Trik memanage perilaku anak (original) (raw)
Related papers
Perilaku Memaafkan Pada Anak Dengan Conduct Disorder
Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 2009
Masa kanak-kanak merupakan masa yang perilaku menyakiti orang lain. Walaupun merupakan tahapan penting dalam demikian, perilaku yang muncul lebih perkembangan setiap individu. Di dalam tereksternalisasi dan dibedakan dari perilaku perkembangannya, individu diharapkan menyakiti diri sendiri (Dodge & Pettit, tumbuh dan berkembang secara matang 2003). Conduct disorder dalam DSM IV dalam berbagai aspek kehidupan baik fisik, memiliki beberapa gejala antara lain sering psikis, sosial, maupun spiritual. Dengan mengintimidasi orang lain, memulai demikian, setiap generasi penerus dapat perkelahian yang mengakibatkan cedera diharapkan mencapai kematangan secara fisik, menyakiti orang lain maupun hewan, optimal dan berfungsi sebagai peletak dasar serta tindakan yang melanggar aturan baik di bagi kemajuan pribadi. institusi pendidikan, sosial, maupun hukum Namun demikian, terdapat beberapa (Wenar, 1994). hal yang dapat menghambat optimalisasi Gangguan perilaku ini memiliki pertumbuhan tersebut. Beberapa gangguan berbagai dampak yang merugikan bagi anak perkembangan tersebut dapat berasal dari yang dapat menghambat perkembangan di dalam maupun dari luar diri anak. Salah satu masa selanjutnya. Dampak yang ditimbulkan gangguan yang terdapat pada diri anak dari conduct disorder antara lain adanya adalah conduct disorder. Conduct disorder kesulitan untuk mempertahankan pola dapat diartikan sebagai suatu gangguan interaksi hubungan dengan teman sebaya, perilaku yang termasuk dalam perilaku kurang mampu menyesuaikan diri dengan antisosial yang seringkali ditandai dengan lingkungan sekitarnya, kecenderungan untuk
Madani, 2021
Keinginan untuk menerbitkan buku ini karena banyaknya kebutuhan tentang metode pengasuhan anak dan pengembangan komunitas dalam kajian psikologi yang belum begitu banyak diterapkan. Buku ini menyajikan sebuah pengalaman yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengasuh terhadap anak yang pendekatannya berbeda dengan beberapa pendekatan yang sudah populer selama ini. Jika selama ini pendekatan yang digunakan belum banyak menemukan pengetahuan lokal dari sebuah proses perubahan dalam pengasuhan anak, maka buku ini berusaha melampaui diskursus tersebut dengan menggali pengetahuan lokal masyarakat sebagai sebuah piranti penting yang dapat dikonstruksi sebagai khazanah yang mendasari tindakan seseorang. Hasilnya, merupakan konsep dan metode yang mampu dibangun menjadi konsep-konsep psikologis yang membumi. Buku ini juga berupaya mengeksplorasi pengetahuan yang dibangun ke dalam narasi kearifan lokal yang ditransformasikan ke dalam konstruksi metode pengasuhan anak yang berbasis kesadaran dan tindakan komunitas. Mengapa demikian? Sebab sumberdaya komunitas tidak hanya terpaku pada transformasi behavioristik, yakni perubahan perilaku, melainkan mampu mendongkrak kontekstualisasi kearifan lokal masyarakat dalam meracik isu atau masalah, membangun pengetahuan komunitas, sekaligus mengembangkan pikiran mereka menjadi tindakan pengasuhan terhadap anak. Dengan demikian, perkembangan penanganan dan pengasuhan anak akan lebih memberikan kesempatan untuk mengambil peran otonom, termasuk kerangka pikir perubahan yang merupakan kekuatan yang ditemukan dalam narasi-narasi lokal. Membaca buku ini dapat memperkaya khazanah pengalaman-pengalaman yang tidak hanya bersifat pragmatis, yakni lahirnya miniatur perubahan dan kesuksesan meningkatkan kualitas pengasuhan melainkan juga menghadirkan konsep bahwa suatu tindakan, penjelajahan pengetahuan dan pengalaman positif, dapat diekstraksi menjadi kearifan lokal untuk dijadikan sebagai basis perubahan. Buku ini memberikan inspirasi model penelitian tindakan partisipatif, khususnya di bidang psikologi, di tengah tradisi penelitian tindakan positifistik. Para penstudi, ilmuwan dan praktisi psikologi sosial dan anak patut untuk membaca buku ini.
Pengembangan Perilaku Anak Melalui Imitasi
2016
Anak sangat mudah menirukan atau mengimitasi suatu model yang dijumpai dan diinginkan untuk ditirukan. Hasil imitasi dapat ditunjukkan secara langsung maupun di waktu mendatang. Tujuan dari imitasi untuk meghasilkan perilaku baru secara lebih mudah dalam waktu yang singkat. Prosedur yang dilakukan dalam proses imitasi mencakup (1) Proses memperhatikan, (2) Proses mengingat, (3) Reproduksi motorik, serta (4) Proses reinforcement dan motivasional. Orang tua dan guru seharusnya menjadi model yang teladan bagi anak.
