MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (original) (raw)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu siswa belum menguasai bahan pembelajaran. Rusman (2014, h. 201) juga menyatakan bahwa teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Dalam teori kontruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya. Selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilam yang diharapkan.Kauchak dan Eggen (1998) juga menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran. Tipe GI (Group Investigation) merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi serta menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa, sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Metode GI (Group Investigation) yang pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976) ini merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Pada prinsipnya, metode GI (Group Investigation) sudah banyak diadopsi oleh berbagai bidang pengetahuan, baik humaniora maupun saintifik. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran kooperatif, metode GI (Group Investigation) tetap menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa. Menurut Rusman (2014, h. 22) mengemukakan beberpa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah sebagai berikut:

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP ILMIAH SISWA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran Group Investigation dalam menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen semu dengan desain random-pretest-posttest. Data diperoleh dengan menggunakan angket dan observasi. Data sikap ilmiah siswa antara kelompok investigasi dan Jigsaw, dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasil analisis data sikap ilmiah antara kelompok eksperimen dan kontrol dihasilkan thitung=1,994 dan ttabel=1,99 berarti thitung > ttabel sehingga dapat dinyatakan sikap ilmiah kelompok investigasi lebih baik daripada kelompok Jigsaw secara signifikan. Hal ini didukung oleh data observasi sikap ilmiah kelompok investigasi yakni 4,87% (sedang), 58,53% (tinggi), dan 36,59% (sangat tinggi), sedangkan kelompok Jigsaw 17,5% (sedang), 60% (tinggi), dan 22,5% (sangat tinggi). Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase sikap ilmiah kelas Jigsaw lebih tinggi dari Group Investigation pada kategori sedang dan tinggi, sedangkan pada kategori sangat tinggi, persentase sikap ilmiah model pembelajaran group Invvestigation lebih tinggi dari Jigsaw. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation lebih efektif menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Disarankan untuk penggunaan model pembelajaran Group Investigation agar sikap ilmiah siswa dapat ditumbuhkan This research aimed to describe effectiveness of Group Investigation learning model in growing student's scientific attitude. This research used a quasi experiment with random-pretest-posttest design. The data were gathered by using questioner and observation. The data of student's scientific attitude between investigation and jigsaw group were analyzed using t-test. The data analysis result found that tc = 1.994 and tt=1.99 which means that tc > tt and student's scientific attitude of investigation group is significantly better than that of jigsaw group. This result was supported by observation data of student's scientific attitude of investigation group, which were 4.87 % (medium), 58.53% (high), and 36.59% (very high), and those of jigsaw group which were 17.5% (medium), 60% (high) and 22.5% (very high). It was concluded that group investigation learning model is more effective to be used to grow student's scientific attitude. It is suggested to apply the model in order to grow student's scientific attitude.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

A. Pendahuluan Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhadap keaktifan dan hasil belajar geografi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kesamben. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk mengetahui keaktifan siswa dan soal-soal tes yaitu prates dan pascates untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji anova satu jalur (One Way Anova). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhadap keaktifan dan hasil belajar geografi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kesamben Blitar. Abstract: The aim of this research is to describe the influence of Student Teams Achievement Division (STAD) learning model implementation to the activity and geography learning result of students in the grade X at SMA Negeri I Kesamben. This research ordered to the type of quasi experiment research. Research instrument are observation sheet to know student's activity and test that are pretest and post test to get student learning result data. Data analysis technique that used in this research is one way anova test. Research result shows that there is an influence of Student Teams Achievement Divisions (STAD) learning model implementation to the activity and geography learning result of students in the grade X at SMA Negeri I Kesamben Blitar.