KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN REMAJA DI DESA PAKRAMAN PERAUPAN DENPASAR (original) (raw)
Related papers
DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR
Environment is very important in the human life cycle. In modern times problems arise regarding the environment. In this paper the issue raised is the impact of environmental pollution caused by sewage and waste as well as the government's efforts to prevent environmental pollution.To these problems occurs line with technological developments who without pay attention to environment. Environmental pollution has an impact on health, aesthetics, economic losses, and disruption of natural ecosystems. The method used in this paper is a juridical-empirical, theoretical approach using facts and laws. The conclusion of these problems is the lack of awareness on the part of industry employers and the community to protect the environment from pollution and waste bins will berdampaknya the destruction of natural ecosystems and reduced environmental quality standards.
PENGARUH DISMENOREA PADA REMAJA
Abstrak Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi yang dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun. Menstruasi merupakan hal yang bersifat fisiologis yang terjadi pada setiap perempuan. Namun pada kenyataannya banyak perempuan yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore. Nyeri haid / dismenore adalah keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri. Sekitar 70-90 % kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat menimbulkan dampak konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan. Dari konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan akan mempengaruhi kecakapan dan keterampilannya. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri dan kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial , kecakapan akademik, maupun kecakapan vokasional. Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Karena dismenore aktivitas belajar dalam pembelajaran bisa terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang diberikan selama pembelajaran yang berlangsug tidak bisa ditangkap oleh perempuan yang sedang mengalami dismenore. Oleh sebab itu dismenore pada remaja perlu mendapat perhatian dari orang tua masing-masing seperti memberikan penanganan yang tepat baik secara farmakologis atau non farmakologis.
POLA PEMELIHARAAN TERNAK SAPI BALI DI LAHAN KERING DATARAN RENDAH LOMBOK TIMUR
ABSTRAK Sebagian besar usaha ternak sapi di Kabupaten Lombok Timur berada dalam penguasaan petani kecil dengan berbagai keterbatasannya yaitu : pengetahuan, lahan serta modal usaha. Sapi yang dipelihara umumnya sapi Bali. Pengiriman bibit sapi ke luar daerah secara terus menerus menjadi salah satu penyebab menurunnya mutu. Bobot jual saat ini berkisar 250-350 kg sementara potensi sapi Bali 450-500 kg. Upaya perbaikan kualitas mengalami banyak hambatan dengan sistem pemeliharaan yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemeliharaan dan permasalahan yang dihadapi dalam menghasilkan ternak sapi Bali dan strategi untuk mengatasi permasalahan. Penelitian dilaksanakan di Desa Rarang Selatan dan Desa Perigi Kabupaten Lombok Timur, selama tahun 2004. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemeliharaan ternak yang masih konvensional sehingga produktivitas ternak sapi rendah. Sumber daya manusia sebagai pelaku uasaha pada kedua desa rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Ketersediaan pakan alami menjadi andalan petani, belum berkembangnya ekstensifikasi sumber pakan. Keterbatasan sumberdaya alam serta kondisi iklim menyebabkan seringkali terjadi kekurangan pakan. Demikian pula dengan manajemen reproduksi yang lemah untuk mendukung usaha ternak yang bersifat sebagai usaha pembibitan karena adanya pola kadasan atau gaduhan. Kesimpulan sementara bahwa pola pemeliharaan dengan sistem semi-intensif dimana pakan diberikan berupa rumput alam, leguminosa dan sedikit yang memberikan limbah pertanian seperti jerami kacang tanah. Perkawinan ternak dilakukan secara alami ketika ternak digembalakan atau diikat-pindah, sebagian kecil dengan IB. Dengan kondisi penerapan teknologi saat ini, ditemui permasalahan ketersediaan pakan, sulitnya mendapatkan bibit ternak sapi Bali yang berkualitas baik, calving interval yang panjang, serta kematian
PEMASARAN TERNAK DOMBA DI PASAR HEWAN PALASARI KABUPATEN INDRAMAYU
ABSTRAK Penelitian dilakukan di Pasar hewan Palasari Indramau Jawa Barat, penentuan data dilakukan dengan metoda survey lapang dipasar hewan, pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap 10 pedagang kecil, 10 pedagang besar, 10 calo ternak domba dan konsumen ternak domba, data primer dan data skunder dianalisis secara diskriptif dan kuantitatif. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui rantai pemasaran ternak domba di pasar hewan Palasari Indramayu. Hasil Penelitian rantai pemasaran ternak domba mempunyai 3 (tiga) mata rantai hingga pada konsumen akhir, pada masing-masing mata rantai memiliki margin pemasaran tersendiri, yaitu rantai pemasaran I, II dan III, masing-masing rantai pemasaran menentukan nilai share, dengan keuntungan yang berbeda, diperoleh rantai pemasaran I pedagnag kecil nilai share sekitar 2%/ekor, rantai pemasaran II pedagang besar nilai share sekitar 2%/ekor dan rantai pemasaran III para calo nilai share sekitar 1,5%/ekor. Rantai pemasaran I pedagang kecil nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.300.000/ ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.476.815/ ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 128.813.38/ekor, rantai pemasaran II pedagang besar nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.392.920/ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.428.813,8/ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 128.813.38/ekor dan rantai pemasaran III calo nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.346.000/ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.428.813,8/ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 35.893,8/ekor. ABSTRACT The study was conducted at the market animal Palasari Indramayu, West Java, the determination of the data is done by the method of field survey on the market of animals, data retrieval is done through interviews with 10 small merchants, 10 wholesalers, 10 brokers sheep and consumers sheep, primary data and secondary data analyzed diskriptif and quantitative. The purpose of this paper is to investigate the marketing chain of sheep at the animal market research Indramayu. The results Palasari marketing chain of sheep has 3 (three) chain until the end consumer, in each chain has its own marketing margin, which is the marketing chain I, II and III, respectively the marketing chain determines the value of the shares, with a distinct advantage, obtained marketing chain I pedagnag small value share of around 2%/head, the marketing chain II wholesalers value share of around 2%/head and marketing chain III brokers value share of about 1.5%/head. Marketing chain of small traders selling points early adult male sheep around Rp 2.300.000/head and the value of the final sale
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITAR KAMPUS
This research aimed to find about student's perception about street hawker / street trader availability that located around campuss. Sample that have been chosen were student, whith variables to be research were product and service quality that given by them, and perception about street trader availability. Result shown than generally students thank thant product and service quality given were good and their availability were good, thant means their availability are helping people to fulfill their needs.
EKSISTENSI LAHAN TERLANTAR DI KAWASAN RENON DENPASAR
Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), 2019
As cities grow in their complexity, space-land becomes an increasingly invaluable and (could be as well) an inaccessible resource for all different causes. While this statement is true, this study finds that various plots of land in Renon Area of Denpasar City have not been used at their maximum uses and consequently fall into the category of neglected land. This study identifies characteristics of the so called neglected land found in Renon Area and determining factors that trigger its existence. Authors view that the existence of the abandoned land eventually implies an ineficiency in the utilization of urban area, as well as contributes negatively toward the image of Renon being the Civic Centre of Bali Province. This study uses qualitative research method. Observation, direct documentation and interviews have been carried out in data collection process. It finds there are four types of the neglected land: a. land with natural vegetation and was not maintained; b. land with vacant buildings; c. land with building debris; and d. land with semi-permanent buildings that were used for temporary purposes. Factors that cause the birth of these four categories of neglected land include those pertaining to: socioeconomic , physical conditions/location, and government policy/administrative issues. Authors expect that these findings will be of a pivotal beginning that leads to the stipulation of either strategies or policy as to how an abandoned land in town can be utilized for the benefits of a wider group, especially that of the public. Both government and urban planners will have a strategic role in making it happened. Abstrak Perkembangan pembangunan Kota Denpasar yang menonjol akan berjalan dengan baik apabila berada diatas lahan yang sesuai dengan fungsi dari peruntukan lahan dan berjalan secara berkesinambungan. Fenomena yang terjadi di Kawasan Renon Denpasar terdapat puluhan lahan yang tidak difungsikan ataupun dimanfaatkan dengan maksimal sehingga terjadinya lahan terlantar. Penelitian ini mengidentifikasikan karakteristik lahan terlantar dan faktor-faktor penyebab terjadinya lahan terlantar di Kawasan Renon Denpasar. Eksistensi lahan terlantar dapat berdampak buruk pada turunnya potensi pemanfaatan lahan, maupun implikasi terhadap citra kota di Kawasan Renon Denpasar. Teori tipologi, karakteristik lahan terlantar dan penggunaan lahan digunakan dalam pendekatan kajian teori. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sebagai sumber data dilakukan observasi, dokumentasi langsung dan data hasil wawancara informan pemilik lahan terlantar serta masyarakat sekitar. Hasil penelitian menunjukkan tipologi lahan terlantar pada Kawasan Renon adalah lahan dengan tumbuh-tumbuhan alami dan tidak terawat, lahan dengan bangunan yang terbengkalai, lahan dengan puing-puing bangunan, dan lahan dengan bangunan semi permanen yang difungsikan untuk kegiatan temporer.Faktor penyebab terjadinya lahan terlantar diantaranya: faktor sosial-ekonomi,faktor kondisi fisik / lokasi,faktor kebijakan / administrasi pemerintah. Hasil penelitian yang berupa pengidentifikasian tipologi dan penyebab dari lahan terlantar ini dapat memberikan implikasi yang signifikan terhadap pengembangan kebijakkan pemerintah, dan bagi perencana serta perancang kota dalam mencari manfaat terbaik dalam pemanfaatan lahan terlantar demi kepentingan semua pihak. Kata kunci : fungsi, lahan terlantar, pemanfaatan lahan, Kawasan Renon 1 Program Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana.
PERAN ORANGTUA TERHADAP ANTISIPASI KENAKALAN REMAJA
ABSTRAK Juvenile delinquency in the study of social problems can be categorized into deviant acts. The family has an important role in human education, The family shapes the character of family members, especially children and to adulthood. Adolescence is a period full of changes and vulnerable to the emergence of problems, especially in juvenile delinquency. Family members have their respective roles in building a harmonious family. Many causes come from the lack of quality education in the family: family broken home, Family Authoritarian, Children are not equipped with the science of religion, and rejection of children. Parents have a role in the growth and personal development of a child. For the family is the first environment of its place of existence and has the function of receiving, nurturing, and educating a child. It is clear that the family becomes the first place of education that every child needs, because the education in principle is to lay the groundwork and direction for a child. ABSTRAK Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam periaku menyimpang. Keluarga mempunyai peran penting didalam pendidikan manusia, Keluarga membentuk karakter anggota keluarganya khususnya anak-anak dan sampai dewasa. Masa remaja merupakan suatu periode yang penuh dengan perubahan serta rentan munculnya masalah terutama dalam kenakalan remaja. Anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing dalam membangun keluarga yang harmonis. Banyak penyebab datang dari kurangnya kualitas pendidikan dalam keluarga: keluarga broken home, Keluarga Otoriter, Anak tak dibekali ilmu agama, dan penolakan terhadap anak. Orang tua mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadiranya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat, dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan yang pertama yang dibutuhkan setiap anak, sebab pendidikan itu pada prinsipnya adalah untuk meletakan dasar dan arah bagi bagi seorang anak tersebut.