Reflective Learning on the term of 'Mleccha' by the Chinese Buddhist Past for Current Religiosity (original) (raw)
Related papers
Pembelajaran Reflektif atas ke-'Mleccha'-an Buddhis China Masa Lalu
Asian Buddhist Connection International Conference 3rd, 2018
Abstrak Artikel ini berargumen bahwasanya untuk menghadapi semakin meningkatnya tendensi religius chauvinisme di dalam keberagamaan di dunia yang beragam kita dapat belajar dari sejarah, bagaimana para pendeta China di zaman lampau yang mencari dhamma di negeri asal buddhism di India menghadapi dan bernegosiasi dengan realitas inferioritas ke-mleccha-an mereka di hadapan superioritas spiritual para guru di tanah asal Buddha ini. Tradisi saling belajar, berdialog, dan menerima perbedaan menjadi spirit yang indah dalam sejarah pembelajaran terlepasnya kemelekatan istilah mleccha dalam kesejarahan diri ummat Buddha China zaman dulu yang dapat kita saksikan pada masa sekarang. Kata kunci: mleccha, Pendahuluan Peristiwa Pemilu Daerah DKI 2017 sepertinya telah menandai kembali mengerasnya politik identitas. Hal ini sangat dirasakan ketika pada saat itu betapa media massa, online terutama, membingkai dan mensetting isi media untuk kepentingan pihak yang berkuasa (Sarohmawati & Ashaf, 2017). Tak dipungkiri bahwa identitas primordial (etnis, bahasa, dan agama) dalam sejarah manusia telah dan selalu menjadi penanda politis utama dan pertama yang menjadi benteng kedirian seseorang dan kelompok sosialnya. Dari sudut pandang ini, adalah hal yang wajar bila manusia bergerak mencapai kepentingan-kepentingan berdasarkan pada pijakan awal persepsi dan perspektif sepihak. Stereotyping menjadi suatu hal yang tak terhindari dan terasa berjalan dengan wajar, barangkali tanpa merasa bersalah atau bahkan dengan maksud baik. Namun demikian, tidak demikian dengan mereka yang dilabeli dengan stereotype tersebut. Perasaan bersalah, kotor, tidak beradab, berdosa, dan/atau berbagai perasaan negatif lainnya yang bersifat merendahkan harkat diri akan mudah melekat berkat pernyataan yang berulang-ulang dan [seakan-akan] terlegitimasi berdasarkan atas kitab ataupun otoritas yang
Pembelajaran Reflektif atas ke-'Mleccha'-an Buddhis China Masa Lalu untuk Religiusitas Kekinian
Abstrak Artikel ini berargumen bahwasanya untuk menghadapi semakin meningkatnya tendensi religius chauvinisme di dalam keberagamaan di dunia yang beragam kita dapat belajar dari sejarah, bagaimana para pendeta China di zaman lampau yang mencari dhamma di negeri asal buddhism di India menghadapi dan bernegosiasi dengan realitas inferioritas ke-mleccha-an mereka di hadapan superioritas spiritual para guru di tanah asal Buddha ini. Tradisi saling belajar, berdialog, dan menerima perbedaan menjadi spirit yang indah dalam sejarah pembelajaran terlepasnya kemelekatan istilah mleccha dalam kesejarahan diri ummat Buddha China zaman dulu yang dapat kita saksikan pada masa sekarang.
2018
Di tengah-tengah paradigma umum bahwa teologi cenderung dikuasai oleh kaum intelek elite, Simon Chan berusaha melihat dari sudut pandang berbeda tentang bagaimana teologi hidup di tengah-tengah akar rumput atau kehidupan keseharian di Asia. Buku Grassroots Asian Theology ditulis dengan tujuan mengajak pembaca untuk memikirkan kembali bagaimana teologi di Asia telah dilaksanakan, dan menunjukkan kontribusi teologis dari kekristenan di Asia kepada gereja yang lebih luas. Selain membahas kontribusi teologi
Maskulinitas dalam sastra dan agama di Tiongkok
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
This study aims to describe masculinity in literature and religion of China. The focus of this study are (1) how is the representation of masculinity in literature and religion in China, (2) how is the representation of the other side of masculinity literature and religion in China, and (3) how is masculinity literature and religion in relation to the relevance of social life in China nowaday. The theory used in this study is masculinity. This study used a qualitative descriptive method-style narrative and autoethnography exposure. Source of data used in the form of (1) literature study classical Chinese literature (Journey to the West, Story Classical Ming Dynasty, and The Plum in the Golden Vase or, CHIN P ‘ING MEI Volume 1: The Gathering) and (2) autoethnography. The results show that masculinity in literature and religion in China is very strong. Masculinity in literature and religion in China comes in the form of leadership, courage, and responsibility; (2) the other side of ma...
