MENGATASI KESULITAN SISWA PADA BANGUN RUANG (original) (raw)

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESADARAN SISWA MEMILAH SAMPAH

2020

ABSTRAK Perilaku membuang sampah merupakan aktivitas fisik individu yang terlihat jelas sebagai suatu hasil pembiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Lingkungan yang pertama menjadi tempat belajar siswa adalah lingkungan keluarga. Maka dalam penelitian ini diteliti bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap kesadaran siswa dalam memilah sampah. Data diperoleh dengan cara menyebarkan angket pada 80 orag siswa sebagai responden dalam penelitian ini. Hasil yang didapat adalah sebanyak 52% siswa dikategorikan paham dalam memilah sampah dan 48% sisanya dikategorikan belum paham memilah sampah. Kategori ini didapat berdasarkan hasil angket yang telah diklasifikasikan kedalam kategori masing masing. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam memilah sampah. Tidak hanya itu, pemahaman ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang akan terus menerus dilakukan siswa hingga ia sadar betapa pentingnya memilah sampah sesuai dengan jenisnya. ABSTRACT The behavior of throwing waste is an individual physical activity that is clearly visible as a result of habituation established by the environment. The first environment in which students are learning is the family environment. So in this study researched how the family's environmental influences on students ' awareness in sorting out garbage. Data is obtained by distributing polls in 80 the students as respondents in this study. The results are as many as 52% of students categorized understand how to parse garbage and the remaining 48% is categorized as yet to be aware of sorting garbage.

LEMBAR KERJA SISWA (PENGARUH SUHU PADA PERUBAHAN BENDA)

1. Bagaimanakan keadaan gula apabila di masukkan ke dalam gelas yang berisi air panas dan air dingin (air es)? 2. Apakah perbedaan yang terjadi antara gula yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air panas dengan gelas yang berisi air dingin (air es)? 3. Proses perubahan wujud apakah yang terjadi pada gula? 4. Sifat perubahan apakah yang terjadi pada gula?

MENGURANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWI SMA DI KABUPATEN PURWOREJO AKIBAT BROKEN HOME Oleh

Ana Lutfiana, 2023

ABSTRAK Berdasarkan laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Jumlah ini naik 15,31% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 447.743 kasus (sumber katadata.co.id). Broken home tidak hanya berpengaruh pada kedua pasangan saja, namun juga pada keturunannya (anak). Karena faktor pola asuh yang dilakukan orang tua dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja, perilaku kenakalan atau penyimpangan pada remaja. Kenakalan remaja merupakan bentuk tingkah laku para remaja yang dianggap melanggar norma-norma yang ada di masyarakat, kenakalan disebut juga sebagai perilaku dursila. Seperti kasus yang terjadi disalah satu Kecamatan Jatimalang. Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Terdapat remaja yang terjerumus ke dalam pergaualan bebas yang membawanya menjadi seorang anak yang mengkonsumsi minuman alkohol. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk penelitian studi kasus. Berdasarkan hasil observasi dan Counseling interview diketahui bahwa siswi SMAN 9 Purworejo (X) memiliki tingkat kenakalan remaja kriteria sedang. Berdasarkan hasil konseling yang telah dilakukan, subyek mengalami penurunan pada kenakalan remaja. Hal ini membuktikan bahwa konseling behavioral dengan teknik Operant Conditioning dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh faktor perceraian orang tua.

