Arsitektur, Kekuasaan, dan Nasionalitas (original) (raw)

seri esai arsitektur: dua ARSITEKTUR, JOKOWI, DAN NASIONALITAS

Berita UPI, 2021

NASIONALISME, tampaknya bukan lagi merupakan terma yang menarik bagi kalangan generasi muda kini. Isu ini hanya sesekali muncul pada saat peringatan hari-hari besar nasional seperti 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, 20 Oktober hari kebangkitan nasional, atau 10 November sebagai hari pahlawan. Isu ini muncul pula ketika sesekali duta olahraga memperoleh kemenangan di kancah kejuaraan dunia, atau ketika TKA China berbondong-bondong datang bahkan ketika masa pandemi covid19, atau ketika negara Indonesia bersengketa dengan negara tetangga, seperti dengan Malaysia untuk kasus klaim pulau-pulau terluar Indonesia serta klaim karya seni budaya berupa lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, atau batik.

Hubungan Pancasila dan Arsitektur

menjelaskan hubungan yang ada antara pancasila sebagai dasar negara dengan arsitektur sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan mengenai pembangunan.

Kekuasaan Negara, Moralitas Publik dan Privat

Semua program politik pada prinsipnya bermuatan nilai, dalam arti didasarkan pada asas-asas kehidupan privat dan publik semua pihak yang diselenggarakan menurut tata kehidupan bernegara. Asasasas dasar ini tak pelak memiliki konsekuensi praktis. Karenanya, kesepakatan tentang cita-cita moral yang hendak diterapkan dalam tatanan baru yang ter-reformasi, baik secara publik maupun privat, menjadi hal yang harus ada.

Kekerasan Bersenjata dan Kekerasan Struktural dalam Jerat Konstruksi Identitas dan Nasionalisme

Makalah untuk FGD FISIP UIN ‘Merekonstruksi Pandangan terhadap Kekerasan dan Identitas’, UIN Jakarta, 2017

Apa yang terjadi pada dunia ketika semua seolah menjadi kawan, dan tidak ada lawan? Perdamaian? Sejarah menunjukkan tidak. Kata ‘kawan’ adalah bentuk subordinasi terhadap penindasan yang semakin tajam di dunia modern ini. Kata ‘kawan’ adalah buaian dengan bahasa lain: toleransi, damai, pluralisme, moderat, ramah. Dalam logika kekuasaan, tentu saja jargon-jargon ini tidak bermakna seperti yang kita bayangkan (atau kesadaran yang dikonstruksikan ke kita).

Identitas: Konstruksi Sosial Dan Kekuasaan

Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies

This paper discusses the construction of social identity that occurs among the minority community inIndonesia. Discrimination and violence that occur against minoritiesethnic is considered as a common thing. So that,most of ethnic minoritiesseems resigned, accept it as destiny, or as an inevitable consequence for being a minority group in the middle of a majority society. People can easily, in the name of abstract racial or religious identity and far from reality, kill the neighbors who are beside their own homes, or groups imagined as others. People often get caught up in the illusion of unique and unchoosable identity. In this study it was found that identity was built up in discourse and as a result of colonialism that occurred in Indonesia, besides that, identity was closely related to the rise of power. Primodialismidentity arises through 3 phases, 1) Identity is obtained naturally, hereditary. 2) Constructivism. Identity is something that is formed and results from complex social processes. Identity can be formed through cultural ties in society. 3) Instrumentalism. Identity is something that is constructed for the interests of the elite and emphasizes more on the aspect of power. The issue of identity should not be used as a cause of conflict, as a threat to the continuity of human civilization, but on the contrary, opens up new dimensions of justice and equality.