Teologi Pendidikan Dalam Perjanjian Lama (Kitab Meleakhi
Dr. Fanny Yapi Markus Kaseke., SP, 2022
Tulisan ini tentang landasan Alkitab bagi Pendidikan Kristen, yakni landasan yang terdapat pada Perjanjian Lama, yakni kitab Maleakhi. Pendidikan Kristen memerlukan landasan yang berasal dari Alkitab, di mana di dalamnya menampilkan nilai-nilai kristiani. Banyak Lembaga Pendidikan Kristen, para pendidik (guru), anak didik (murid) yang tidak memiliki "bekal" cukup dalam penyelenggaraan Pendidikan Kristen, sehingga seolah-olah ilmu pengetahuan yang dipelajari berdiri sendiri, dan tidak ada hubungannya dengan nilai-nilai kristiani yang ada dalam Alkitab. Maka tujuan penelitian ini adalah mengemukakan nilai Pendidikan kristiani dari Alkitab yang berasal dari kitab Maleakhi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, di mana pendekatan kualitatif di sini bersifat kuasi-kualitatif. Uraian deskriptif dilakukan dengan mengeksposisi bagian-bagian Alkitab yang ada pada kitab Maleakhi. Metode tafsir yang digunakan adalah eksegese. Ayat-ayat atau frasa atau kalimat atau bagian yang dieksegese adalah ayat/frasa/kalimat/bagian yang penulis anggap memuat hal-hal yang ada hubungannya dengan Pendidikan. Temuan penelitian ini adalah pertama, kasih Tuhan yang besar pada umat Israel, juga dapat tercermin pada setiap pendidik dan anak didik; kedua, balasan kasih Tuhan yang besar dari pihak Israel; dapat mencerminkan jiwa atau watak manusia yang cenderung melawan kasih Tuhan yang besar, jika diterapkan dalam dunia Pendidikan, ini akan berhubungan dengan relasi kasih antara pendidik dan anak didik; ketiga, rancangan Tuhan akan orang benar akan berbeda dengan rancangan-Nya pada orang fasik. Pada akhirnya, pendidik maupun anak didik yang tekun dan takut Tuhan akan berhasil hidupnya, menerima balasan yang baik dari Tuhan..
Teologi Guanxi: Sebuah Upaya Memahami Aspek Teologi Relasional dalam Budaya Tionghoa
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian, 2019
This article aims at constructing a theology of business starting from the Chinese principle of relationship which is known as guanxi. Many have seen the role of guanxi in the process of China’s economic growth. Guanxi plays a philosophical role not only in economic life, but also in social as well as cultural ones. Using Robert Schreiter’s method of intercultural theology, this study finds that the philosophical concept of guanxi offers values compatible with a Christian theology of relationship. Interacting the two resources would provide a strong basis for constructing a theology of business.
Pembelajaran Sejarah Asia Barat Kuno Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif
SWADESI: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 2020
Penelitian bertujuan untuk menganalisis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif serta memanfaatkan media komik dalam perkuliahan Sejarah Asia Barat Kuno. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian dikumpukan melalui pengamatan, analisis dokumen dan wawancara dengan mahasiswa di kelas Sejarah Asia Barat Kuno Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengujian data dilakukan melalui triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritis. Penelitian ini menggunakan metode analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang benar dalam penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif serta media komik yang menarik pada mata kuliah Sejarah Asia Barat Kuno. Maka, mahasiswa mengalami peningkatan pada aspek 3C yaitu, competence, conscience, compassion. Bagi para civitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan...
Abstrak Berdasarkan hasil penelitian tentang tinggalan budaya materi dan tradisi budaya yang terkait dengan pengagungan arwah leluhur atau yang sering disebut dengan istilah pengagung arwah leluhur yang telah dilakukan oleh para prasejarawan selama ini, merupakan refleksi dari nilai-nilai masyarakat yang pernah berkembang pada masa lalu. Temuan tersebut dijadikan sebagai sumber data. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan pendekatan semiotika. Tulisan ini bertujuan mengelaborasi berbagai nilai lama yang tercermin dari tinggalan budaya materi dan tradisi yang disimpulkan pernah berkembang di tengah masyarakat pengagung arwah leluhur. Nilai-nilai antara lain semangat persatuan, kepemimpinan, gotong royong, dan sikap toleransi dalam kepercayaan. Bila hal ini disosialisakan kembali di tengah masyarakat sekarang tentunya akan dapat memberikan sumbangan yang sangat positif bagi masyarakat. Abstract Based on the results of research on the remains of material culture and cultural traditions associated with the worship of ancestral spirits or often referred as the ancestral worship that have been carried out by the pre-historians over the years, could be offered various forms of reflection of the values of the community that once flourished in the past. That finding