PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN 2018 (original) (raw)
Pada paragraph pertama penulis penceritakan tentang matapencaharian penduduk di dua desa yang sebagian besar adalah petani baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai, petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan lainnya. Pada paragraph ini juga membahas tentang presentase matapencaharian penduduk desa Kabupaten Tabanan yang bekerja di sector primer, sekunder, dan tersier yang diperoleh dari data BPS (2012). Dikaitkan antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sector tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan yang rendah ini tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda. Paragrafh kedua menjelaskan kompleksitas permasalahan di sector primer sangat besar. Masalah utama kewilayahan di dua desa adalah: 1) Volume produksi dengan skala usaha kecil (small scale farming), 2) Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar, panjangnya saluran pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4) Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan kurangnya informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pedesaan dan tidak didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pasca panen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran. Menyikapi fenomena tersebut, diperlukan pilihan yang bijak yaitu mengembangkan sinergitas pariwisata dengan pertanian dengan membentuk paket pariwisata alternativ ramah lingkungan, berkeadilan seperti Agrowisata. Agrowisata atau wisata pertanian didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian mulai dari awal produksi hingga diperoleh produk pertanian dalam berbagai sistem dan skala dengan tujuan memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Sering kita lihat bahwa yang terjadi manfaat ekonomi yang diperoleh dari pariwisata seringkali disertai dengan lingkungan perusakan, konversi lahan, eksploitasi sosial dan budaya dan kriminalitas (Kantor Pariwisata Prop. Bali 2009; Dharma Putra, 2010). Kesenjangan antara industri pariwisata dengan pertanian di Bali juga didasarkan pada ketidakseimbangan pembagian pendapatan penggunaan pertanian untuk tujuan pariwisata (Astiti, 2011), begitu juga Bali enggan untuk mengembangkan sektor pertanian. Selanjutnya dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah pendekatan pengembangan usaha ekonomi yang berbasis di masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Guna mengatasi kendala yang ada dimana usaha pengembangan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Selanjutnya Penulis juga menjelaskan bahwa pendekatan yang diambil berupaya mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat melalui mekanisme BUMDes (Sanjaya, 2015). BUMDes merupakan bagian dari desa yang akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menjadikan BUMDes menjadi bagian dari suatu proses produksi bagi produk-produk local berbahan baku lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha pemdukung bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan produk pangan berbasis produk local; 3) Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi dan standarisasi produk sesuai kegiatan di masing-masing kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar operasi kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda. Dari uraian pendahuan saya sangat setuju dengan ide-ide dan pemikiran penulis karena sangat sesuai dengan kondisi masyarakat di dua desa dan kondisi umum masyarakat di Kabupaten Tabanan. Sejauh ini bahasa yang digunakan oleh penulis juga sangat sederhana sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca.