Ratu Adil Kuasa dan Pemberontakan di Nusantara (original) (raw)

Pertarungan Kuasa dalam wacana Islam nusantara

Islamica, 2017

This article examines power struggle in the discourse of Islam Nusantara which becomes very popular in contemporary Indonesian Islam. The idea of Islam Nusantara is not different from Islam in general, but with distinctive charactericstics, such as tawâzun, i'tidâl, and tawassut}. The proponents of this idea claim that their intellectual framework is based on the principle of maslah} ah mursalah, istih} sân, and 'urf. Using critical discourse analysis, this article attempts to see the other side of Islam Nusantara discourse. This study is based on an assumption that language and discourse are not only an instrument to convey ideas, but also a means to construct social reality. Social activities are always related to and constructed by their social settings. This article argues that the discourse of Islam Nusantara emerges as a part of struggle for influence between mainstream Islamic movements, such as Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah, and new transnational Islamic movements, such as Tarbiyah, Hizbut Tahrir, and Salafis. The use of the term Islam Nusantara is indeed the effort of mainstream Islamic movements to create the image of indigenous Islamic movements, different from the newly imported Islamic movements. However, the discourse of Islam Nusantara seems to be reductionist and monolithic in perceiving diverse realities of Islam in Nusantara.

Menepis Ratu Adil Sebagai Ramalan Dan Menghadirkan Ratu Adil Sebagai Wacana Kepemimpinan

JURNAL ISLAM NUSANTARA, 2017

Ratu Adil means a just leader who leads the just and at the same time spreading the justice. According to Ronggowarsita there will be seven Ratu Adil. It turns out that the first Ratu Adil until the sixth has the criteria that match the first RI president to sixth. The seventh fair is the Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu. He is a knight, that is someone who is familiar with the state administration. He is also a religious scholar who walks on the revelations of God. Ratu Adil is only limited to be understood as a prophecy for the coming of a character to bring goodness. This is the problem, should be seen as a concept of national leadership that needs to be realized for the progress of Indonesia. The type of research used in this study is library research (Library Research), where in this study the authors held observations in the library, or where the authors obtain data and information about the object of research either through books or other visual tools. With the people who an...

Resistensi Penobatan Putri Mahkota Untuk Kesultanan Yogyakarta

ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 2015

Pendahuluan esultanan Yogyakarta berdiri sejak dicetuskannya perjanjian Gianti 1 yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yakni wilayah timur menjadi bagian Kesultanan Surakarta sementara wilayah barat menjadi milik Kesultanan Yogyakarta. 2 Eksistensi kedua kesultanan ini masih berlangsung hingga saat ini. Kesultanan Yogyakarta bahkan ditetapkan sebagai daerah yang memiliki status istimewa dalam pemerintahan Indonesia. Kesultanan Yogyakarta yang menjadi salah satu daerah istimewa ini sedang mengalami kisruh politik internal lantaran raja yang berkuasa tidak memiliki anak laki-laki sebagai penerus kekuasan. Rajanya yang bergelar Sultan Hamengku Buwono X memiliki lima

Kuasa Perempuan dalam Sejarah Indonesia Kuna

Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 2016

Tulisan-tulisan tentang perempuan pada masa Jawa Kuna pada umumnya bersifat fragmentaris, sehingga dapat disampaikan bahwa sampai saat ini belum banyak dijumpai adanya tulisan yang mengaji perempuan secara mendalam dan komprehensif, khususnya yang membahas kuasa mereka dalam perannya sebagai perempuan. Kesetaraan kedudukan dan peranan perempuan dalam masyarakat Jawa Kuna hampir mencakup dalam pelbagai aspek kehidupan. Data tekstual maupun artefaktual di bidang politik, dapat diketahui bahwa perempuan dapat menduduki jabatan mulai dari jabatan pada struktur birokrasi yang paling rendah di pedesaan sampai kepada jabatan tertinggi. Meskipun dari segi kuantitas tidak sebanyak laki-laki, namun berdasarkan fakta yang tersampaikan dari kedua jenis data tersebut dapat disimpulkan bahwa laki-laki maupun perempuan pada masa Jawa Kuna mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih jabatan publik. Kaum perempuan pada masa Jawa Kuna dalam bidang sosial sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, baik sebagai pendamping suami maupun sebagai diri sendiri. Data tekstual maupun artefaktual menggambarkan adanya istri-istri yang mendampingi suaminya berkaitan dengan kedudukan dan peranannya sebagai istri, terutama di kalangan bangsawan dimana kaum perempuan mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan suami yang sesuai melalui pendidikan etika, seni, satra dan bahasa, seperti tercermin dalam teks-teks sastra pada masa Jawa Kuna. Kata-kata kunci: kuasa perempuan, data tekstual & konstektual, Indonesia kuna

Perempuan Perkasa pada Era Raden Ayu Serang (sekitar 1762-1855)

This is the expanded Bahasa Indonesia translation of the article I jointly wrote with Vincent Houben of the Humboldt University (Berlin) in 1985 and which was published in the volume edited by Elsbeth Locher-Scholten and Anke Niehof, 'Indonesian Women in Focus; Past and present notions' (Dordrecht: Foris), pp.12-42. It was published by Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) in Jakarta in 2016 under the title 'Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa abad ke-XVIII dan XIX [Women of Power in Java in the 18th and 19th Centuries]', and is now (July 2023) about to be printed in its fifth (5th) revised its edition (23+114 pp. with 25 illustrations, two in full colour, cost IDR60.000). It can be ordered directly from KPG in Jakarta ( https://www.gramedia.com). The present online version has an appendix added taken from Mark Loderichs' forthcoming Leiden University doctoral thesis on the Java War (Chapter 2), which deals with Raden Ayu Serang's role in the Battle of Demak (3 September 1825) when Captain Hendrik Frederik Buschkens's 300-strong military column was cut to pieces. This introduction was updated on 15 July 2023.

Sejarah Pemberontakan dalam Tiga Bab: Modernitas, Belasting, dan Kolonialisme dalam Sitti Nurbaya

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, 2021

Meskipun Politik Etis menjanjikan modernitas Eropa yang mencerahkan namun ongkos dari kebijakan tersebut akhirnya juga dibebankan kepada pribumi yang notabene jarang merasakan dampak kolonialisme. Penerapan pajak perorangan (belasting) kemudian direspon masyarakat Hindia dengan pemberontakan. Dalam hal ini Perang Kamang (1908) dapat dipahami sebagai kesumat atas kebijakan simbolik pemerintah kolonial. Peristiwa pemberontakan berlatar Melayu pada peralihan abad XX tersebut tersaji dalam Sitti Nurbaya, sebuah roman yang bercorak melodrama sentimentil. Dengan memanfaatkan teori sosiologi sastra Swingewood diketahui roman modern pertama berbahasa Melayu Hindia tersebut menyajikan ketegangan antara manusia modern Samsulbahri dan manusia tradisional Datuk Meringgih. Duel mereka menandai goncangan yang tak terelakkan dalam dunia Melayu yang tengah menyongsong modernitas bikinan kolonial. Senjakala kebudayaan Melayu yang segera digantikan pranata Eropa digambarkan melalui ketegangan antargo...