GEJALA TAKFIRISME DALAM GERAKAN EKSTREMISME AGAMA SEMASA (original) (raw)

MAKNA GHULUW DALAM ISLAM: BENIH EKSTRIMISME BERAGAMA

This article explore the concept of ghuluw in Islam, as a seed of extremism in the name of religion. This article trace the term ghuluw in Islamic history and how Islam (through the Qur’an and Hadith) discuss this term. Etymologically, the term ghuluw means exaggerating about something. Terminologically, ghuluw means the model of excessive understanding of religious teaching deviated from its orininal meaning. Several attitudes categorized as ghuluw include: fanatic, prejudice, and blame; and even accusing of infidelity. Islam condemns all those characteristics as explain in the Qur’an and Sunna. Islam is a religion that promotes honour, peace, harmony and balance. Currently in Indonesia, however, there are two contrasting Islamic groups: on one side there has been increasing number of people who can be labeled as extremist, violent, and literalist. In another side, there is an Islamic group who tends to ignore the main principles of Islam. These two Islamic groups spread widely in Indonesian Islamic society. Keywords: Ghuluw; extrimism; moderation; al-tat}arruf; ifra>t}.

MENANGGANI FENOMENA EKSTREMISM AGAMA MENGIKUT PERSPEKTIF MAQASID SYARIAH

Pengenalan Artikel ini akan mengkaji fenomena ekstremism agama di kalangan penganut Islam menggunakan analisa Maqasid. Walaupun fokus utama akan diberikan kepada realiti ekstremis di Malaysia, ia juga akan dikaitkan dengan gerakan ekstrem luar. Ia dibahagi kepada beberapa bahagian (i) apakah kaedah analisa maqasid; (ii) fokus kumpulan ekstrem dan (iii) analisa maqasid terhadap fokus kajian. Apa Dan Bagaimana Analisa Maqasid Ia adalah kaedah penggunaan intelektual manusia berfikir, bertindak dan menilai sesuatu perkara yang berpandangan jauh, luas, futuristik dan bersepadu memahami falsafah syariah Islam ditaklifkan. Ia bukannya statik, literal, formalistik dan menghukum. Walaupun ia agak flexible tetapi tidak meninggalkan prinsip asas Islam-yang menekankan prinsip Tauhid, Rasionalistik, Societal (mementingkan kepedulian masyarakat) dan World Affirmative (dunia sebagai tempat berguna). Fokus Kajian Maklumat asas fokus kajian ini diperolihi daripada tulisan pakar yang terlibat dalam aktiviti Counter Terorism.1 Ia berasaskan teori gerakan sosial yang mendapati munculnya gerakan ekstremis Islam disebabkan oleh faktor sosial sesuatu lokasi tertentu. Kemunculan gerakan ini lebih didorong oleh faktor respon penganut Islam terhadap kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam proses ini, ia mendapat suntikan idea daripada pemikir Islam yang mempergunakan prinsip-prinsip Islam. Maknanya, gerakan ekstremis agama ini bukannya disebabkan oleh ajaran Islam itu sendiri, tetapi hasil buatan manusia yang mempergunakan idea Islam untuk kepentingan mereka.2 Fokus kajian ini adalah golongan yang melakukan ekstremism dan keganasan (terorisme) menggunakan nama Islam, walaupun pada dasarnya tindakan ini bertentangan sama sekali dengan Islam. Golongan ini terdiri daripada kumpulan khawarij dan salafi jihad. Mengikut pakar barat, gerakan salafi pada hakikat terbahagi kepada tiga jenis : Salafi dakwah, politik dan salafi jihad. Dua salafi yang awal (dakwah dan politik) mengajak masyarakat berpegang kepada apa yang diamalkan oleh generasi salaf tanpa dan memusuhi tindakan 1

KONTEKSTUALISASI KLAIM KEBENARAN DALAM AGAMA

This article discusses the truth claims contained in religion. Every religion claims that its teachings teach the truth. Religion functions as an instrument of the aims and views of humankind, so that it can be in harmony with the value of goodness that is inherent with God. There is a crossroads of views regarding truth claims on religion, including God. Claims of religious truth are considered valid only in historical contexts which can be verified. Religion does not describe the world accurately, but promotes individual moral awareness and provides comfort to humans.

PERGERAKAN KELOMPOK TERORISME DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

Terorisme adalah sebuah faham yang berpendapat bahwa penggunaan cara-cara kekerasan, intimidasi dan semacamnya yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan, bahkan tejadinya korban jiwa dan harta, untuk mencapai tujuan, baik secara individu maupu secara berkelompok atau dalam sebuah organisasi, yang mempunyai jaringan yang luas, baik berskala nasional maupun internasioanal. Secara akademisi, terorisme dikategorikan sebagai "kejahatan luar biasa" dan dikategorikan pula sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan", yang tidak berprikemanusiaan. Mengingat kategori yang demikian itu, maka pemberantasannya tentulah tidak dapat menggunakan cara-cara yang biasa sebagaimana menangani tindak pidana biasa seperti pencurian, pembunuhan atau penganiayaan. Gerakan-gerakan terorisme selalu menggunakan ancaman atau tindak kekerasan yang mengancam keselamatan jiwa dan harta tanpa memilih-milih siapa yang akan menjadi korbannya. Terorisme memiliki sejarah yang panjang dan perkembangannya mengikuti perkembangan kehidupan manusia dengan situasi yang mendukungnya, sehingga semakin canggih teknologi yang dimiliki oleh manusia, maka jaringan dan tindakan criminal teroris akan semakin mudah melakukan teror dimanapun dan kapanpun, dan terror dimasa sekarang ini fenomenanya berubah-ubah dan dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat luas. Apalagi dengan berkembangnya persaingan ekonomi, perdagangan dan industeri ditambah dengan teknologi informasi yang semakin modern, memberi banyak peluang kepada negara-negara besar dalam menancapkan pengaruhnya, yang melahirkan proses globalisasi dan modernisasi, yang pada akhirnya menjadi lahan subur bagi perkembangan terorisme. Kemudahan menciptakan ketakutan dengan teknologi tinggi dan liputan media yang luas membuat jaringan dan tindakan teror semakin dapat mencapai tujuannya.

EKSTREMISME DALAM DUNIA MUSLIM MASA KINI: ANALISIS KEPADA KUMPULAN DAESH

Pendahuluan Peristiwa 11 September merupakan salah satu gambaran asas dan cetusan yang paling besar kepada masyarakat dunia untuk lebih mengenali, membincang dan mewacanakan mengenai perihal ekstremisme. Dunia mula melihat dan mencari siapa yang terlibat dengan ekstremisme tersebut, punca dan sebab berlakunya ekstremisme, kaedah pencegahan dan sebagainya lagi. Walaupun ada sesetengah pihak yang menimbulkan keraguan terhadap peristiwa tersebut, tetapi secara umumnya ia telah difahamkan oleh paparan media antarabangsa bahawa dalang disebalik ekstremisme yang berlaku di dunia kini adalah Muslim. Lantaran stigma sedemikian, sedikit sebanyak ia telah menjadi salah satu pendorong kepada kemunculan pelbagai kumpulan ekstremisme daripada kalangan orang Islam yang tidak berpuas hati dengan ketidakadilan tersebut. Kumpulan ekstremisme yang menjadi bualan hangat pada masa kini ialah tentunya kelompok IS (Islamic State) dan kemudiannya Daesh. Maka, artikel ini akan menyoroti dan menganalisis corak perjuangan dan kedudukan kelompok-kelompok tersebut di sisi Islam secara absahnya.

PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA TENGAH

Kehidupan remaja tengah kita saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat banyak yang tentunya sangat perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin turunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja tengah dalam praktek kehidupan, baik dirumah, sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Itu mengakibatkan timbulnya efek negatif di masyarakat yang akhir ini semakin merisaukan. Semakin banyaknya penyimpangan di berbagai norma kehidupan, baik agama maupun sosial. Dan itu terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku antisosial seperti tawuran, pencurian, pembunuhan, pilok-pilokan lulusan sekolah serta perbuatan amoral lainnya.

TAFSIR BARU PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA Oleh

Perkawinan merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting dalam kehidupan manusia di dunia manapun. Begitu pentingnya perkawinan tidak mengherankan jika agama-agama di dunia mengatur masalah perkawinan bahkan tradisi atau adat masyarakat dan juga institusi negara tidak ketinggalan mengatur perkawinan yang berlaku di kalangan masyarakatnya.

EKSTREMISME ISLAM DI ALAM MELAYU: SATU PENGENALAN

From the outset, Islamization process of the Malay world had transpire in the peaceful manner. This peaceful atmosphere continues to run until the advent of Western colonial powers. Recently, the phenomenon of extremism has grown to Malay world. It has been defame Islam and the Malay world region. On the basis of that, this study will analyze this so called Islamic extremism through Maqasid's method. As a result, it is proven that such religious extremism is contrary to the teachings of Islam as well as the culture of Malay world. PENGENALAN Artikel ini akan mengkaji fenomena ekstremism agama di kalangan penganut Islam menggunakan analisa Maqasid. Walaupun fokus utama akan diberikan kepada realiti ekstremis di Malaysia, ia juga akan dikaitkan dengan gerakan ekstrem luar. Ia dibahagi kepada beberapa bahagian (i) apakah kaedah analisa maqasid; (ii) fokus kumpulan ekstrem dan (iii) analisa maqasid terhadap fokus kajian. APA DAN BAGAIMANA ANALISA MAQASID Ia adalah kaedah penggunaan intelektual manusia berfikir, bertindak dan menilai sesuatu perkara yang berpandangan jauh, luas, futuristik dan bersepadu memahami falsafah syariah Islam ditaklifkan. Ia bukannya statik, literal, formalistik dan menghukum. Walaupun ia agak flexible tetapi tidak meninggalkan prinsip asas Islam-yang menekankan prinsip Tauhid, Rasionalistik, Societal (mementingkan kepedulian masyarakat) dan World Affirmative (dunia sebagai tempat berguna).

DARI FANATISME KE EKSTREMISME: ILUSI, KECEMASAN, DAN TINDAKAN KEKERASAN

Jurnal Masyarakat Dan Budaya - LIPI, 2019

This research paper aims to describe the result of the observation on how religious radicalism rising in Indonesia that affects either symbolic or physical violence. We cannot deny that the escalation of extremism occurs from religious phenomena through doctrine that implicates religious attitude such as fanaticism. The question is how religious fanaticism starts to happen? In my opinion, at least there are two evident reasons that indicate people are possibly associated with "symptom of religious fanaticism". The first layer is religious education where teachers including preachers play pivotal role in transforming curriculum and knowledge of religion. Secondly, the role of media that becomes daily consumption of information for society and applies messages of demagogy and hate speech addressed to interreligious communities. Hence, the primary idea of this paper tries to expound how religious attitude of fanaticism of Indonesian society has tangible impact that possibly supports the rising of religious extremism and religious violence such as suicide bombing.