PERAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA BUDAYA (original) (raw)

AKSIOLOGI BUDAYA LOKAL JAWA-BALI PADA PROSES KREATIF BERKARYA PELUKIS BALI DI YOGYAKARTA

Jurnal Studi Budaya Nusantara, 2019

Setiap diri menusia memiliki aspek-aspek kehidupan yang meliputi filsafat, kepercayaan, ilmu dan seni. Keempat aspek tersebut saling berinteraksi dan saling melengkapi menjadi satu sistem yang utuh. Penlitian ini berupaya menyelidiki lebih dalam mengenai aspek aksiologi akulturasi nilai-nilai budaya lokal pada interaksi lingkungan masyarakat (kebudayaan) yang berbeda-beda suku, ras, agama, dan nilai local genius-nya yang mana memiliki kesadaran bersama untuk saling menghormati, toleran dan "terbuka" atas kehadirn budaya lain. Objek material penelitian ini yakni perupa/pelukis perantauan Bali yang proses kreatif di Yogyakarya, dan objek formalnya yakni Aksiologi. Dengan menyelidiki dan meneliti ekspresi kesenian serta luaran karya seni yang dihasilkan oleh pelukis perantauan Bali di Yogyakarta, maka dapat dilihat kondisi perkembangan berkesenian, adaptasi nilai-nilai budaya, dan kemampuan personal perupa sebagai diri pribadi dan makhluk sosial dalam berbaur dan terkadang sinkretis. Perupa sebagai bagian dari penyangga kebudayaan, tentu tidak bisa terlepas dari berbagai pengaruh yang berada di lingkungan sekitarnya. Teori etika, estetika, dan habitus menjadi modal yang kuat untuk melihat "persentuhan" dan bauran nilai budaya lokal antara perupa dan budaya setempat yang mereka diami, sehingga akan tampak bagaimana relasi sosial dan refleksi relasi visual dalam karya. Meneliti dan mengamati perkembangan seni rupa melalui jalur penciptaan, memang mengantarkan kita pada dimensi aksiologi nilai etika dan estetika yang unik dan personal. Setiap perupa memiliki dunia rupanya yang otonom serta pengendapaan nilai etika dalam proses berkaryanya namun tetap mampu membumikan diri untuk beradaptasi, toleransi dan hidup multikultur.

POTENSI FISIK DAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI DAYA TARIK DESA WISATA YANG LESTARI DI YOGYAKARTA

Perkembangan desa wisata adalah trend baru yang saat ini berkembang di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini tidak lepas dari kecenderungan wisatawan yang saat ini lebih banyak tertarik pada wisata minat khusus seperti menikmati alam bebas dan live in (hidup bersama) dengan warga dalam suasana tradisional. Sebagai tujuan wisata, potensi fisik merupakan hal penting untuk mendukung keberlangsungan suatu desa wisata. Unsur alam menjadi dominan, sehingga partisipasi masyarakat untuk memelihara lingkungan yang asri merupakan kunci utama keberhasilan desa wisata tersebut. Budaya menjadi faktor pendukung yang memperkuat pelestarian melalui adat dan tradisi warga desa. Pembahasan dalam tulisan ini akan menilai dengan membuat perbandingan 3 (tiga) contoh desa wisata yang mempunyai unsur alam sebagai potensi fisik yang didukung budaya local sebagai tradisi untuk memperkuat pelestarian desa. Tulisan ini memberi gambaran nilai dari karakter lokalitas desa yang diangkat agar tetap menjadi desa wisata yang lestari dan berkelanjutan. Kata kunci: desa wisata, potensi alam, budaya lokal, pelestarian.

WARGA BERDAYA SEBAGAI SUBPOLITIK DAN KAMPANYE JOGJA ASAT: PENOLAKAN PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN DI YOGYAKARTA

Jurnal Pengembangan Kota, Universitas Diponegoro, 2021

This article departs from the Jogja Asat campaign used by warga berdaya in rejecting hotels and apartments in Yogyakarta. The concept of sub-politics by Ulrich Beck was then used to analyze this case. By the description above, the main question of this research is how the process of warga berdaya, as a sub politics phenomenon, rejects the construction of hotels and apartments in Yogyakarta through the Jogja Asat campaign. The research was conducted with the qualitative method through a case study approach, with descriptive analysis. The results of this study show that warga berdaya is a sub politics as Ulrich Beck explained. The sub politics departs from the finding that warga berdaya is not a formal organization but rather a coalition of citizens connected to other civil society organizations such as Wahana Lingkingan Hidup (WALHI), Indonesia Visual Art Archive (IVAA), and Watchdoc. Through the Jogja Asat campaign, warga berdaya attempts to counter the modernization of tourism in Yogyakarta. In its process, warga berdaya, as a sub politics is not only campaigning about Jogja Asat. Warga berdaya also empowering the community towards critical awareness of the environment and built a network with various actors who experienced unrest due to the construction of hotels and apartments.

PENGEMBANGAN KOMUNITAS PEMINAT SEJARAH DAN BUDAYA SEBAGAI UPAYA MEMBANGKITKAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN DI KOTA TUA JAKARTA

Kawasan Kota Tua Jakarta kini kusam dan banyak sendi-sendi kehidupannya yang lenyap. Kawasan kota lama yang dirasa tidak lagi sinkron dengan aktivitas ekonomi masa kini menyebabkan kota lama ditinggalkan penghuninya, dan perekonomian bergeser ke kawasan kota yang lebih baru. Bangkitnya perekonomian di kawasan Kota Tua Jakarta dapat menjadikannya sebagai urban generator penting Kota Jakarta. Arsitektur adalah wujud fisik pembentuk ruang kota, oleh karenanya peninggalan arsitektur tidak boleh dipandang sebagai benda cagar budaya saja. Kehadiran manusia beserta aktivitasnya adalah faktor pengisi yang sangat menentukan tumbuh atau merosotnya kawasan. Aktivitas pariwisata memiliki andil menggerakkan perekonmian guna memperkuat peranan kota tua sebagai kawasan cagar budaya. Berfokus pada aspek kepariwisataan dan potensi kota tua sebagai kawasan cagar budaya, dilakukan penelusuran masalah dan potensi tentang issue-issue terkait Kota Tua Jakarta dari media cetak dan elektronik. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa berkembangnya komunitas-komunitas peminat sejarah dan budaya yang senang berjalan-jalan di Kota Tua Jakarta merupakan refleksi dari ungkapan city as a trip . Kehadiran komunitas-komunitas tersebut membangkitkan kembali gairah kehidupan di kota tua, memberikan energi positif dan merupakan jembatan guna meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian pusaka bangsa. Artinya, kegiatan revitalisasi seharusnya melibatkan peran aktif anggota masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEBIJAKAN KOTA SEHAT DI YOGYAKARTA

Paper Administrasi Kebijakan & Kesehatan, 2024

Konsep Kota Sehat menjadi semakin relevan dalam konteks globalisasi dan urbanisasi yang cepat. Kota Sehat tidak hanya mencakup infrastruktur fisik yang berkelanjutan, tetapi juga kesejahteraan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan bagi penduduknya. Konsep ini menekankan pentingnya integrasi antara pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan, kesehatan masyarakat, serta partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Sebuah Kota Sehat ideal tidak hanya menawarkan infrastruktur yang aman dan berkelanjutan tetapi juga mendorong gaya hidup sehat dan inklusif bagi penduduknya. Terkini, konsep Kota Sehat merupakan pendekatan integral dalam membangun kesejahteraan di tengah urbanisasi global yang melaju kencang.

IKTIBAR JURNALISME WARGA BAGI KOMUNITAS WARIA DI YOGYAKARTA

This article aimed to describe citizen jurnalism has been used in the fight for civil and political rights. Then, describe the fulfillment civil and political rights of shemale in Yogyakarta. The results that citizen jurnalism can used as a tool in fight for civil and political rights. And the fulfillment civil rights of shemale is unfulfilled overall.

KONSEP EKOLOGIS DAN BUDAYA PADA PERANCANGAN HUNIAN PASKA BENCANA DI YOGYAKARTA

Jurnal ARTEKS, 2018

Abstrak Hunian bantuan pasca bencana biasanya didesain dengan desain yang hanya mempertimbangkan kecepatan konstruksi dan efisiensi biaya pembangunan dengan kurang mempertimbangkan kekhasan budaya lokal serta kondisi lingkungan suatu kawasan. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, maka arsitektur lokal yang merupakan wadah dari budaya lokal dan bentuk respon masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar secara perlahan akan terancam hilang bersamaan dengan adanya bencana, yang kemudian akan tergantikan dengan bentuk-bentuk hunian yang hampir seragam disemua tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep ekologis dan budaya pada perancangan hunian paska bencana di desa Ngibikan yang berhasil menjawab kebutuhan penghuninya dan menyatu dengan kehidupan masyarakatnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif untuk menggali konsep ekologi dan budaya pada perancangan di desa Ngibikan.Berdasar hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan konsep ekologis dan budaya pada perencanaan desain hunian paska bencana di desa Ngibikan turut mempengaruhi keberhasilan desain dalam menjawab kebutuhan penghuni dan merespon kondisi alamnya. Diharapkan proses rekonstruksi pemukiman paska bencana di desa Ngibikan ini dapat menjadi contoh bagi proses rekonstruksi dimasa mendatang agar proses rekonstruksi tidak hanya berupa upaya memenuhi kebutuhan hunian bagi korban bencana namun juga suatu upaya melestarikan arsitektur lokal yang merupakan wadah dari budaya lokal dan bentuk respon masyarakat terhadap kondisi lingkungan di suatu kawasan. Abstract Title: Ecologicals and Culture Concepts in Post-Disasters Housing Design Post-disaster housing is usually designed with a design that considers only the rapidity of development and cost efficiency without thinking of local cultural and environmental conditions of an area. If this happens continuously, then the local architecture which is a container of local culture and the form of community response to the surrounding environment will slowly be threatened to disappear along with the disaster, which will then be replaced by almost uniform shelter in all places. This study aims to identify ecological and cultural concepts on post-disaster residential design in Ngibikan village that successfully responds to the needs of its inhabitants and blends with the lives of its people. The method used is descriptive qualitative method to explore the concept of ecology and culture on the design in Ngibikan village. Based on the results of the research, it is found that the application of ecological and cultural concepts in the design of post-disaster residential design in Ngibikan village also influenced the success of the design in responding to the needs of the residents and responding to the natural conditions. It is expected that the post-disaster reconstruction process in Ngibikan village can serve as an example for the reconstruction process in the future so that the reconstruction process will not only be an effort to fulfill residential needs for disaster victims but also an effort to preserve local