Policy Paper-TB MDR di Kota Makassar.docx (original) (raw)

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS MDR

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS MDR I. PENGERTIAN Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium Tuberculosis. TB Paru merupakan penyakt infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis, namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini bisa menyerang organ tubuh lain seperti otak, ginjal, tulang, dll (TB Ekstra Paru). MDR / Resistensi Ganda adalah: M. tucerkulosis yang resisten minimal terhadap Rifampisin dan INH secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lainnya. Terdapat lima jenis kategori resistensi terhadap obat TB : 1. Mono-resistance : kebal terhadap salah satu OAT 2. Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid dan rifampisin. 3. Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampicin secara bersamaan. 4. Extensive drug-resistance (XDR) : TB-MDR ditambah kekebalan terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan amikasin) 5. Total drug resisten ( Total DR ) : Kekebalan terhadap semua OAT ( lini pertama dan kedua ) yang sudah dipakai saat ini. II. ETIOLOGI Kuman Mycobacterium TB yang resisten terhadap sekurang-kurangnya Isoniasid dan Rifampisin secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya resisten HR,HRE,HRES. Kriteria Suspek TB MDR Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria suspek dibawah ini: 1. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang gagal (Kasus kronik) 2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi 3. Pasien TB yang pernah diobati pengobatan TB Non DOTS

PERILAKU PASIEN TUBERKULOSIS TIPE MDR DI BBKPM DAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 TUBERCULOSIS PATIENT BEHAVIOR MDR TYPE IN THE CENTER OF LUNG HEALTH COMMUNITY AND REGIONAL GENERAL HOSPITAL OF LABUANG BAJI MAKASSAR 2013

Mycobacteruim Tuberculosis telah menginfeksi manusia dan menjadi ancaman global. Bersamaan dengan peningkatan penyakit ini timbul masalah baru yaitu TB dengan resisten ganda (TB-MDR). Indonesia termasuk salah satu negara dari 27 negara di dunia dengan kasus TB-MDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Pasien TB-MDR di BBKPM dan RSUD Labuang Baji. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus. Pemilihan informan menggunakan kriteria informan yaitu Pasien TB-MDR pada BBKPM dan RSUD Labuang Baji, keluarga pasien, petugas pada sentra Dots, petugas poli TB-MDR dan konselor henti rokok dengan jumlah informan sebanyak 9 orang. Pengumpulan informasi berupa wawancara mendalam, dan untuk keabsahan data dilakukan triangulasi sumber. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis isi dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku merokok informan sebelum dan sesudah sakit. Namun, semua informan memiliki riwayat merokok keluarga. Kebiasaan makan pasien TB-MDR yaitu kurang mengikuti anjuran atau pola yang disarankan serta kurangnya frekuensi makan. Keteraturan minum obat diterapkan oleh semua informan pasien TB-MDR. Saran, perlu kiranya untuk kesadaran dari pasien TB-MDR untuk merubah perilaku makan dan minum sesuai anjuran, perlunya dorongan atau motivasi dari keluarga, pegawai sentra DOTS, pegawai poli TB-MDR serta konselor henti rokok terkait dengan penyembuhan pasien.

Studi Deskriptif Pasien TB MDR DI Sulawesi Selatan

An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat

TB-MDR merupakan penyakit TB yang resisten terhadap dua obat anti-TB yang paling efektif yakni rifampisin dan isoniazid dan menjadi salah satu ancaman dalam pengendalian TB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik, status diabetes mellitus, status gizi, dan status konversi pasien TB MDR di Sulawesi Selatan Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar sejak bulan April-Juni 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien TB MDR yang menjalani pengobatan MDR paduan jangka pendek (Short-term Regimen) sejak tahun 2018 sebanyak 114 pasien yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diperoleh yakni rata-rata umur responden yakni 43,4 tahun; terdapat sebanyak 60,2% pasien laki-laki dan 39,8% pasien perempuan; sebagian besar tipe pasien adalah kambuh sebanyak 44,7% dan 80,7% adalah pasien yang memiliki riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat sebanyak 27,5%...