Vernakularitas Arsitektur Peninggalan Peradaban Islam

NALARs, 2021

ABSTRAK. Peninggalan dari sebuah peradaban dapat dilihat dari karya yang ditinggalkan. Arsitektur merupakan salah satu wujud karya yang dapat digunakan untuk melihat dan menelusuri peninggalan dari sebuah peradaban. Peninggalan peradaban di satu wilayah dengan wilayah lain akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal inilah latar belakang pentingnya dilakukan penelitian berkaitan dengan vernakularitas arsitektur. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan memahami vernakularitas peninggalan peradaban Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengambilan data dilakukan secara purposif sampling. Alat analisis pada penelitian ini adalah aspek vernakularitas yang dikemukakan oleh Mentayani (2017). Aspek vernakularitas dapat dilihat dari 3 hal yaitu aspek teknis, aspek budaya, dan aspek lingkungan yang ketiganya bisa dibahas secara bersamaan karena saling terkait pada ranah uns...

Bangsa dan Ketahanan Nasional

Alhamdulillah. Kami bersaksi bahwa tiada illah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan kami bersaksi bahwa mMuhammad adalah utusan-Nya.

KONSTITUSIONALISME HALUAN NEGARA

Makalah untuk anngota MPR, 2019

Konstitusionalitas Haluan Negara guna menampung dan menyalurkan ide untuk menghidupkan kembali keberadaan GBHN secara konstitusional melalui Perubahan kelima UUD 1945.

Konteks Kekinian Arsitektur dalam Melihat Arsitektur Nusantara

Arsitektur kebangsaan adalah hasil tatanan budaya masyarakatmanusia yang mendiami wilayah Nusantara ini. Bentuk dan wujudnya adalah hasil pemikiran dari kecerdik-pandaian mereka dalam melihat alamlingkungan geografisnya, dan berlanjut sampai sekarang. Tradisi dan budaya yang terdapat di dalamnya tercipta akibat dari proses peradaban yang sangat panjang. Hasil peradaban berhuni dan berarsitektur memunculkan berbagai macam bentukan arsitektur, hal inilah yang menarik untuk dilakukan kajian dan pengungkapkannya. Apa sebenarnya yang mendasari dibalik bentukan-arsitektur tersebut? Apakah hal tersebut terjadi akibat proses budaya antara manusia dengan alam-lingkungan geografisnya? Hal itulah yang sebenarnya menjadi latar belakang mengapa kita ingin mempelajari arsitektur hunian tradisional yang tersebar di wilayah Nusantara ini.

Kearifan Arsitektur Nusantara, ataukah Kejeniusan

00 Arsitektur, itu wujud yang semenjak era Orde Baru memperoleh status yang terhormat yakni sebagai alat bukti pembangunan yang tergolong paling handal. Dari tidakada menjadi ada; dari jelek menjadi bagus; dari kecil menjadi besar, dari lama menjadi baru, semua itu menjadi alat bukti terlaksananya pembangunan. Langgam demi langgam baru bermunculan, ruang-ruang terbuka di kota semakin habis, dan gedung-gedung jangkung semakin mengisi langit kota. Bersamaan dengan itu jumlah sekolah arsitektur dengan pesat sekali bertambah jumlahnya sehingga di hari ini mungkin menjadi yang terbanyak di Asia yakni 170 sekolah. Dengan sendirinya jumlah lulusan yang kemudian terjun ke lapangan perancangan, pengawasan dan pelaksanaan semakin bertambah pula menjadi puluhan ribu di hari ini. Lulusan magister mencapai ribuan, doctor bisa saja lebih dari seratus, sedang profesornya sudah puluhan. pencapaian seperti ini pasti membanggakan dan menggembirakan. Walaupun demikian, yang maju dengan pesat itu tidak berarti bahwa tidak ada masalah dan persoalan. Salah satunya adalah semakin derasnya arus untuk memasukkan yang global ke Indonesia ssehingga semakin tersingkir saja kecerlangan arsitektur yang telah dirintis oleh para leluhur kita dalam rupa candi maupun bangunan adat, dalam kesempatan berbahagia ini ijinkan saya untuk mengangkat sepenggal ihwal arsitektur yang semakin tersingkir itu, yakni arsitektur Nusantara. Di sini saya akan mengangkat butuir-butir sejarah untuk saya 'baca' dari sisi ruang dan waktu sejarah itu sendiri. Meskipun begitu, ini bukan sebuah pembicaraan tentang sejarah arsitektur.