HUBUNGAN PENGASUHAN ORANG TUA DAN PEMBINAAN SISWA DENGAN KESADARAN BERAGAMA

ASIS, 2018

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengasuhan orang tua dengan kesadaran beragama di SMP Al-Ghazaly Bogor, untuk mengetahui hubungan pembinaan siswa dengan kesadaran beragama di SMP Al-Ghazaly Bogor, dan untuk mengetahui hubungan antara pengasuhan orang tua dan pembinaan siswa di sekolah dengan kesadaran beragama di SMP Al-Ghazaly Bogor. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi yang dilakukan di SMP Al-Ghazaly Bogor dengan jumlah sampel sebanyak 100 siswa. Jenis penelitian ini instrument penelitian mengunakan kuesioner. Teknik pengumpulan data menggunakan Kuesioner (Angket) dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan uji normalitas, uji linearitas dan uji analisis hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan orang tua, pembinaan siswa dan kesadaran beragama tergolong tinggi. Uji hipotesis menunjukkan pengasuhan orang tua dan pembinaan siswa di sekolah dengan kesadaran beragama siswa kelas VIII di Smp Al-Ghazali Bogor sebesar 0,5057 F hitung dengan F tabel 1,94. Setelah di hitung, besar Fhitung > Ftabel atau 9744,8654 > 1,94 maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pengasuhan orang tua (X1) dan pembinaan siswa (X2) terhadap kesadaran beragma (Y). Kata kunci: Pengasuhan orang tua, Pembinaan siswa dan Kesadaran Beragama.

SIKAP DAN PERILAKU SISWA TERHADAP KEBERADAAN SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017, 2017

ABSTRAK Banjarmasin yang dijuluki sebagai kota seribu sungai, merupakan kota yang sejak dahulu masyarakatnya banyak bermukim di bantaran sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari lingkungan, dimana keberadaan sungai sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu keberadaan sungai harus bisa terpelihara dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sikap dan perilaku siswa terhadap keberadaan sungai, dan (2) mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam upaya menanamkan karakter peduli lingkungan. Penelitian ini dilakukan di SDN Alalak Utara 1 Kota Banjarmasin dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terhadap keberadaan sungai di Kota Banjarmasin, 33% siswa menunjukkan sikap dan perilaku yang sangat baik, 51% menunjukkan sikap yang baik, 8% menunjukkan sikap yang cukup, 6% menunjukkan sikap yang kurang baik, dan 2% menunjukkan sikap yang tidak baik. Upaya yang dilakukan sekolah dalam menanamkan sikap peduli lingkungan adalah pengintegrasian melalui pembelajaran, melalui keteladanan, melaksanakan program Jum'at bersih, membuat piket bergiliran antar kelas, selalu menyelipkan pesan untuk menjaga lingkungan saat upaca bendera setiap hari Senin, dan melalui komite sekolah.

ANALISIS KESULITAN MEMBACA PERMULAAN SISWA SEKOLAH DASAR

The main problem in this study is the lack of students 'pre-reading ability, so it is necessary to analyze the difficulties that affect the students' pre-reading ability. This study aims to analyze the difficulty of reading prefix in elementary school students. The type of research used in this research is descriptive research. The subject of this research is reading the beginning of elementary school students. Data collection methods used were observation, interviews, questionnaires, and documentation. The instrument used was a nontest instrument in the form of a questionnaire regarding pre-reading. The data obtained were analyzed using descriptive qualitative statistical data analysis techniques. The results of the research that have been described are difficulty reading beginning in elementary school students, lack of interest in learning to read and lack of guidance, difficulty reading at the beginning of elementary school students, namely not being able to recognize letters, not being able to read syllables, not being able to read words, and not being able to compose structures. letters in spelling words. The conclusion of this research is the difficulty of reading the beginning due to the lack of interest in student learning, lack of interest in reading, lack of tutoring and lack of family assistance in the process of learning to read the beginning. The implication of the implementation of this research is to motivate students to learn to understand the content and meaning of a reading, and to motivate students to learn to communicate orally and in writing.

KERAGAMAN SISWA

Pengantar Keragaman (diversity) yang dimaksud adalah ciri-ciri yang melekat pada kelompok tertentu. Pengelompokkan ini dapat ditinjau dari aspek jenis kelamin, jasmaniah, status sosial ekonomi, etnis-ras, budaya, bahasa, agama, kondisi mental, perilaku, intelektualitas, dan seterusnya. Misalnya terdapat perbedaan antara kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan atau pun kelompok siswa dari status sosial ekonomi rendah dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Pada sisi lain, terdapat variasi antar individu di mana masing-masing siswa memiliki perbedaan yang disebut sebagai keunikan individu (individual differences). Dengan demikian, dalam setiap kelompok terdapat pula perbedaan individual. Dalam bagian ini, akan dibicarakan mengenai perlunya memahami dan memberikan perlakuan yang tepat bagi kelompok siswa yang berbeda-beda. Siswa mempunyai latar belakang keluarga yang bervariasi. Ada beberapa sumber variasi yang cukup berperan besar yaitu etnis-budaya-bahasa-agama, dan status sosial ekonomi. Kebhinekaan Indonesia tak dapat disangkal lagi. Selalu ada kemungkinan pertemuan antar etnis di ruang kelas. Etnis budaya membawa kemajemukan tata perilaku akibat pengaruh dari kebudayaan. Status sosial ekonomi orang tua ditinjau dari penghasilan, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan. Gaya Belajar Gaya belajar adalah cara yang cenderung terus-menerus dipakai siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Perbedaan gaya belajar siswa dipengaruhi oleh cara berpikir yang biasanya dipakai atau sering diistilahkan sebagai gaya kognitif. Menurut Zhang dan Sternberg (dalam Seifert & Sutton, 2009) gaya kognitif adalah cara yang terus-menerus digunakan siswa dalam mempersepsi, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Guilford (dalam Sternberg, 1997) memperkenalkan model struktur intelektual yang membedakan cara bekerjanya (operasi) pikiran menjadi dua tipe berpikir konvergen (convergent thinking) dan berpikir divergen (divergent thinking). Individu yang berpikir secara konvergen berarti berpikir mengkerucut, sehingga umumnya berpandangan bahwa penyelesaian diperoleh melalui cara berpikir prosedural atau struktural. Sementara itu, berpikir divergen berarti membuka pikiran untuk berbagai kemungkinan termasuk

PERAN GURU DALAM MENGHADAPI SISWA YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

ABSTRAK Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai karakteristik khusus dan berbeda dengan anak sebagaimana umumnya, dengan kata lain mereka tidak mampu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi maupun fisik, yang termasuk kategori ABK antaralain: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, kesulitan belajar, dan kesulitan berperilaku. Hambatan pada pendidikan anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka. Interaksi antara siswa ABK dan guru memerlukan cara komunikasi dengan terus menerus dimana didalamnya terselip sebuah proses memotivasi satu sama lain. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan deskriftif. Validitas data dalam penelitian ini melalui wawancara, peneliti dapat memperoleh informasi secara jelas dan terstruktur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah peran guru dalam menghadapi siswa yang berkebutuhan khusus. Hambatan dan dukungan guru dalam interaksi dengan siswa ABK, hambatannya sering terjadi kesalahfahaman antara siswa ABK dengan guru dan dukungannya adalah guru membuat kelas inklusi sebagai penunjang pendidikan bagi siswa ABK. Dinamika interaksi personal guru dan murid ABK, terjadinya kesulitan penyampaian guru pada siswa, dikarenakan disatukannya antara siswa normal dan siswa ABK dalam kelas regular.Siswa ABK memiliki kemampuan berkomunikasi yang rendah dan menyebabkan Komunikasi cenderung berjalan dengan satu arah. Kata Kunci : Pola Interaksi, Guru, murid dan Murid ABK

KAJIAN PUSTAKA SISWA

Dalam dunia pendidikan Indonesia kita mengenal murid, siswa dan peserta didik hal ini tentu saja tidak serta merta ada tanpa pemikiran dan tujuan yang matang,tentu saja dalam hal ini pemerintah dan para pakar pendidikan mempunyai maksud mencantukan kata-kata tersebut dalam KTSP yang pernah ada. Eko Susanto dalam blognya http://menatap-ilmu.blogspot.com secara detail membahas mengenai hal tersebut.