ALCOHOL BREATHNALYZER DENGAN LED SEBAGAI INDIKATOR DAN BUZZER (original) (raw)

Abstrak Generator induksi eksitasi sendiri (Self Excited Induction Generator) banyak digunakan sebagai sumber energi listrik di daerah pedesaan. Pengoperasian generator induksi satu fasa dari motor induksi tiga fasa membutuhkan arus eksitasi dari kapasitor. Generator induksi memiliki keunggulan seperti relatif murah, pemeliharannya mudah (easy maintenance), kokoh, konstruksi sederhana, dan tahan terhadap over speed. Akan tetapi generator induksi mempunyai kelemahan dalam hal regulasi tegangan, ketika generator induksi dibebani maka tegangan generator induksi akan turun drastis. Penelitian ini bertujuan, pertama mengubah motor induksi 0,25 HP menjadi sebuah generator induksi eksitasi sendiri dan kedua mengendalikan tegangan generator induksi saat berbeban dengan metode logika fuzzy berbasis PLC sehingga generator dapat mensuplai beban 100 watt dengan tegangan dapat dijaga 220 volt dengan toleransi error ± 5% dan frekuensi 50 Hz dengan toleransi error ± 1%. Pengendali beban generator terdiri dari PLC Omron CJ1G CPU23, MAD 42 sebagai input/output analog, penyearah, MOSFET, sensor tegangan, optocoupler, dan beban resistif sebagai dummy load. Berdasarkan hasil pengujian generator dapat dibebani sampai 100 watt, tegangan 220 volt dengan error ± 2,8 % dan frekuensi 50 Hz dengan error ± 0,3 %, saat pengujian putaran generator induksi dijaga konstan 1615 rpm. Kata kunci : Fuzzy Logic, PLC, Generator Induksi Eksitasi Sendiri, Pengendali Beban. 1. Pendahuluan Semakin meningkatnya kebutuhan energi listrik ramah lingkungan, maka dibutuhkan sumber energi baru terbarukan. Salah satu sumber energi yang dapat dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) diantaranya adalah generator induksi penguatan sendiri. Generator induksi penguatan sendiri (SEIG) merupakan generator yang tidak memerlukan catu daya eksternal untuk menghasilkan medan magnet eksitasi, sehingga generator induksi banyak digunakan di PLTM [9]. Generator induksi eksitasi sendiri bekerja dengan mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Untuk dapat membangkitkan tegangan pada terminalnya, generator induksi membutuhkan suplai daya reaktif yang cukup sehingga kebutuhaan daya reaktif generator terpenuhi. Daya reaktif yang dibutuhkan generator untuk eksitasi biasanya lebih besar daripada daya reaktif beban, sehingga total daya reaktif yang dihasilkan akan bersifat kapasitif. Untuk dapat memenuhi kebutuhan daya reaktif maka dapat dipasang kapasitor pada terminal generator yang memiliki nilai [1]. Generator induksi memiliki keunggulan antara lain: relatif murah, pemeliharannya mudah (easy maintenance), kokoh, konstruksi sederhana, dan tahan terhadap over speed. Akan tetapi, Palwalia, dkk [5], dalam penelitiannya mengemukakan bahwa generator induksi memiliki kelemahan, yaitu: pengaturan tegangan dan frekuensi yang kurang. Hal ini terjadi karena perbedaan daya reaktif yang dihasilkan kapasitor eksitasi dan yang dibutuhkan oleh beban dan mesin. Untuk menjaga tegangan dan frekuensi SEIG walaupun terjadi perubahan beban adalah dengan cara menentukan nilai kapasitansi atau mengendalikan kecepatan dari penggerak utama. Pengendali beban elektronik (ELC-Electronic Load Controller) dapat digunakan untuk mempertahankan keluaran SEIG tetap konstan. Maka, dummy load harus terhubung secara pararel dengan beban konsumen sehingga beban daya total yang dihasilkan adalah konstan [10].