Politik Etis, Penerapannya di Provinsi Jambi (original) (raw)

Kearifan Politik Lokal Jambi

2019

The study of Islāmic politics and relationship to local wisdom in the archipelago cannot be separated from the study of Malay manuscripts of Islām. A serious and careful study of local texts can reveal the nature and character of society as a whole, as well as reconstruct the history of Islam in the archipelago. The study of Islam in the local context of course also aims to see and feel the linkage and attachment to the study of Islam globally.In the face of various challenges in the present era, it is necessary to study and re-dig the values ​​contained in the local treasures full of noble values. So expected of this endeavor, will be born in the wisdom of attitude in daily to the spirit of politics. One source of local wisdom that holds wealth in the form of noble values ​​in question, there is in the manuscript, or old manuscript of Malay that contains many things, ranging from law, custom, politics, and so forth. More specifically, this study focuses on the manuscripts of the Ki...

Politik Etnisitas Dalam Pelaksanaan Pemilu Kada

ABSTRAK Pelaksanaan Pemilu Kada menimbulkan permasalahan di tingkat lokal, salah satunya kekisruhan Pemilu Kada 2010 dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Pasaman yang menimbulkan persaingan kompetitif antar kandidat serta menguatnya sentimen keetnisan dan kedaerahan antara etnis Minang dan Mandahiling Batak. Hal ini terbukti adanya kelompok tertentu dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati (Tim Sukses) yang menjadikan primordial sebagai basis kekuatan massa yang secara emosional lebih kuat dan terjaga hak pilihnya. Wacanya etnis yang secara oposisional seperti “aku-kamu”, “kami dan mereka” dari tim sukses menimbulkan antagonisme dalam interaksi antar etnis Minang dan Mandahiling khususnya dalam tahapan Pemilu Kada (electoral proces). Permasalahannya apakah sentimen keetnisan menguat dalam Pemilu Kada 2010 di Kabupaten Pasaman dan implikasi menguatnya sentimen keetnisan terhadap pelaksanaan Pemilu Kada di daerah ini. Penelitian ini menggunakan konsep politik identitas etnis, implementasi politik etnis, Rasisme dan etnis dalam aspek politik identitas, pendekatan teoritis dalam melihat etnisitas dan pemilihan kepala daerah. Tipe penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian menunjukkan Pemilu Kada di Pasaman menjadikan etnis sebagai basis penentuan pasangan kandidat menyebabkan keterpecahan etnis Mandailing dan Minang dalam memberikan dukungan politik memudahkan untuk dimobilisasi oleh elit serta gerakan politik etnisitas dalam konteks Pemilu Kada menjadi daya dorong elit dalam mempengaruhi masyarakat serta berbagai bentuk atribut etnis dan bahasa rasial menjadi intrumen kampanye yang menimbulkan kekisruhan dalam tahapan Pemilu Kada. Perbedaan kultural yang menjadi kekayaan budaya daerah berubah menjadi perpecahan kelompok etnis yang menimbulkan hubungan primordial serta perasaaan sentimen dari kelompok etnis. Munculnya politik etnis karena pembangunan yang tidak strategis, ketimpangan struktur birokrasi, penggunaan identitas kultural yang terlalu menonjol dalam berbagai bidang sehingga menimbulkan sentimen dari kelompok yang merasa tidak diberdayakan serta menjadi pemicu menguatnya sentimen keetnisan dari masyarakat. Politik etnis juga disebabkan oleh kontruksi politik yang dilakukan oleh elit dalam mengeksploitasi etnis.

Politik Etis Dan Pengaruhnya Bagi Lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia

HISTORIA Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 2018

Politik etis dipusatkan membangun irigasi, menyelenggarakan emigrasi, dan memberikan sebuah pendidikan bagi bangsa Indonesia. Politik etis menuntut bangsa Indonesia kearah kemajuan, namun tetap bernaung di bawah penjajahan Belanda. Awal mula dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, bahwa Belanda memperhatikan pribumi dan membantu Indonesia dalam masa kesulitan. Meskipun pada kenyataannya kebijakan politik etis tidak serta merta mensejahterakan rakyat Indonesia, namun mampu merubah tatanan kehidupan bangsa, dimana sistem irigasi ada dimana-mana, masyarakat mengenal sistem pertanian dan perkebunan modern. Emigrasi atau trasmigrasi, dimana masyarakat dikirim keluar pulau Jawa, masyarakat Indonesia menjadi kenal satu sama lain dan membangun hubungan yang baik. Dampak politik etis yang sangat menonjol adalah program edukasi atau pendidikan. Adanya pendidikan bagi bangsa Indonesia, akhirnya dapat merubah pemikiran bangsa Indonesia untuk berfikir lebih maju dan bagaimana memperjuangkan suatu kemerdekaan tanpa jalan perang seperti di masa silam. Keuntungan dibidang pendidikan, yaitu banyak melahirkan tokoh cendikian lokal yang cerdas dan memiliki pemikiran yang setara dengan bangsa barat lainnya. Tokoh Cendikian atau golongan terpelajar bangsa Indonesia inilah yang akhirnya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia dengan semangat nasionalisme dengan cara diplomasi dan perang kemerdekaan Indonesia.

Gugung Dan Jehe: Pembelahan Etnik Karo DI Sumatra Utara

Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya

Studi ini bertujuan untuk memahami pembelahan etnik Karo di Sumatra Utara. Masalah dirumuskan pada pertanyaan: bagaimanakah pembelahan etnik Karo dilakukan selama periode kolonialisme? Paradigma yang digunakan pada kajian ini adalah sejarah etnik dengan pendekatan mixed epistemologi, yakni menggabungkan pendekatan sejarah, antropologi budaya, dan arkeologi untuk menelaah proses sejarah dan budaya yang memunculkan pembelahan etnik. Penelitian dijalankan secara kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa pembelahan etnik Karo merupakan fenomena pengontruksian identitas selama periode kolonialisme, yang didasarkan pada perbedaan sosio-geografis dan sosiokultural dengan penekanan secara politis, ekonomi, dan sosial. Satuan sosial hasil pembelahan, yakni Karo Gugung dan Karo Jehe, tidak menghasilkan deep-rooted ethnic boundary karena keduanya masih mengakui atribut objektif yang sama. Kebaruan kajian ini bahwa etnisitas adalah alat pembentukan koloni baru yang tunduk pada Pemerintah Kolonial.

Politik Etnisitas Dalam Upaya Pemekaran Provinsi Kotawaringin

Jurnal Sosial Humaniora, 2019

This study aims to provide a descriptive analysis of ethnicity politics from the perspective of Glazer and Moynihan "Beyond The Melting Pot" to expand Kotawaringin Province. The research method used is qualitative with a case study approach. The research data were obtained from observations, document searches and in-deep interviews. The results found that the desire to separate from Central Kalimantan Province made the five prospective regencies of Kotawaringin Province form a Melting Pot. "Melting Pot," which is meant here, is to be "Orang Kotawaringin." The Kotawaringin community is very heterogeneous, originating from not only one ethnicity but being able to unite for a common goal. In contrast to Glazer and Moynihan's "Being America," which illustrates the pattern of ethnic interaction in New York City is eternal. In Kotawaringin, this ethnic identity is only temporary and impermanent. The collective identity of being an Orang Kotawaringin is built according to an instrumentalist perspective, namely: ethnicity is seen not only as a given value or as a result of a social construction but rather as used to obtain benefits, including federal benefits.

Pola Dan Nilai Lokal Etnis Dalam Pemanfaatan Satwa Pada Orang Rimba Bukit Duabelas Provinsi Jambi

Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam

Orang Rimba is one of the ethnic groups living in and outside of Bukit Duabelas National Park Jambi Province. To support living in a group nomadically, orang rimba utilized many wildlife species and hold diverse utilization patterns. Study on etnozoology was conducted to get information on wildlife utilization especially on what species, what for, how to process and what is the value behind. Research was carried out in September-October 2013. Data were collected by open and structured interview to Orang Rimba's groups in Makekal Tengah, Makekal Hilir, Air Hitam, and Terap. The results showed that there were 29 wildlife species used by Orang Rimba for animal protein resource (consumption) (48.28%), local medicine (20.69%)), protected by custom (24.14%), and for sale (6.90%). Meat is the main part used by Orang Rimba (62%). According to customary law of Orang Rimba, wildlife hunting is permitted in the forest except inside core forest which is the core zone of Bukit Duabelas National Park and prohibited to hunt indigenous protected wildlife.

Esai Etika Politik

1. aristotle, Politics, terjmh. H. rackham (Cambridge: Harvard university press, 1959), buku 1 bab 2 baris 1252b, hlm. 8-9.

Etos Politik Manusia Indonesia

Fenomena politik Indonesia tidak lengkap jika tidak dikaji dalam perspektif etos politik. Indonesia kerap dianggap sebagai bagian bangsa timur yang lemahlembut, perasa, suka tolong-menolong, namun di sisi lain beberapa penelitian tentang etos kepribadian orang Indonesia digambarkan sebagai pribadi yang pada 1977 disinyalir oleh Mochtar Lubis sebagai: (1) hipokrisi (munafik), (2) segan dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya, (3) jiwa feodalisme yang terwujud dalam perilaku feodalisme, (4) percaya pada takhayul, Artistik, dan (5) berwatak yang lemah. Ciri pokok manusia Indonesia versi Mochtar Lubis itu memang masih perlu dikaji bahkan diperdebatkan sisi benar-tidaknya, karena ketika zaman berputar manusia bisa jadi berubah. Psikolog Sarlito Wirawan Sarwono menyebut beberapa ciri-ciri itu lebih tepat sebagai “profil kepribadian”, sementara itu dalam antropologi, ciri-ciri itu bisa disebut sebagai sebagai “ethos” atau “watak khas” yang dipancarkan oleh sebuah komunitas sebagaimana kajian Ruth Benedict (1962) tentang etos dalam buku Pattern of Culture. Tulisan ini mencoba menguji pemikiran Mochtar Lubis pada 1977 yang pada bagian tertentu masih menampakkan persamaan dewasa ini, dan dikaitkan dengan bagaimana manusia Indonesia menurut antropolog Koentjaraningrat. Kajian terhadap dua penulis Indonesia ini (jurnalis senior dan antropolog) akan membuat sebuah tipologi bagaimana etos politik manusia Indonesia. Dengan demikian, berbagai fenomena politik, sebutlah seperti “kutu loncat” dari satu partai ke partai lainnya, korupsi uang negara secara berjamaah, inkonsistensi (hipokrisi) perkataan dan perbuataan (saat kampanye dan saat telah memenangkan pemilihan) akan dapat dimengerti.