Racun Sekulerisme di Indonesia (original) (raw)

Fenomena Radikalisme DI Indonesia

Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran dan Pencerahan, 2017

Terang saja tuduhan bahwa peledakan 11 september dan terkahir Bom Sarinah berkaitan dengan Islam sebagai "institusi agama"tidak bisa diterima umat Islam. Agama sangat potensial menyulut api kekerasan, tetapi media massa ditengarai juga sangat berperan dalam menyulut api permusuhan ini. Tidak hanya itu, pencarian identitas Muslim yang takkunjung usai serta tekanan sosiopolitik dan sosiohistoris Barat yang merepresentasikan Islam sebagai agama teror, memperburuk representasi Islam di mata agama lainnya. Kata Kunci: Aliran, Radikal A. Pendahuluan Perselisihan dan penyelesaian yang ditimbulkan pasca perang "shiffin", yaitu peperangan antara kubu Ali dan Muawwiyah disinyalir telah melahirkan beberapa aliran dalam Islam seperti aliran Khawarij dalam wilayah politik dan teologi. Bahkan perselisihan yang mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik berubah menjadi persoalan teologis, yaitu justifikasi kufur dan menghalalkan darah sesama umat Muslim. Perubahan dan perkembangan fenomena inilah yang akan kita diskusikan dalam Makalah Riset ini. Hal ini didasarkan pada asumsi dasar bahwa, mengapa persoalan-persoalan tersebut dapat timbul dan menghasilkan implikasi politis-teologis, sehingga dalam pemikiran dan tindakannya dapat dikategorikan radikal?

Post-Sekulerisme Islam Populis di Indonesia

JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo, 2019

This article explores the phenomenology of post-secularism in Indonesia. Populist Islamic movement strike for islamization public sphere as a sign of post-secularism in Indonesia. The islamization proceeded both in government dan the public sphere. These phenomena show that the community of urban Muslims can't leave religious aspects in the public sphere. This research uses the qualitative-description method and library research models. The first result of this research shows that Islamic populism is coming from the urban Muslim middle class who have access to the modern world. Second, the populist Islamic movement who did islamization of the public sphere shows the strengthening of religion's role in the public sphere. Tulisan ini menjelaskan fenomena post sekulerisme di Indonesia. Gerakan Islam populis yang memperjuangkan islamisasi ruang publik menjadi tanda adanya post-sekulerisme di Indonesia. Proses islamisasi ruang publik dilakukan baik dalam pemerintahan maupun di ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan model studi pustaka. Penelitian ini menggunakan teori ruang publik Muslim. Hasil penelitian ini pertama menunjukkan bahwa islam populis lahir dari Muslim kelas menengah perkotaan yang memiliki akses lebih ke dunia modern. Kedua, Islamisasi ruang publik yang dilakukan oleh kelompok Islam populis menunjukkan bahwa adanya penguatan peran agama di ruang publik.

Apa salahnya Sekulerisme.pdf

Sekularisme secara terminologi sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memisahkan antara negara (politik) dan agama (state and religion). Yaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang mengurusi tatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka, menurut para sekular, negara dan agama yang dianggap masing-masing mempunyai kutub yang berbeda tidak bisa disatukan. Masing-masing haruslah berada pada jalurnya sendiri-sendiri.

Versi Sekularisme Indonesia Sebagai Kebijakan Yang Demokratis

Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

The fact of plurality in Indonesia is characterized by a religious diversity. This discussion paper is going to present the efforts to manage the tolerance of the inter-faith, including also how a precise trategy is related to the relationship between the religions and the state. Is the relationship between the religions and the state in Indonesia linked closely with any radical secularism such as in France or Indonesia that has a version of secularism itself? The writer will discuss the question by elaborating on the relationship between the religions and the state according to Pancasila. The type of secularism that is suitable and ideal for Indonesia is the one that nuances a separation of the religions and the state that is in the rigor version of liberal democracy, cannot be absolutely applied in Indonesia. The reason is that Indonesia has a wealth of culture that affecs the different way of view and reception against secularism. Even some thinkers argue that the acceptance of I...

