Strategi_Peningkatan_Perekonomian_Kabupaten_Bulukumba_Melalui_Program_Ammatoa_Kajang_Cultural_Education_Tourism.pdf (original) (raw)

Berkembangnya pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi, mendorong Negara maju dan berkembang untuk memajukan perekonomian negaranya, sesuai dengan penerapan sustainable economic growth, yang kemudian berdampak pada terancam pudarnya kearifan lokal dan kesinambungan budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat, ternyata tidak berpengaruh dengan suku satu ini, yakni suku Kajang. Suku Kajang merupakan salah-satu suku yang mendiami provinsi Sulawesi Selatan dan masih menerapkan kearifan lokalnya, seperti menggunakan pakaian serba hitam, ajaran leluhur dari Pasang ri Kajang, bentuk rumah dari bahan kayu serta memiliki ketaatan dalam menjaga ekosistem hutan adat. Suku Kajang dikenal dengan sebutan suku adat Ammatoa, mengingat kepala adatnya dipimpin oleh Ammatoa dan biasanya didampingi oleh para pembantunya yang disebut dengan Galla. Sehingga melalui potensi kearifan lokal dan budaya yang dimiliki oleh suku Kajang, maka pada penulisan karya tulis ilmiah ini mengangkat suatu ide yang dinamakan Ammatoa Kajang Cultural Education Tourism, yang bertujuan untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung dan mengenal desa adat Ammatoa melalui wisata pendidikan budaya. Metode analisis yang digunakan lebih terfokus pada data kualitatif yang melihat, bagaimana penerapan program dan implikasinya terhadap peningkatan perekonomian bulukumba dan masyarakat suku Kajang. Pelaksanaan dari program ini, memiliki beberapa langkah strategis yakni; melalui tahap mediasi dengan kepala adat Ammatoa, tahap sosialisasi melalui media massa maupun media elektronik serta pada tahap pelaksanaan, untuk memperkenalkan mengenai kesenian, bahasa konjo, prinsip kebudayaan kamase-masea dan sistem hukum adat tana toa. Begitu juga Implikasi dan dampak yang dapat ditimbulkan dari program ini, dapat dilihat pada persentasi jumlah wisatawan mancanegara dan lokal yang berkunjung ke bulukumba dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, yang kebanyakan mengalami peningkatan, sejalan dengan teori Tourism Planning yang dikemukakan oleh Edward Inskeep, yang melihat pada Community Approach dan Implementable Approach yang fokusnya pada objek wisata, keanekaragaman budaya, serta dilengkapi sarana dan prasarana pendukung lainnya. Apalagi suku Kajang memiliki hasil produk sendiri seperti Tope Le’leng (sarung hitam) dan Passapu (kain hitam ikat kepala) yang dapat dipasarkan seharga lima ratus ribu hingga satu jutaan, yang tentunya dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat suku Kajang serta dapat pula meningkatkan taraf perekonomian dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bulukumba. Kata Kunci: Ammatoa, Cultural, Education, Kajang dan Tourism.