PERAN LEMBAGA PAUD BERBASIS ISLAM DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI DAN INTERVENSI TUMBUH KEMBANG ANAK (original) (raw)

MANAJEMEN PENATALAKSANAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK DI POSYANDU KELURAHAN MANYARAN

ABSTRAK Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu program pokok puskesmas. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional. Pemantauan tumbuh kembang anak melalui deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian dari tugas kader posyandu untuk mengetahui sejak dini keterlambatan tumbuh kembang pada anak. Populasi kegiatan ini adalah kader posyandu di RW IX dan X di kelurahan Manyaran. Metode yang digunakan berupa pelatihan dan penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi cara deteksi dini tumbuh kembang anak serta cara stimulasi tumbuh kembang anak. Hasilnya bahwa pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mendeteksi dan menstimulasi dini meningkat. Kesimpulan kader posyandu dapat memahami pentingnya deteksi dini tumbuh kembang pada anak, menerapkan cara deteksi dini tumbuh kembang anak pada masyarakat, memberikan penyuluhan serta mendemonstarikan cara menstimulasi tumbuh kembang anak. Katakunci: kader posyandu, deteksi dini, stimulasi, anak PENDAHULUAN Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sebagai " Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period) ". Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia dan merupakan masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya (http://infobidannia.wordpress.com/2011/06/09/stimulasi-deteksi-dan-intervensi-dini-tumbuh-kembang-sdidtk-anak/). Pada masa ini otak balita bersifat lebih plastis dibandingkan dengan otak orang dewasa dalam arti anak balita sangat terbuka dalam menerima berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan baik yang bersifat positif maupun negatif. Sisi lain dari fenomena ini yang perlu mendapat perhatian, otak balita lebih peka terhadap asupan yang kurang mendukung pertumbuhan otaknya seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai (http://infobidannia.wordpress.com/2011/06/09/stimulasi-deteksi-dan-intervensi-dini-tumbuh-kembang-sdidtk-anak/). Oleh karena itu kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memberi masukan dan nilai-nilai yang postiif, menghindari masukan yang bersifat negatif dan sedapat mungkin memberikan asupan gizi yang adekuat, memberikan stimulasi yang baik dan benar, serta memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi anak. Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang 'relatif pendek' dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka para orang tua, pengasuh dan pendidik harus memanfaatkan periode yang 'singkat' ini untuk membentuk anak menjadi bagian dari generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat dibenarkan dengan ini yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai (Depkes RI, 2009).

POLA KEMITRAAN PENGELOLA LEMBAGA DAN ORANGTUA DALAM PROSES TUMBUH KEMBANG ANAK : Studi di Kober Insan Madani Kabupaten Bandung

2013

Anak usia 4-6 tahun adalah anak yang berada masa masa keemasan (golden age) yang potensial untuk menerima berbagai bimbingan atau pendidikan yang hasilnya akan membekas lama. Mereka pada umumnya sesuai dengan kecenderungan dewasa ini memasuki jenjang pra sekolah sekolah di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Kelompok Bermain. Tumbuh kembang mereka memerlukan perhatian dari pengelola dan orang tua. Oleh karena menarik untuk melakukan penelitian tentang Pola Kemitraan Pengelola Lembaga dan orang tua dalam proses tumbuh kembang (Studi di Kober Insan Madani Kab. Bandung. Adapun rumusan pertanyaan penelitian adalah (1) Bagaimana pola kemitraan lembaga PAUD dan orang tua dalam mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak? (2)Bagaimana hasil tumbuh kembang anak dengan adanya kemitraan sekolah dan orang tua ? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Lembaga PAUD dan orang tua dalam mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak? Landasan teori yang digunakan adalah teori psik...

REORIENTASI PEMBINAAN ANAK DIDIK BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

Prosiding Konferensi Tahunan Keadilan Sosial Pendidikan, Kependudukan, Politik dan Tata Kelola Publik, Humanitas dan Industri 4.0 , 2019

Terlibatnya anak dalam tindak pidana membawa anak berhadapan dengan hukum yang berujung pada penempatan anak ke dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak, yang menjadi muara terakhir dari sebuah proses peradilan pidana, anak yang dibina dan ditempatkan disana disebut anak didik. Hukum pidana pada dasarnya bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelakunya namun seiring berkembangnya zaman maka model-model hukuman atau sanksi dalam hukum pidana tidak hanya focus kepada pemberian efek jera melainkan juga mengedepankan pembinaan untuk kembali membina moral dan akhlak anak tersebut. Model pembinaan anak didik di Lembaga Pemasyarakatan anak bertujuan untuk kembali merehabilitasi anak tersebut, dengan memberikan pendidikan formal dan keterampilan seakan tidak dapat membendung kembalinya anak untuk melakukan tindak pidana, sehingga diperlukan beberapa pendekatan dari sisi keagamaan untuk dijadikan sebagai pokok pembinaan yang diberikan kepada anak didik. Pembinaan anak didik yang berbasis ajaran agama islam menjadi salah satu alternatif yang utama dan harus dioptimalkan untuk membina akhlak dan moral anak, penanaman ajaran keagamaan dengan model, 1) Memberikan rule model dalam ini memberikan pembinaan pada anak didik dengan memberikan contoh langsung bisa diarahkan kepada pendekatan rule model dengan mengenalkan mereka kepada karakter-karakter para Nabi dan Rasul,2) Pengetahuan tentang kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat yakni memberikan pengetahuan tentang apa yang berlaku dalam masyarakat dalam hal ini tentunya berkaitan dengan kebiasaan dan adat istiadat yang positif dan membangun kea rah yang lebih baik untuk mereka, Penanaman pemahaman tentang ajaran islam seperti rukun islam, rukun iman, tatacara sholat,3) Punishment yang beredukasi Kongkrinya ketika seorang anak didik melanggar kesepakatan atau ketentuan yang telah diatur dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak maka anak tersebut wajib diberi hukuman, dan hukuman tersebut dapat berupa menghafal beberapa surah pendek atau ayatayat dalam Al’quran, atau menyelesaikan bacaan Al’Quran misalnya dua sampai 3 Juz sehingga dengan hukuman ini selain konsepnya memberi hukuman juga sebagai sarana edukasi buat anak didik. Dengan internalisasi dan reorientasi pembinaan anak didik berbasis pendidikan agama islam di Lembaga Pembinaan Khusus anak akan bermuara pada pembentukan karakter anak yang berbasis moral dan akhlak sehingga anak didik pemasyarakatan dapat kembali berbaur di dalam masyarakat dan tidak mengulangi kembali tindak piidana yang telah dilakukan. Kata Kunci : Pembinaan, Anak didik, pendidikan Agama Islam, Lembaga Pembinaan Khusus Anak

PERANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DALAM MEMBINA TUMBUH KEMBANG ANAK DI KOTA AMBON

Abstrak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan wadah pembinaan anak sejak usia dini. Di lembaga PAUD ini anak diberikan stimulan-stimulan untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada pada anak, sehingga anak dapat menemukan kepribadiannya sejak dini. Penelitian ini terkait dengan peranan lembaga PAUD dalam membina tumbuh kembang anak usia dini di kota Ambon. Sasaran tumbuh kembang anak dilihat dari aspek kesehatan dan gizi dan aspek psikososial (kognitif, emosi, sosial dan bahasa) sedangkan peranan PAUD dilihat dari pola pembelajaran yang dilakukan PAUD untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan kedua aspek tersebut. Hasilnya dapat dilihat bahwa PAUD sangat membantu dalam membina tumbuh kembang anak dengan bukti adanya kerja sama antara PAUD dan lembaga Kesehatan (PusKesMas) untuk membina tumbuh kembang aspek kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk membina tumbuh kembang aspek psikososial PAUD menggunakan pembelajaran sistem sentra (pembelajaran intensif sesuai minat bakat anak), sehingga aspek psikososial anak dapat distimulan dengan maksimal. A. Pendahuluan Memasuki abad XXI dunia Pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis,memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta didik dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. 1 Permasalahannya adalah bangsa Indonesia tidak siap menghadapi ketiga tantangan tersebut disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusia. 2 Untuk 1 Anwar dkk, Pendidikan Anak Dini Usia (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 4 2 Berdasarkan laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI) tahun 2002, Indeonesia menempati peringkat 110 dari 173 negara yang diteliti, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura (25), Malaysia (59), Thailand (70), dan Brunai Darussalam (32). Selain itu berdasarkan laporan the World Economic Forum Swedia, SDM Indonesia memiliki daya saing urutan ke 37 dari 57 negara yang di survei. Lihat Anwar dkk, Pendidikan Anak Dini Usia (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 5.

PEDOMAN PENILAIAN PESANTREN ISLAM AL-IRSYAD TENGARAN

Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisah dari proses pembelajaran dan dapat menentukan kualitas dari sebuah kegiatan pembelajaran. Penilaian sebagai bagian penting dari perangkat kurikulum yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi. Selain itu, penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran serta untuk melakukan diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran.

STIMULASI ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI LEMBAGA PAUD

Nisakhairani Sinaga, 2021

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak usia dini di lembaga PAUD. Aspek-aspek perkembangan tersebut terdiri dari aspek perkembanga agama dan moral, aspek perkembangan social emosional, aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan kognitif, dan aspek perkembangan fisik motoric.

MENDIDIK ANAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Berbagai macam pendidikan kepada anak yang ada di era sekarang tentu tak terlepas dari keinginan orangtua nya untuk menjadikan anaknya sebagai sebagai insan yang baik dan berbudi pekerti luhur. Selain dititipkan kepada tenaga pengajar seperti sekolah atau pondok pesantren, seorang anak juga berhak mendapat Pendidikan dari orangtuanya sebagai seseorang yang pertama kali yang mendidiknya sebelum diserahkan kepada seorang guru di tempat belajarnya. Islam sebagai agama yang sempurna tentu telah banyak mengatur khusunya cara mendidik seorang anak melalui ajaran islam yang disampaikan Rasulullah ‫.ﷺ‬ Maka dalam artikel tulisan ini menyampaikan tiga hal mendidik anak dalam pendekatan islam berdasarkan Al-Qur'an, Hadits Nabi ‫ﷺ‬ dan kalam para ulama dalam mendidik anak. Tiga hal tersebut adalah 1.

DINAMIKA STUDI ISLAM DI BARAT

The following writing shows the historicity of Islamic studies in the West. It is important to reflect, at least as a comparison for our Islamic studies in Indonesia. Initially, Islamic studies in the West were looked unfairly. Islam was considered a fragment of Jews and Christian tradition. Thus, Islamic studies were positioned as a subunit of Christian studies. At this condition, Islamic studies tended to be colonized by West scholars‟ ideology. However, in 1980, Islamic studies began to be looked fairly in the West. Funded by National Endowment for the Humanities, University of Arizona for the first time held an international symposium on Islam and Religious Studies. In this symposium, Islam was considered equally with Christian. Therefore, the research on it was not only about Islam as religion but also as civilization. It was indicated by various approaches to Islam such as philology, social and humanities approaches. Today, Islamic studies develop intensively with the contemporary approaches called post-orientalism which is based on post-colonialism, post-structuralism, multiculturalism, and critical theory.