perairan " dalam bentuk pengembangan " Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara Anakan ". Upaya pengembangan dan peningkatan wisata agrowisata agro berbasis perairan laut, selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, juga memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, dengan tetap memperhatikan dan memelihara kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidupnya; serta berazaskan pola kehidupan masyarakat setempat.
ANALISIS LAMAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
STIKOM UYELINDO KUPANG, 2019
West Kalimantan, a province in the west of the island of Borneo (Borneo) which is precisely crossed by the equator is a province that is rich in natural and cultural potential so that it becomes a special attraction, especially in the tourism sector. With this potential, West Kalimantan is one of the representations of Indonesia as an equatorial emerald state. The Provincial Government of West Kalimantan itself has utilized information technology in the form of a web-based information system called the Tourism, Ecraf, Youth and Sports Information System (Si Kepo) to promote and present information related to several things, one of which is tourism. Si Kepo Disporapar West Kalimantan can be accessed through the address http://sikepo.disporapar.kalbarprov.go.id/. The purpose of this study is to find a picture of the media richness of the tourism page on the Si Kepo website so that it can explore the extent of its benefits to tourists and provide recommendations for improvement and development of the Kepo in the future by conducting analysis based on elements of Media Richness Theory (MRT).
PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KAMBING DI KALIMANTAN BARAT
Berbagai kelebihan dan fungsi ternak kambing yang memiliki nilai tambah merupakan peluang bagi peternak, pemerintah dan swasta untuk mengembangkan dan meningkatkan populasi ternak kambing dalam rangka peningkatan pendapatan petani peternak. Sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor penggerak dalam pembangunan pertanian. Potensi lahan untuk pengembangan peternakan kambing (ruminansia) di Kalimantan Barat adalah seluas 4.928.306 ha atau sebesar 33,57 % dari luas wilayah. Selain jenis pakan hijauan alam, Propinsi Kalimantan Barat memiliki keunggulan komparatif sumber pakan alami seperti dari hasil samping produk pertanian, perkebunan, perikanan dan industri pengolahan. Hanya 0,018 % potensi lahan per hektar yang telah dimanfaatkan untuk mengembangkan peternakan kambing di Kalimantan Barat. Dengan aplikasi perbaikan teknologi dapat meningkatkan produktivitas induk sebesar 71 % dan memberikan pertambahan bobot badan harian minimal sebesar 112,5 % dari teknik budidaya yang dilakukan petani. Sinergisme antar sub sistem agribisnis sangat mentukan kecepatan pengembangan ternak kambing di Kalimantan Barat. Besarnya potensi yang dimiliki Kalimantan Barat tidak akan memberi arti tanpa perencanaan, strategi dan aplikasi langkah tindak lanjut pada tingkat operasional.
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN MALANG
Tujuan penulisan paper ini, yaitu untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan ekowisata yang profesional dan mendeskripsikan strategi pengembangan ekowisata agar mampu bersaing dengan wisata konvesional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu daerah yang memiliki keunggulan alam yang potensial dengan didukung oleh berbagai prasyarat untuk mengembangkan keparawisataannya khususnya dalam sektor ekowisata adalah Kabupaten Malang, sehingga Malang mendapat julukan sebagai Paris van East Java dikarenakan kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih, bagaikan kota "Paris"-nya Jawa Timur. Namun demikian, dengan berbagai potensi ekowisata yang besar tersebut, pengembangan ekowisata masih terkendala berbagai hal diantaranya adalah sarana dan prasarana infrastruktur yang belum memadai, partisipasi masayarakat lokal masih minim, kurangnya promosi, dan dukungan pemerintah yang belum bersinergi secara optimal. Berdasarkan hasil penelusuran lokasi wisata tersebut, maka lokasi wisata dapat dipetakan menjadi 5 (lima) bagian yaitu Malang Barat, Timur, Selatan A, Selatan B, dan Utara. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik wisata sendiri. Malang Barat dan Timur memiliki karakteristik wisata wilayah pegunungan, Malang selatan memiliki karakteristik wisata wilayah kelautan, dan Malang Utara memiliki karakteristik wisata peninggalan sejarah. Adapun untuk mengatasi berbagai permasalahan ekowisata. Maka pengembangannya perlu diarahkan pada kualitas kelembagaan, pengelolaan dan pelayanan, serta kualitas pemasaran mulai dalam negeri sampai luar negeri. Sehingga di era globalisasi, ekowisata siap menghadapi persaingan dengan wisata konvesional dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta perekonomian daerah pada umumnya.
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DESA WISATA BATIK KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG
Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis hambatan internal (kelemahan) maupun eksternal (tantangan) pengembangkan desa wisata batik Desa Babagan, merumuskan strategi alternatif serta keberadaan showroom dalam merespon terbentuknya koperasi. Penelitian deskriptif kualitatif ini pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, metode dan teori. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Subjek penelitian terdiri dari pengrajin batik, kepala desa dan tokoh masyarakat. Simpulan yang didapatkan masih banyaknya kelemahan Desa Babagan sebagai desa wisata batik karena memang baru tahun 2015 diresmikan. Tantangan terbesar terletak pada penekanan budaya batik lokal bagi masyarakat luas. Adapun Strategi alternatifnya dengan mendorong masyarakat dan pemerintah menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya kegiatan wisata sekaligus masyarakat menjadi pelaku sektor kepariwisataan dan penguatan usaha, mengikutsertakan masyarakat berbagai kegiatan, pemerintah dilibatkan setidaknya sebagai donatur penyelenggara kegiatan, diadakannya pelatihan berbasis hardskill dan softskill serta pembinaan dan pendampingan dari dinas terkait, pelatihan mengenai strategi pengelolaan usaha serta pemasaran, menata kembali organisasi pengelola desa wisata batik, rekondisi pengelolaan showroom sekaligus sebagai koperasi. Begitu pula yang terjadi pada showroom dapat merespon terbentuknya koperasi, dikarenakan pengelolaan showroom tersebut telah terjadi kegiatan menuju terbentuknya pra koperasi. Namun, hal yang menjadi perhatian yaitu masih kurangnya pemahaman masyarakat adanya keberadaan koperasi berikut pula pemanfaatannya.
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SECARA UMUM
Beberapa konsep pengembangan (pembangunan) pariwisata yang dianggap benar dan ramah terhadap lingkungan (sosial, alam dan budaya) diantaranya adalah pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berbasis komunitas. Kedua konsep pengembangan inilah yang saat ini menjadi acuan baik bagi kalangan akademisi maupun praktisi. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia. Pembangunan berkelanjutan tidak saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the right thing