METODE MENGGAMBAR DALAM MELATIH MOTORIK ANAK
Jurnal Abdimas Terapan, 2023
Kualitas peserta didik sangat tergantung pada profesionalisme pendidik yaitu guru, termasuk perkembangan motorik siswa. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik, sangat mendesak untuk meningkatkan mutu dan kemampuan pendidik di ruang kelas terkhusus sebagai metode pembelajaran. Maka dari itu, guru harus dikembangkan dan dibekali dengan metode pembelajaran yang kreatif dan tepat guna. Di antara banyak metode belajar yang ada, mengambar adalah satu diantara banyaknya metode pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan motorik siswa. Kontribusi penulis dalam pelaksanaan kegiatan amal adalah pendampingan. Hasil kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan motorik siswa Rusunawa Marunda. Pengaruh peningkatan kemampuan motorik siswa tentunya berkaitan dengan kedisiplinan, emosi, keterampilan dan kreativitas anak-anak Rusunawa Marunda, Cilincing Jakarta Utara.
Membentengi Moral Siswa dari Perilaku Menyimpang
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya kepala sekolah dalam menanggulangi berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh siswa melalui program 10 pembiasaan akhlak mulia di SMP Negeri 1 Pabuaran Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan. Hasil yang didapatkan ialah (1) Kepala sekolah telah melakukan fungsinya sebagai pemimpin di SMP Negeri 1 Pabuaran. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana kepala sekolah membangun komunikasi yang baik dengan guru, siswa, masyarakat serta pemangku kebijakan dalam rangka membangun sistem dan kualitas sekolah yang lebih baik.
Teknik Perantaian Untuk Keterampilan Berpakaian Pada Anak Tunagrahita Sedang
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi)
Children with moderate intellectual disabilities experiencing obstacles in academics, reading, and arithmetic, but can be educated to take care of themselves. One of the important adaptive behaviors for individuals to master is dressing skills and these skills can be improved by modifying behavior. This study aims to determine the effectiveness of the application of the chaining technique in improving dressing skills in children with moderate mental retardation. The sampling technique in this study used purposive sampling with the criteria of children aged 6-11 years, experiencing problems in intellectual function in the IQ range of 35-55 (Binet's scale), inhibited in adaptive function, and unable to dress independently. Data collection techniques in this study used observation and interviews. The results indicate that there is a change in the level of dress skills in children with intellectual disabilities in the moderate category before and after applying the chaining technique.
Sekarang saatnya kita bertanya bagaimana menjalankan peran sebagai orang dalam kehidupan anak? Sebab menolong anak untuk mengerti panggilan dan misi Allah dalam hidupnya, bukanlah hal yang mudah. Peran orang tua yang membutuhkan komitmen ini saya sebut sebagai peran merajut hidup anak dalam blue print ALAH (Mazmur 139:13-17). Mari kita membaca Mazmur ini dalam bahasa seorang ibu "....matamu melihat selagi anakku masih bakal anak. Dalam kitabmu semuanya tertulis hari hari yang akan dibentuk sebelum ada satupun daripadanya." Alkitab dengan jelas memberitahu kita, ada blue print Allah untuk kehidupan setiap anak kita. Orang tua harus mengingat ini sungguh-sungguh, agar dalam menjalankan peran tidak melakukan kesalahan. Jangan sampai kita salah merajut hidup anak atau bahkan mengoyaknya. Pertama, setiap orang tua harus merajut hidup anak dalam doa dan air mata. Bila kita tidak mendoakan anak dengan segenap hati, kita tidak akan pernah berhasil menjadi orang tua bijak yang dapat menolong anak untuk berjalan menggenapkan misi Allah. Kedua, orang tua berkomitmen untuk hidupnya menjadi model dan teladan bagi anakanak. Sebab anak-anak pasti akan merekam setiap detail kehidupan orang tua. Anak memperhatikan cara kita berbicara, cara kita memperlakukan orang, karakter kita, kebiasaan hidup kita, dan seterusnya. Ketiga, merajut hidup anak berarti membangun motivasi suci dalam diri anak. Sebab merekalah yang akan menggenapkan misi Allah dalam hidupnya. Mereka yang akan menjalani hidupnya dan terus melangkah hingga menyelesaikannya sesuai desain Sang Jurudesain Agung. Keempat, setiap orang tua harus terus menanamkan dalam hati, kami harus merajut hidup anak dalam blue print Allah (artinya sama sekali bukan dalam rancangan ambisi orang tua). Untuk tugas penting dan mulia ini, hal utama yang harus dipastikan, sebagai orang tua kita sendiri harus sudah berada di dalam berkat Allah. Artinya harus jelas bagaimana relasi iman, hubungan pribadi kita dengan Allah. Di dalam Alkitab dikisahkan Yakub dengan tigabelas anaknya, yang karena tidak berjalan dalam berkat Allah, dia banyak mencucurkan airmata penyesalan. Betapa berat masalah Yakub dan anak-anaknya, meskipun hartanya berlimpah. Baru setelah 21 tahun, yakni setelah Yakub bertemu Allah di Pniel, dia mengalami perubahan dan sekaligus pembaharuan hidup. Terbukalah jalan untuk Yakub menolong dan memberkati anak-anaknya. Jadi setiap orang tua harus terlebih dulu mengalami perdamaian dengan Allah. Hidup beriman disertai penyerahan hidup total kepada Tuhan. Sudahkah Anda mengalami Pniel? Hanya berkat Allah yang dapat memberi damai dalam hati, yang menolong kita menjadi orang tua yang bijak. Berikutnya, setiap anak kita, harus berada di dalam tangan Allah. Artinya penting bahwa setiap anak kita sudah menerima dan mengenal Allah secara pribadi dalam hidupnya. Kita harus memastikan bahwa anak kita sudah menerima Tuhan Yesus secara pribadi dalam hidupnya. Sebagai orang tua yang diberkati Allah, kita dapat memberkati anak-anak kita. Betapa indahnya, orang tua dalam berkat Allah dan anak dalam tangan Allah. Inilah