Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan (original) (raw)
Related papers
Berpikir pada dasarnya adalah sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Aristoteles mengatakan manusia adalah makhluk yang berpikir. Ia menyebutnya sebagai animal rationale (binatang yang rasional). 2 Proses ini merupakan gerak pemikiran dengan mempergunakan simbol yang merupakan abstraksi dari berbagai gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam pandangan Susanne K. Langer, 3 manusia terlibat di dalam suatu jalinan simbol-simbol yang merupakan metode untuk mencapai penyesuaian diri yang memadai terhadap alam sekitar. Proses simbolisasi pada diri manusia tersebut, menurut Ernst Cassirer 1 Post Graduate Student, University of Darussalam Gontor. Aqidah and Islamic Philosophy. 2 Hakekat animal mendasari kemampuan-kemampuan pengindraan dan gerakan, sedangkan rationale mendasari kemampuan-kemampuan akal dan kehendak. Lihat Louis O. Kattsoff. 1992. Pengantar Filsafat. Diterjemahkan oleh Soejono Soemargono dari "Elements of Philosophy" (Yogyakarta: Tiara Wacana), hal. 407.
Sejarah tercetusnya ilmu Berdasarkan buku Philosophy of Science yang ditulis oleh Alexander Bird (1998) menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 1995 sempat terjadi perdebatan besar di Amerika terkait digunakannya ajaran agama di kitab suci atau ilmu yang dijadikan landasan tentang terbentuknya kehidupan dan alam semesta. Masyarakat Amerika sangat berpegang teguh pada ajaran agama sebelum ilmu pengetahuan menguasai pola pikir mereka. Menurut mereka, apa yang sudah dicantumkan di kitab suci (Injil) itu tidak perlu diperdebatkan dan sudah pasti benar. Bahkan, ilmu tentang terbentuknya kehidupan atau alam semesta dilarang diajarkan di sekolah karena dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Di sisi lain, para ahli tidak mau hanya mempercayai kitab suci tanpa mengetahui sendiri bagaimana proses pembentukan alam semesta. Mereka ingin mengetahui apakah ilmu juga bisa menjelaskan proses pembentukannya dan apakah ada perkembangan ilmu lagi yang bisa dipelajari setelah mempelajari bagaimana terbentuknya alam semesta. Pada tahun 1925, Scopes melakukan percobaan dan pengamatan terhadap evolusi yang dikenal dengan percobaan Monkey. Scopes terbukti bersalah dan dihukum karena melakukan percobaan dan mengajarkan hasil eksperimennya ke sekolah-sekolah. Scopes dianggap melanggar hukum yang sudah dicetuskan bahwa tidak boleh ada ilmu yang bertentangan dengan hukum agama, namun idealisme ilmu pengetahuan oleh para fundamentalis Kristiani ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1957 diluncurkanlah satelit buatan yang bernama Sputnik. Satelit ini menjadi bukti bahwa ilmu bisa memberikan kontribusi besar untuk peradaban manusia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa dengan ilmu, manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia yang tidak berilmu. Fundamentalis Kristiani mulai menyadari tentang pentingnya ilmu dan mereka sudah tidak boleh mengekang perkembangannya. Pada perkembangannya, proses agar ilmu dapat diakui dan boleh berkembang bebas tidaklah mudah. Banyak pertanyaan terkait dengan ilmu, seperti "Apa itu ilmu?", "Kapan suatu hal itu dianggap ilmiah?". Disinilah filosofi atau filsafat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurut penegak hukum yang saat itu menangani perdebatan antara ilmu dan agama, teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Ada kendali dari hukum alam. 2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari hukum alam.
114698193-Perbedaan-Antara-Ilmu-Dan-Pengetahuan.pdf
PERBEDAAN ANTARA ILMU DAN PENGETAHUAN Oleh: Ading Nashrulloh Kesadaran manusia secara garis besar terbagi atas tiga dimensi yang amat penting. Pengalaman, perasaan dan pengetahuan. Ketiga dimensi itu berbeda secara substantif tetapi sangat saling berkaitan. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Dalam perkembangannya pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan. Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan), praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika dan statistika merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat ilmu. Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah. Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya. Untuk bepengetahuan seseorang cukup buka mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk berilmu, maka metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan. Seseorang yang ingin berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir manusia berilmu, menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan langkah terakhir manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan, membuat pembahasan secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu yang ditemukannya sendiri. Apa maksud " membaca langkah terakhir manusia berilmu " ? Postulat ilmu mengatakan bahwa ilmu itu tersusun tidak hanya secara sistematis, tetapi juga terakumulasi disepanjang sejarah manusia. Tidak ada manusia, bangsa apapun yang secara tiba-tiba meloncat mengembangkan suatu ilmu tanpa suatu dasar pengetahuan sebelumnya. Katakanlah bahwa sebelum abad renaisansi di Eropa, bangsa Eropa berada dalam kegelapan yang terpekat. Karena larut dalam filsafat skolastik yang mengekang ilmu dan peran gereja. Para ilmuwan dan para filsafat abda itu tentu memiliki guru-guru yang melakukan pembacaan terhadap mereka tentang sampai batas terakhir manusia berilmu di zaman itu. Ilmu kimia abad modern sekarang adalah berpijak pada ilmu kimia,
Ilmu dan pengetahuan merupakan hal yang penting dimiliki individu dalam menjalani hidup, namun kita masih rancu akan pengertian keduanya. Apakah ilmu dan pengetahuan adalah hal yang sama? Atau apakah ilmu dan pengetahuan ternyata memiliki pengertian yang berbeda? Alexander Bird (1998) dalam bukunya, Philosophy of Science menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 1995 sempat terjadi perdebatan besar di Amerika terkait penggunaan ajaran kitab suci atau ilmu yang dijadikan landasan terbentuknya kehidupan dan alam semesta. Masyarakat Amerika sangat berpegang teguh pada ajaran agama sebelum ilmu pengetahuan menguasai pola pikir mereka. Menurut mereka, apa yang sudah dicantumkan di kitab suci (Injil) itu tidak perlu diperdebatkan dan sudah pasti benar. Bahkan, ilmu tentang terbentuknya kehidupan atau alam semesta dilarang diajarkan di sekolah karena dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Di sisi lain, para ahli tidak mau hanya mempercayai kitab suci tanpa mengetahui sendiri bagaimana proses pembentukan alam semesta. Mereka ingin mengetahui apakah ilmu juga bisa menjelaskan proses pembentukannya dan apakah ada perkembangan ilmu lagi yang bisa dipelajari setelah mempelajari bagaimana terbentuknya alam semesta. Pada tahun 1925, Scopes melakukan percobaan dan pengamatan terhadap evolusi yang dikenal dengan percobaan Monkey. Scopes terbukti bersalah dan dihukum karena melakukan percobaan dan mengajarkan hasil eksperimennya ke sekolah-sekolah. Scopes dianggap melanggar hukum yang sudah dicetuskan bahwa tidak boleh ada ilmu yang bertentangan dengan hukum agama, namun idealisme ilmu pengetahuan oleh para fundamentalis Kristiani ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1957 diluncurkanlah satelit buatan yang bernama Sputnik. Satelit ini menjadi bukti bahwa ilmu bisa memberikan kontribusi besar untuk peradaban manusia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa dengan ilmu, manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia yang tidak berilmu. Fundamentalis Kristiani mulai menyadari tentang pentingnya ilmu dan mereka sudah tidak boleh mengekang perkembangannya. Pada perkembangannya, proses agar ilmu dapat diakui dan boleh berkembang bebas tidaklah mudah. Banyak pertanyaan terkait dengan ilmu, seperti "Apa itu ilmu?", "Kapan suatu hal itu dianggap ilmiah?". Disinilah filosofi atau filsafat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Bahwa manusia tahu akan sesuatu, rasanya tak disangkal seseorang. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang-orang lain, ia tahu akan yang baik dan akan yang buruk, akan yang indah dan yang tidak indah.
Pengetahuan dan Opini, Bagaimana cara membedakannya
Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui pengertian pengetahuan dan opini. Menurut https://id.wikipedia.org. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki. Sedangkan pengertian Opini (Inggris: Opinion) adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian.
Hasad itu tidak diperkenankan, kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan harta yang melimpah, lalu ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Kedua, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan ilmu, lalu ia menggunakan ilmu itu untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya." (Muttafaq 'alaih) b. Memudahkan penuntut ilmu masuk surga ن ي م د و د ك د ل د س د ها ل ريق إ ط د س ج م إ ت د ل ي ي د ه إ في إ ها ل لم ي ع إ ، ل د ه ل س د ه ج الل ه ج ل د ها ل ريق إ ط د ل ى د إ إ ة إ ن ل ج د ال رواه . مسلم . "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim) c. Ilmu merupakan salah satu sumber pahala tiada henti ذا د إ إ ت د مها د ن ج ب ي ا م د د د آ ع د ط د ق د ن ي ا ه ج ل ج م د ع د ل ل إ إ ن ي م إ ث ث ثال د ة ث ق د د د ص د : ة ث ي د ر إ جها د ، و ي أ د م ث ل ي ع إ ع ج ف د ت د ن ي ي ج ه إ ب إ ، و ي أ د د ث ل د و د ح ث ل إ صها د عو ج د ي ي د ه ج ل د رواه . مسلم . "Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya." (HR. Muslim) d. Orang yang belajar itu sama dengan berjihad ن ي م د ج د ر د خ د في ب إ ل د ط د م إ ل ي ع إ ال و د ه ج ف د في ل إ سيبي د ه إ الل ت ى ل ح د ع د ج إ ر ي ي د رواه . الترمذي "Barangsiapa keluar rumah untuk menuntut suatu ilmu, maka ia sama dengan orang yang berangkat jihad fi sabilillah, sampai ia kembali ke rumahnya." (HR. Tirmidzi) e. Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmu ن ل وإ د ة د ك د ئ إ ال د م د ال ع ج ض د ت د ل د هها د ت د ح د ن إ ج ي أ ب إ ل إ طها د ل إ م إ ل ي ع إ ال ها ل راض إ مها د ب إ ع ج ن د ص ي ي د رواه . أبو داود والترمذي . "Sungguh para malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang sedang menuntut ilmu sebagai tanda ridha malaikat pada orang itu. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) 2. Keutamaan Ilmuwan a. Ditinggikan derajatnya "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11) b. Hanya orang yang berilmu yang selamat يها د ن ي د د ال ة ل ن د عو ج ل ي م د ، ن ل عو ج ل ي م د مها د هها د في إ ، ل ل إ إ ر د ك ي ذ إ الله ل ى د عها د ت د ، مها د و د ه ج وال د ، ها ل لم إ عها د و د ، و ي أ د ها ل لم ق ع د ت د م ج رواه . الترمذي
Tulisan ini membahas tentang sejarah terbentuknya ilmu dan pengetahuan serta meninjau perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Jurnal Sosioteknologi, 2011
Islam Prioritize to the role of science, technology and art in the advancement of civilization and the Islamic da'wah. Muslims are required to master these three things that can lead to world civilization. This is reflected in a series of revelations received by Prophet Muhammad SAW for the first time that the letter of Al-Alaq paragraphs 1 to 5. Afzalur Rahman in "Muhammad's Encyclopedia of Seerah (1981) said:" The Prophet Muhammad has successfully introduced a new dimension of life order for mankind. His followers were the lovers of true science. They also build a solid foundation for the development of world science, technology, art, and explore the science of God who has never known before. Centuries after the death of his range, they have influenced European culture and civilization. The hadist of Prophet Muhammad elaborates a lot on the importance of science, technology and art for the Muslim future.
ilmu dan keutamaannya, 2019
ABSTRAK Makalah ini bertujuan membahas tentang pengetahuan (‘al-‘ilm) dan cendekiawan (al-‘ālim) dalam Al-Qur'an dengan fokus pada makna etimologis, klasifikasi dan interpretasi (tafsir). Selain itu, ia memeriksa kata-kata ayat-ayat yang berkaitan dengan al-‘ilm dan al-ālim, sedang dianalisis oleh teori tafsir Al-Qur'an, terutama tafsir mauḍū’ī. Perlu diketahui bahwa al-‘ilm adalah pengetahuan nyata tentang suatu objek sesuai dengan kondisi dan karakternya. Al- Ilm dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kasbi (pengetahuan yang diperoleh) dan ladunnī atau mawhibah (pengetahuan yang berbakat). Kata kunci: Pengetahuan, Tafsir, 'Ulama'