Etika Global dan Kewarganegaraan Review Philosophy of Kant dan Global Citizenship Toward Perpetual Peace And Other Writings On Politics, Peace, And History oleh Immanuel Kant (original) (raw)
Related papers
Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen, 2021
ABSTRACTThe purpose of this research is to describe Hans Kung Global Ethics, to describe the contribution of Hans Kung Global Ethics for the realization of peace and the interesting relevance of Hans Kung Global Ethics for peace in Indonesia. The background of the research carried out by the researcher is to find the meaning of an unconditional ethical foundation in Hans Kung's discourse in the Global Ethics Manuscript so that its relevance to peace in Indonesia has recently been struggling in religious conflicts.The research method used by researchers in this study is to use a qualitative approach with Fairclough's Critical Discourse Analysis method. The method of critical discourse analysis is reading / interpreting the intrinsic and extrinsic meaning sentence by sentence of the Hans Kung Global Ethics manuscript by paying attention to the relationship between parts and sentences and analyzing the context and history.The results of the research analysis of the Global Ethic...
Sumbangan Etika Global Hans Küng Demi Terwujudnya Perdamaian Dan Relevansinya Bagi Indonesia
Jurnal Ledalero, 2019
This article is aimed at introducing Hans Küng's global ethic and its contributions to world peace. Various crises which have hit and are hitting the world motivated Küng to again struggle to bring peace about and to establish a new, better life order. By a global ethic-a basic consensus on binding values, noncancellable criteria, and basic attitudes which are affirmed by all religions, although dogmatically they are different, and which can actually be given by non-believers-Küng emphasizes important roles of religions without disregarding non-religious communities, which are principally present to bring peace about as the main characteristic of their teachings. Specifically, Küng's opinion is relevant in an effort to bring peace about in Indonesia, which is very plural. Realizing that threats against peace and plurality in Indonesia often come and result from interreligious conflicts, a dialogue is absolutely necessary. As a concrete form of a global ethic, Küng suggests a critical dialogue. Representatives of the religions in Indonesia need to step forward and sit together in a give-and-take dialogue which introduces the special aspect and main direction of each of the religions. Followers' steadfastness in the principles and seriousness in following the religions are two main keys to a critical dialogue, which can penetrate the foundation of each religion with all of its consequences.
Membangun Etika Kewarganegaraan Global Melalui Karakter Moral Pancasila: Analisis Konseptual
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan global (Global Citizenship Education/GCE) merupakan bagian dari program berkelanjutan yang diinisiasi oleh UNESCO. Namun, konsep dan praktik GCE masih belum memiliki dasar teoretis yang jelas. Sebagian besar penelitian masih didasarkan pada prinsip kewarganegaraan Barat, sehingga kurang mempertimbangkan sumber-sumber non-Barat yang menawarkan potensi pembenaran etis, wawasan, dan arahan untuk GCE. Artikel ini menyajikan landasan etis untuk GCE yang berasal dari filosofi nilai moral Pancasila, yang terdiri dari lima sila yang memuat aspek ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Penelitian ini menggunakan metode analisis konseptual yang digunakan untuk mengkritik konsep GCE yang dianut oleh UNESCO dan mengusulkan Pancasila sebagai tawaran landasan etis GCE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter moral Pancasila dapat menjadi landasan etis yang lebih tepat untuk kewarganegaraan global, dan dapat digunakan untuk mengembangkan konsep GCE...
antassalam_institute, 2024
Penelitian ini mengkaji integrasi etika universal Immanuel Kant dengan ajaran Al-Qur'an dalam konteks toleransi universal. Kant membedakan antara imperatif hipotesis dan imperatif kategoris, di mana imperatif kategoris adalah perintah moral yang berlaku mutlak sebagai kewajiban moral. Konsep martabat manusia dalam pemikiran Kant terkait erat dengan imperatif kategoris. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory untuk menganalisis ayat-ayat Al-Qur'an dan etika toleransi universal. Hasil analisis menunjukkan bahwa ajaran Al-Qur'an dan pemikiran Kant memberikan landasan yang kuat bagi etika toleransi universal, menekankan pentingnya penghormatan terhadap keyakinan orang lain, kebebasan beragama, kewajiban moral universal, dan martabat manusia. Penelitian ini juga menyoroti relevansi etika toleransi dalam konteks isu-isu kontemporer seperti radikalisme, diskriminasi, konflik antaragama, pendidikan, dan peran media. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan inklusif.
Pancasila: Kemanusiaan dan Etika Global
Pancasila merupakan suatu ideologi yang dikembangakn oleh para founding fathers di Hindia Belanda untuk menyatukan seluruh elemen ras, suku, bahasa, kulit, agama, dan lainlain untuk membentuk suatu ideologi pemikiran yang akan membuat negara yang baru yaitu Indonesia. Keragaman dalam persatuan yang tergambar dalam selogan Bhinneka Tunggal Ika dalam Pancasila merupakan ruang kreatif bagi bangsa Indonesia untuk melihat ideologi itu sebagai hal-hal yang baik pada masa lalu dengan nilai prinsip demokrasi yang saat ini dinilai sebagai sistem politik paling baik di antara sistem-sitem yang pernah ada di dunia. Prinsip kemajemukan dalam pancasila dapat bersinegis secara dinamis dengan prinsip-prinsip demokrasi yang lahir dan berkembang dari situasi sosial yang majemuk, sekalipun ia muncul dari tradisi barat. Prinsip kemajemukan dalam persatuan Indonesia memberi ruang sah bagi munculnya pemikiran dan pandangan yang beragam bahkan kemungkinan lahirnya tafsir dan pandangan baru atas Pancasila sekalipun. Dalam hal ini Pancasila juga harus dilihat kedalam suatu yang lebih spesifik misalnya saja dalam hal kemanusiaan dan etika global yang tidak dapat dihindari pada perkembangan teknologi sekarang. Pemaknaan humanisme Pancasila ini dapat dipandang sebagai usaha untuk membawa kembali Pancasila sebagai wacana publik (public discourse). Pengembalian Pancasila sebagai wacana publik merupakan tahap awal krusial untuk pengembangan kembali Pancasila sebagai ideologi terbuka, yang dapat dimaknai secara terus-menerus sehingga tetap relevan dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pada gilirannya, pembudayaan humanisme Pancasila akan berkontribusi bagi penguatan karakter bangsa dalam rangka tata hubungan peradaban global. 1 Dalam konteks Pancasila, nilai keutamaan kemanusiaan yang adil dan beradab dapat dipandang sebagai keutamaan yang mendasar karena manusia harus "memanusiakan kepada sesamanya". Makalah ini fokusnya untuk menjelaskan tentang kemanusiaan dan etika global yang juga terkait dengan nilai-nilai ideologi Oleh karena itu 1 Slamet Subekti, Pemaknaan Humanisme Pancasila Dalam Rangka Penguatan Karakter Bangsa Menghadapi Globalisasi sangat penting untuk mengkaji tema ini sehingga para pembaca bisa mengetahui konsep, teori dan realitas yang ada dilapangan.
Etika Perdamaian Islam Dalam Wacana Global
Makalah ini berupaya mendiskusikan etika dan perdamaian Islam untuk memahami masalah globalisasi. Dengan menggunakan pendekatan analisis isi, ada beberapa poin etika Islam berkenaan dengan konsep pembangunan perdamaian sejalan dengan wacana global, yang berdasarkan teks normatif dan tradisi Islam. Islam, sebagai agama, menyatakan bahwa tujuan akhir Islam adalah tunduk kepada Allah sebagai Tuhan. Tapi, Islam tidak hanya mengarahkan pada penyerahan diri kepada Tuhan, tapi juga sangat menekankan ajaran damai. Ada banyak teks dari al-Qur'an dan Hadith mempromosikan kehidupan damai, dan Nabi Muhammad nabi yang welas asih. Kesimpulannya, Islam dan perdamaian tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. [This paper emphasizes on discussion about Islamic ethics and peace toward understanding the problem of globalization. By using content analysis approach, it's founded that there are some points of Islamic ethics regarding with peace building concept in line with global discourse, which based on normative text and Islamic tradition. Islam, as a religion, stated that the ultimate purpose of Islam is submission to Allah as a God. But, Islam not only orients on the submission to God, but also emphasize deeply on the root of peaceful teachings and traditions. There are many texts from al-Qur'an and Hadith which already shared to us that Islam is well-known have promote the peaceful life [2] Kontemplasi, Volume 05 Nomor 01, Agustus 2017 and Muhammad selected as the Prophet of peace. In conclusion, Islam and peace cannot be separated in the daily life of Muslim.
Islamiyyat, 2012
ABSTRAK Kajian ini membincangkan mengenai respons beberapa pemikir Islam terhadap 'Etika Global' Hans Küng. 'Etika Global' merupakan satu perbahasan mengenai hak asasi manusia dalam ruang lingkup teologi, politik dan ekonomi global. Permasalahan kajian menunjukkan bahawa pencabulan hak asasi manusia dalam kalangan umat Islam semakin membimbangkan, namun usaha perdamaian boleh disifatkan masih gagal. 'Etika Global' diperkenalkan oleh Küng bertujuan menangani konflik seumpama ini, namun dari perspektif Islam, gagasan 'Etika Global' ini telah menimbulkan reaksi yang pelbagai disebabkan faktor ia digagaskan oleh orang Barat yang beragama Kristian. Justeru, tujuan kajian ini adalah untuk menilai gagasan 'Etika Global' ini dari perspektif Islam menerusi analisa terhadap respons para pemikir Islam sendiri. Bagi mencapai tujuan ini, pengkaji telah menggunakan metode kajian kualitatif menerusi proses pengumpulan, penelitian, penganalisisan dan pensintesisan data-data yang berkait secara langsung dengan perbahasan 'Etika Global' menurut Küng dan para pemikir Islam serta karya-karya yang membahaskannya secara tidak langsung. Hasil kajian ini menunjukkan bahawa terdapat tiga bentuk respons pemikir Islam iaitu pertama, penolakan secara mutlak ekoran faktor prejudis terhadap agama-agama lain dan absolutisme dalam agama (eksklusivisme); kedua, penerimaan secara mutlak ekoran faktor persamaan dalam keragaman (pluralisme agama); dan ketiga, penerimaan secara bersyarat disebabkan faktor terdapat nilai kebergunaannya kepada Islam dan perbahasan ini memfokuskan kerangka hak asasi manusia bukannya teologi (inklusivisme). Kajian ini berupaya memberikan sumbangan dalam mewujudkan kefahaman yang jelas mengenai keperluan dan signifikan 'Etika Global' dan seterusnya menggesa agar masyarakat dunia umumnya dan umat Islam khususnya untuk menilai suatu gagasan baru secara lebih terbuka tanpa sifat penghukuman terlalu awal. ABSTRACT This study discusses the response of some Muslim thinkers on 'Global Ethics' of Hans Küng. This 'Global Ethics' is a discussion on human rights within the sphere of theology, politics and global economy as well. The research problem shows that the acts of violation on human rights among Muslim communities are more serious concern, and the efforts to settle them down are still failure. This Global Ethics was introduced by Hans Küng and was designed purposely to deal with such conflicts, but from an Islamic perspective, the idea has caused a various reaction because it has been founded by a Western Christian person. Hence, the purpose of this study is to evaluate this idea from the Islamic perspective through the analysis of the responses of Muslim thinkers. To achieve this goal, the qualitative research method has been used via the process of gathering, studying, analysing and synthesising the data which directly related to the idea of 'Global Ethics' according to Hans Küng and Muslim thinkers. The result of the research shows that there are three types of responses of Muslim scholars, firstly, the absolute rejection due to prejudice against other religions and absolutism in religion (exclusivisme), secondly, the absolute acceptance based on equality in diversity (religious pluralism); and thirdly, a conditional acceptance due to the existing of usefulness value to Islam and this debate focusing on more human rights framework rather than theology (inclusivisme). This study is able to contribute a clear understanding of the needs 'Global Ethics' and further to urge the world community in general and Muslims in particular to assess openly a new idea without the action of rejection too early. PENGENALAN Krisis pencabulan hak asasi di negara-negara Islam akhir-akhir ini kelihatan semakin meruncing. Banyak negara Islam yang dilihat menjadi mangsa kepada dasar kolonialisme Barat menerusi rampasan kuasa, tanah air, bahkan pengeksploitasian sumber alam seperti minyak secara zalim. Menurut Hans Küng, antara faktor yang menyebabkan krisis hak asasi ini berterusan adalah wujudnya konflik di antara agama
Prinsip Etika Global untuk Kota Modern Multikultural
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 2017
ABSTRACT: This article aims to look at the principles of the idea of global ethics at the implementation of the advanced city in the present day or modern city. The concept of global ethics logically can be considered in a certain local as the common foundations of ethical living in this universal city. Using literature method, the author tries to positively see from the idea of a global ethic associated with globalism, pluralism, secularism, postmodernism, ecumenism and humanitarianism that form the concept of global ethics, which are selectively used to add the principle of good livelihood for the civilization of the world today. The author subsequently tries to see a multidimensional pluralistic city today with a conflict on religious factors, which require a more fundamental principle of unity and universal living. Therefore global ethics is not a substitute for existing religious ethics, but additional ethics for people of different religion without discrimination. So the princ...
Pakta Setan dalam Politik Kant tentang Politik dan Moral dalam Negara Modern
Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, 2024
Abstract: One of the fundamental problems in the democratic rule of law is the relationship between morals and politics. For the modern state, a moral takeover of politics, as in religious radicalism, would be as dangerous as a political takeover of morals, as in Machiavellianism. What should be the relationship between politics and morals in the modern state? The author of this article explores Immanuel Kant's answer to that question in his work Zum ewigen Frieden (1795). He tries to connect the allegory of the devil's pact in the book with Kant's anthropology and his view of the relationship between nature and politics. From there he discussed Kant's view of the relationship between politics and morals in the modern state. He shows that Kant rejects both the politization of morals and the moralization of politics, because for the philosopher politics and morals are both autonomous and correlated in the modern state. Keywords: allegory, politics, nature, morals, law, utility maximiser, publicity