Upaya yang dilakukan Sekulerisme dalam menurunkan Presiden Mursi

Kejahatan yang dilakukan Sekulerisme dalam meruntuhkan kekuasaan presiden mursi Latar belakang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu peristiwa politik besar di Timur Tengah, yakni pelengseran Muhammad Mursi dai jabatan kepresidenan Mesir. Penelitian ini mempertanyakan perbedaan sudut pandang antara kaum sekulerisme dan islamisme lengsernya Muhammad Mursi. Penelitian yang menggunakan metode deksriptif ini bertujuan meneliti perbedaan sudut pandang kedua pihak tersebut, dengan menggunakan analisis wacana kritis model Theo van Leeuween, yang berfokus pada analisis strategi pengeluaran (exclusion) dan pemasukan (inclusion) atas aktor yang terlibat dalam peristiwa. Berdasarkan pada peneltian atas yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yakni bahwa pada pemberitaan tanggal 5 Juli mengenai lengsernya Mursi, Republika cenderung lebih apa adanya dalam memberitakan peristiwa tersebut, yang dibuktikan dengan dominannya penggunaan strategi verba, sementara Kompas cenderung membela militer dan menydutkan para pendukung Mursi, yang dibuktikan dengan strategi-strategi nominalisasi dan pasivasi yang digunakan. Sementara pada pemberitaan 14 Agustus mengenai bentrokan pihak militer dengan pendukung Mursi, kedua media cenderung memberitakan negatif pihak militer dan menonjolkan kelompok

Wajah Sekularisme di Sebalik Fakta & Persepsi

Artikel yang ditulis pada sekitar tahun 2012-2013. Sekadar satu penjelasan ringkas tentang salah faham masyarakat berkaitan sekularisme serta masalah persepsi. Telah diterbitkan secara rasmi oleh Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan (PMWP) di bawah ruangan SUARA PEMIKIR.

Skenario Kontra Narasi Radikalisme di Indonesia

Pendahuluan Penulis berpendapat bahwa perilaku teroris tidak lahir begitu saja dari rahim ibunya. Ada proses tertentu sehingga seseorang mempunyai paham-paham radikal dan memaksakan pahamnya dengan tindakan kekerasan yang menakutkan orang lain. Tindakan ini yang disebut dengan aksi terorisme. Istilah terorisme sering digunakan untuk tindakan-tindakan kejam (kekerasan / radikal) yang secara rahasia diarahkan oleh kelompok-kelompok yang tidak setuju terhadap pejabat rezim yang berkuasa untuk memaksakan perubahan-perubahan sosial dan politik 1. Proses-proses pembentukan seseorang/kelompok menjadi radikal inilah yang memerlukan narasi.

Radikalisme dan Terrorisme di Indonesia

Radikalisme dan terorisme kini menjadi musuh "baru" umat manusia. Meskipun akar radikalisme telah muncul sejak lama, namun peristiwa peledakan bom akhir-akhir ini seakan mengantarkan fenomena ini sebagai "musuh kontemporer" sekaligus sebagai "musuh abadi". Banyak pihak mengembangkan spekulasi secara tendensius bahwa terorisme berpangkal dari fundamentalisme dan radikalisme agama, terutama Islam. heran jika kemudian Islam seringkali dijadikan 'kambing hitam'. Termasuk dan terutama pada kasus bom paling fenomenal: WTC dan kasus termutakhir bom "Boston Marathon". Namun demikian, tidak sedikit pula yang percaya bahwa motif radikalisme dan terorisme tidaklah bersumber dari aspek yang tunggal. Kesadaran ini membawa keinsyafan bahwa upaya penanganannya juga tidak bersifat parsial, namun perlu pendekatan komprehensif secara integral. Berbagai kemungkinan motif teror memang sepatutnya perlu diwaspadai. Karena kenyataannya diakui atau tidak terorisme nyata-nyata terus menghantui, walaupun beberapa pelaku aksi terorisme sudah ditemukan. Dalam konteks Indonesia, misalnya, dalam kurun waktu antara 1962-2012 tercatat puluhan kali aksi peledakan bom. Dari sekian peristiwa peledakan bom yang terjadi, adanya motif yang bernuansa agama memang tak bisa dipungkiri. Namun demikian, motif politik dan kepentingan intelijen justru yang paling banyak terkuak, selain motif kriminal murni.