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU (TUBERKULOSIS

 Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).  Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).  Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ). B. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan: 1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:  Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.  Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. 2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru: a. Tuberkulosis paru BTA positif.

PENENTUAN PEUBAH-PEUBAH YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL

PENENTUAN PEUBAH-PEUBAH YANG MEMPENGARUHI PERSENTASE PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEKARSARI UTAMI WIJAYA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar umat Islam, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Karya ilmiah ini berjudul "Penentuan Peubah-Peubah yang Mempengaruhi Persentase Penderita Tuberkulosis (TB) di Kota Bogor dengan Pendekatan Regresi Spasial". Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, antara lain: 1. Ibu Dra. Itasia Dina Sulvianti, M. Si. dan Ibu Dr. Ir. Anik Djuraidah, MS. selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan selama proses penulisan karya ilmiah ini. 2. Ibu, Bapak, Mbak Uma, dan Ningrum atas doa, semangat, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis selama ini. 3. Bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si. beserta seluruh staf pengajar Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan berbagai bekal ilmu selama penulis melaksanakan studi di Institut Pertanian Bogor. 4. Seluruh staf administrasi dan karyawan Departemen Statistika yang selalu siap membantu penulis dalam menyelesaikan berbagai keperluan terkait penyelesaian karya ilmiah ini. 5. Feri dan Vita selaku teman satu bimbingan dan tempat berbagi satu sama lain. 6. Mba Mariana dan Faiz atas segala masukannya selama ini. 7. Mia dan Sela atas diskusinya mengenai regresi spasial. 8. Silvi, Arni, Nurul, Dania, dan Riza yang selalu memotivasi. 9. Kakak-kakak STK 44 serta adik-adik STK 46 dan STK 47. 10. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan doa serta motivasi dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga segala kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Bogor,

Pola Pengobatan Tuberkulosis Paru DI Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar Periode Januari – Juni 2011

Jurnal Ilmiah As-Syifaa, 2013

The research was about Tuberculosis Drugs Using System in the Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM) Period January 2011-June 2011. The aim of this research was to describe about using system so obtained TBC drugs which used in the Tuberculosis Drugs Using-System in the Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM) Period January 2011-June 2011. The data taking prospectly via all the tuberculosis patient medical record in the Tuberculosis Drugs Using System in the Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM) Period January 2011-June 2011 obtained 30 patients. The result of this research can be concluded that from the regiment side, about 96,7% Tuberculosis patients which treatment in the Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM) Period January 2011-June 2011 were category 1 and the residual was category 3. While the side of combination with the other drug, giving combination dominated about 96,7%. While if the give single drug about 3,3%. The frequency of the other drug usage was dextromethorphan about 90% and the smaller was pyridoxin about 10%.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB MDR DI Kota Semarang

Jurnal Health and Science, 2021

Latar Belakang: Resisten terhadap pengobatan TB masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia. Indonesia berada di peringkat ke 8 dari 27 negara yang memiliki beban tinggi prioritas kegiatan TB MDR. Kota Semarang merupakan kota dengan jumlah kasus tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, terdapat 128 kasus TB MDR yang tercatat mulai dari bulan Januari 2017-September 2020. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian TB MDR di Kota Semarang. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain case control. Sampel penelitian yaitu 35 kasus dan 35 kontrol dengan teknik consecutive sampling. Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa variabel tingkat ekonomi (p=0,01; OR=3.43), riwayat kontak dengan pasien TB MDR (p<0,01; OR=2.40), riwayat pengobatan (p=0.02;OR=3.54), dan tingkat stres (p=0,01; OR=4,58)merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian TB MDR di Kota Semarang. Sedangkan variabel usia, jenis kelamin, IMT, tingkat pendidikan dan DM adalah variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian TB MDR di Kota Semarang.

LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI (OCT 2014-REVISI EXSUM).pdf

Analisa situasi TB ini dilaksanakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan dikerjakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Pelaksanaan Analisa situasi TB Kabupaten Kediri dilaksanakan selama 4 bulan, sejak Juni 2014 hingga September 2014. Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; 1) Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2) BAPPEDA Kabupaten Kediri, 3) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 4) Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri, 5) Puskesmas (Babadan dan Plosoklaten), 6) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Kediri, 7) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri, 8) Petugas TB (Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI) Kabupaten Kediri, 9) Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Kediri, 10) Tim Penggerak PKK Kabupaten Kediri, 11) SSR TB-Care 'Aisyiyah Kabupaten Kediri, 12) Rumah Sakit Siti Khotidjah, 13) Tokoh Masyarakat Pemerharti TB, 14) BPMPD Kabupaten Kediri, 15) Dinas Kesra Kabupaten Kediri, dan 16) Pasien/Penderita TB. Keterbatasan dalam analisa situasi TB ini terkait dengan; batasan waktu, akses terhadap sumber informasi, dan ketidaksinkronan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait. Tujuan Analisa Situasi (Objective) Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan analisa mengenai kondisi penyakit TB, termasuk tentang prevalensi TB, kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk penanggulangan TB, kondisi layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan terkait TB, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB, TB-HIV, TB-MDR. Analisa situasi TB ini juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa kemungkinan dalam rangka menguatkan penanggulangan TB di Kabupaten Kediri. Metodologi dan Pendekatan digunakan dalam Analisa Situasi Kombinasi metodologi diterapkan dalam analisa situasi TB ini dengan pendekatan partisipatif. Kombinasi metodologi terdiri dari Analisa Profil, Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis), DALY (Disability Adjusted Life Year), dan Analisa Peran Stakeholder. Untuk melengkapi kebutuhan dan keabsahan data, juga melakukan survey lapangan dengan teknik observasi,, wawancara, dan Focus Group Discussion serta seminar hasil analisa. Temuan Analisa Situasi Prevalensi Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dan Nasional Prevalensi Kabupaten Kediri tahun 2012 sebesar 107/100.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi propinsi Jawa Timur sebesar viii 109/100.000, dan jika dibandingkan dengan prevalensi TB nasional sebesar pada tahun 2012 297/100.000. Angka prevalensi menunjukkan TB masih mengkhawatirkan. Demografi dan TB Berdasarkan data BPS tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Kediri sebesar 1.526.464 jiwa, dengan luas wilayah 1386,05 km2 dan memiliki kepadatan penduduk 1.101,03/km2. Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, berada di Kecamatan 1) Ngasem (3.118,02/km2), 2) Pare (1.924,04/km2), dan 3) Ngadiluwih (1.761,69/km2). Tiga kecamatan tersebut juga merupakan Kecamatan dengan prevalensi tinggi sejak tahun 2012. Tiga kecamatan tersebut bukan merupakan daerah tertinggi untuk kasus kematian akibat TB, tidak terdapat keterkaitan antara kepadatan dengan penularan dalam kasus Kabupaten Kediri. Kasus baru TB selama tahun 2011 sampai tahun 2013 juga menyasar pada kelompok usia produktif (usia 15-54 tahun). Dari 1.235 kasus baru yang tercatat selama Tahun 2013, 51% disandang oleh kelompok usia produktif. Performa Pelayanan TB CDR/CNR: Berdasarkan data tahun 2013, capaian CNR/CDR Kabupaten Kediri sebesar 708 yang berarti 45,35% dari target CNR propinsi sebesar 70% (107/100.000), pada tahun 2012 CNR Nasional mencapai 138/100.000. Success Rate: Mencapai 96% yang berarti melebihi dari target nasional (90,2%). Sedangkan angka pasien Kambuh, gagal, dan default yakni 4% pada tahun 2013. Infrastruktur Pelayanan Kesehatan Hingga tahun 2013 Kabupaten Kediri terdiri dari 26 kecamatan, 343 desa, dan 1 kelurahan, serta memiliki sarana kesehatan berupa 37 Puskesmas, 80 unit puskesmas pembantu, dengan rasio 2,42 puskesmas per 100.000 penduduk yang tersebar di 15 Kecamatan. Terdapat 10 Rumah Sakit, klinik bersalin 6 unit dan puskesmas keliling 37 unit, Balai Pengobatan/klinik 22 unit, Jumlah praktek dokter perorangan: 118 dokter umum, 54 praktek dokter gigi dan 95 praktek dokter spesialis. Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran pelaksanaan tupoksi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, pada kurun waktu 2008-2013, Bupati Kediri belum mengeluarkan SK/Perda/Surat Edaran. Policy issues Kebijakan terkait isu program Kesehatan Kebijakan kesehatan Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait penanggulangan TB di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. ix Sebagai awal pengembangan kebijakan untuk penanggulangan TB, bisa dikembangkan berdasarkan kebijakan yang telah ada, diantaranya dengan Keputusan Bupati Kediri nomor 188.45/358/418.32/2012 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi. Kebijakan terkait isu kepadatan penduduk Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan, kebijakan terkait isu kependudukan Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu kepadatan penduduk di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi. Kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan dan kebijakan terkait isu kependudukan, kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu promosi kesehatan terkait TB di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi. Anggaran Pelayaan Kesehatan Hingga Tahun 2013, anggaran kesehatan Kabupaten Kediri baru mencapai 8,99% masih rendah jika disesuaikan dengan Amanat UU Kesehatan 39 Tahun 2009, yang memandatkan anggaran kesehatan mencapai 10% dari APBD. Pada tahun 2012, anggaran kesehatan bersumber dari APBD Kabupaten Kediri Rp. 98.685.632.728 Kemudian, pada tahun 2013, anggaran kesehatan bersumber dari APBD menjadi Rp.170.967.647.792. Jika dilihat berdasarkan tren anggaran kesehatan Kabupaten Kediri bersumber dari APBD sejak tahun 2012 hingga 2013 mengalami kenaikan dari rentang 5,8% sampai 8,9% dari total APBD. Sementara itu Persentase anggaran TB terhadap APBD-Kesehatan sangat rendah, dimana tahun 2012 sebesar 0,084% (Rp. 82.374.750) dan tahun 2013 sebesar 0,068% (Rp. 115.465.000). Kesehatan Penduduk dan Daya Saing Daerah Dengan menurunnya angka prevalensi TB, secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas ekonomi. Jika dihitung menggunakan DALY, pada tahun 2013 akibat sakit TB menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 3.258.927.903, dengan asumsi 75 % dari penderita TB pada usia produktif. Beban biaya berobat, jika dihitung menggunakan DALY dengan asumsi biaya berobat untuk 50% jumlah penderita saja mencapai Rp 737.100.000, artinya bisa ada realokasi anggaran dari biaya pengobatan TB untuk sektor maupun program lainnya.

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis ( TBC ) DI Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Kota Makassar

Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat, 2019

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang paru-paru. Tuberkulosis menjadi isu kesehatan global disemua negara dengan kematian 3 juta orang pertahun, satu orang dapat terinfeksi tuberkulosis setiap detiknya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, informasi petugas kesehatan, kepatuhan minum obat, riwayat kontak, dan pengawas minum obat dengan kejadian tuberculosis. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel secara accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 123 pasien. Hasil analisis pengetahuan diperoleh nilai x2 hitung=0,000(3,841) p(0,00), riwayat kontak nilai x2 hitung=3,366(3,841) p (0,00), informasi petugas kesehatan nilai x2hitung 8,077>(3,841) p (0,04). Kesimpulan ada hubungan antara kepatuhan minum obat, riwayat kontak, informasi petugas kesehatan,pengawas minum obat dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis.