Injil Matius; Keadilan Allah Bagi Seluruh Ciptaan (original) (raw)
Related papers
Injil Sebagai Kabar Tentang Kembalinya Kemuliaan Tuhan Ke Dalam Segenap Ciptaan
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, 2020
This article surveys various understanding on what the Gospel is: as "how to get into heaven", a declaration about forgiveness of "personal sins", an invitation for a social-political revolution, and a good news about the fulfillment of God"s promise to Israel. The author argues for a theological and hermeneutical option to understand the gospel in a wider meta-narrative of creation, fall, and redemption. This option use a motif of "the return of God"s glory into the whole creation" as a paradigm to understand the gospel. This article tries to show how polarization between "the gospel of personal salvation" and "the social gospel" can be overcome by understanding the gospel as a declaration of the "return of God"s glory into creation".
Korelasi Konsep Kerajaan Allah dan Pemuridan dalam Injil Matius bagi Pemuridan Masa Kini
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan, 2019
Di dalam gereja/persekutuan terjadi gejala banyak orang yang mengaku Kristen, tetapi sedikit yang mau dimuridkan. Namun, faktor penyebab utama masalah pemuridan di gereja justru berasal dari dalam kekristenan sendiri. Ada dikotomi antara "menjadi orang percaya" dan "menjadi murid" yang mengakibatkan orang-orang Kristen tidak lagi menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Raja yang harus disembah dan ditinggikan di dalam seantero kehidupan mereka. Akibatnya, pemuridan hanya menjadi sekadar program yang mentradisi dan tidak lagi menolong orang percaya bertumbuh menjadi murid Kristus yang hidup serupa dengan-Nya. Solusi bagi permasalahan pemuridan ini terletak pada strategi pemuridan yang Yesus kerjakan, yaitu di dalam kerangka atau dimensi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dan pemuridan merupakan dua topik besar dan signifikan di dalam Injil Matius. Korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan dalam Injil Matius adalah pemuridan merupakan sebuah proses untuk membawa semua orang menjadi murid Yesus, yaitu warga Kerajaan Allah, yang tunduk di bawah pemerintahan Allah dan taat melakukan kehendak-Nya. Korelasi inilah yang dapat menjadi jawaban bagi permasalahan pemuridan yang terjadi di dalam gereja/persekutuan pada saat ini.
Kedaulatan Allah dan Pandemi Covid-19: Sebuah Tinjauan Biblis-Teologis
2021
Abstrac: This literature research traces the biblical-theological study of God's sovereignty related to the Pandemic. The problem of pandemic itself, in tracing the Bible, is more associated with infectious diseases especially pestilence, in which infectious diseases are given by God as a punishment for human sin, as a warning of a greater danger and also as God's way to save His chosen people. Keywords: Pandemic, God’s Sovereignity, Infectious Diseases, pestilence Abstrak: Penelitian kepustakaan ini menelusuri tentang kajian biblis-teologis tentang kedaulatan Allah berkaitan dengan Pandemic (penyakit menular). Persoalan pandemic sendiri, dalam penelusuran terhadap Alkitab lebih banyak dikaitkan dengan penyakit menular terutama penyakit sampar, di mana penyakit menular itu, diberikan oleh Allah sebagai penghukuman atas dosa manusia, sebagai peringatan akan bahaya yang lebih besar dan juga sebagai cara Allah untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya.
Teologi Perjanjian Baru: Allah yang Mencari berdasarkan Kitab Lukas
Kerajaan Allah sangat menarik untuk dipelajari keseluruhan dimensinya. Salah satu dimensi Kerajaan Allah adalah Allah yang memerintah Kerajaan itu. Allah yang memerintah Kerajaan Surga itu adalah Allah yang mencari. Bagaimana dimensi Kerajaan Allah ini, di dalamnya adalah Allah yang mencari, dapat dibawa ke dalam dunia dan dimengerti oleh manusia. Apakah pemahaman yang dibawakan oleh Yesus akan dimengerti oleh orang-orang pada zaman itu?
Kejahatan dan masalah keadilan Tuhan
2004
Evil is the problematic thing if it is related to God and the source of evil. According to ateist, dualist, and polytheist, evil is the empiric reality, its existence beside goodness can not be refused. In the further explanation, it means that there is other power beside God, which creates evils, because it is impossible for The Secred God to create evils. Muslim philosophers, according to Muthahhari, denied that argument, because in their opinion, if there is other Power beside God which create evils means syirk (dualist or polytheist); something to be avoided in the Muslim religious ground (tawhid). Muthahhari argued it is true that evil is empiric, but it is also relative. The universe comes into being from The Ultimate God and work with a good system. The evil occurs when the system works in disproportional way or one of the components work out of the rule. Furthermore, evil is temporaland disorderlines, it is not a system or an ethic.