RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA : Longsor Di Cisolok Sukabumi (original) (raw)

Pemetaan Potensi Bencana Tanah Longsor DI Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

2019

memiliki letak astronomis di lintang 6°45'30"-6°59'30" LS dan garis bujur 106°21'30"-106°35'30" BT. Kecamatan Cisolok berbatasan langsung dengan Provinsi Banten tepatnya di bagian barat dengan Kabupaten Lebak, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kabandungan, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Pelabuhan Ratu, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cikakak.

PENGENDALIAN LONGSOR DI DUSUN BRANGKAL, DESA CANDIREJO, KECAMATAN BOROBUDUR, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

PENGENDALIAN LONGSOR DI DUSUN BRANGKAL, DESA CANDIREJO, KECAMATAN BOROBUDUR, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH, 2018

Longsor yang terjadi di Dusun Brangkal, Desa Candirejo terjadi setelah intensitas hujan yang tinggi sebesar 357,9 mm/thn pada Bulan Januari, tanah menjadi jenuh dan berat sehingga dengan adanya gaya gravitasi tanah akan bergerak ke tempat elevasi yang lebih rendah. Longsor terjadi karena adanya gaya pemicu gerakan yaitu infiltrasi air kedalam lereng, getaran dan aktivitas manusia. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui nilai faktor keamanan pada lereng berdasarkan sifat fisik dan mekanika tanah dan merencanakan teknik rekayasa pengendalian longsor di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pemetaan lapangan, teknik purposive sampling, tahap laboratorium berupa sudut geser langsung dan kuat tekan tanah, teknik analisis data secara sistematik, metode analisis Program Slide, dan metode fellenius. Parameter yang digunakan untuk menentukan arahan kestabilan lereng adalah iklim, bentuklahan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, tekstur tanah, sifat fisik dan mekanika tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai faktor keamanan lereng dengan menggunakan metode Fellenius yaitu 0,888, 2,334, dan 0,365 yang berarti dalam keadaan labil untuk lereng 1 dan 3 dan lereng dalam keadaan stabil untuk lereng 2. Arahan pengelolaan berupa perubahan geometri dengan pemodelan pembuatan teras jenjang lebar teras sebesar 6 meter dan tinggi teras yaitu 3 meter. Nilai faktor keamanan lereng setelah teras adalah 2,308, 4,079, dan 1,751 yang berarti stabil. Metode perbaikan untuk penguat teras bangku, mengontrol drainase dilakukan dengan pembuatan parit untuk mengurangi aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi dan penanaman vegetasi berupa akar wangi (vetiveria zizaniodes) Kata Kunci : Longsor, Kestabilan Lereng, Nilai Faktor Keamanan, Metode Fellenius

KAJIAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA

All disasters experienced by Indonesia in the last years has developed an awareness of the fragility and vulnerability. At this time, the disaster management is currently insufficient anymore. The disaster management gain a new dimension with UU 24/ 2007 and followed some related regulations. Mitigation program implemented by BPBD Banjarnegara includes Structural and Non Structural Mitigation has been completed well. For example, disaster database, installation of Early Warning System (EWS), information and socialization, training and disaster simulation. In the future, mitigation will be focused on public education. The government should implement the hazard maps, environmental improvement, evacuation route, installation of low-cost EWS at all location, and relocation. in additon, whole villages must become village disaster response (desa tanggap bencana).

BENCANA ALAM TEBING LONGSOR DI KELURAHAN GAJAHMUNGKUR

Abstrak Lingkungan hidup yang meliputi air, lautan, udara dan tanah merupakan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi maupun makhluk hayati, semuanya adalah ciptaan Tuhan maka bumi dengan segala isinya dan udara di atasnya serta laut, perlu dijaga kelestariannya oleh umat manusia di seluruh dunia ini, telah menjadi isu global yang menjadi perdebatan bangsa-bangsa di dunia. Bencana alam sebagai peristiwa alam yang dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Grakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak sosial dan ekonomi. Kata Kunci : Bencana Alam, Tanah longsor, Kerentanan PENDAHULUAN Latar Belakang Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam memang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi manusia, contohnya akhir-akhir ini banyak sekali bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat fenomena tersebut seharusnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat hidup selaras dengan alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam yang dapat terjadi di setiap saat dimana saja dan kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan kerugian imaterial bagi kehidupan masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak sosial dan ekonomi. Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam. Banyak di kota-kota lain yang menjadi langganan tanah longsor pada saat musim hujan datang. Tidak hanya tanah longsor, erosi juga banyak terjadi di daerah pegunungan yang rata-rata hutanya gundul. Hal tersebut disebabkan oleh penebangan liar yang tidak diimbangi dengan reboisasi. Kejadian tersebut sudah tentu meresahkan masyarakat. Seiring dengan pesatnya pembangunan, lingkungan hidup telah menjadi isu global karena melibatkan berbagai aspek kehidupan manusia serta masa depannya,

Kajian Longsor Kabupaten Kuningan

Gerakan tanah adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR DI KABUPATEN KULONPROGO

Abstrak Kawasan Perbukitan Menoreh merupakan kawasan yang memiliki intensitas kejadian longsor cukup tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Peraturan Daerah Kulonprogo nomor 1 Tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat tujuh kecamatan yang masuk kedalam daerah rawan longsor, Samigaluh.Tingginya kejadian longsor dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar, terlebih dengan dibangunnya infrastruktur yang terletak di kawasan dengan kerawanan longsor tinggi. Untuk dapat meminimalisir kerusakan dan kerugian longsor, perlu adanya kajian penggunaan lahan di setiap kelas kerawanan longsor. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui tingkat kerawanan longsor di masing-masing daerah, 2) mengevaluasi penggunaan lahan dan infrastruktur eksisting di setiap kelas kerawanan longsor. Metode yang digunakan adalah teknik tumpang-susun (overlay) dengan multi-geodatasets berbasis GIS (Geography Information System). Empat parameter diolah dengan perhitungan bobot-tertimbang (weigting and scoring), digunakan untuk menyusun LSI (Landslide Susceptibility Index) yang kemudian akan menentukan tingkat kerawanan longsor. Parameter yang digunakan yaitu kemiringan lereng, material batuan, tekstur tanah dan penutup lahan, yang kemudian divalidasi dengan data 83 titik kejadian longsor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kecamatan dengan proporsi tingkat kerawanan longsor kelas sangat tinggi paling besar, yaitu Kecamatan Samigaluh (31,75%), Kecamatan Girimulyo (24,92%) dan Kecamatan Kokap (10,37%). Sementara itu sebaran kejadian longsor pada penggunaan lahan secara berurutan, ada pada kebun (39 kejadian), tegalan (25 kejadian), permukiman (10 kejadian), sawah tadah hujan (4 kejadian) dan belukar/semak (2 kejadian). PENDAHULUAN Latar Belakang Definisi tanah longsor oleh banyak ahli telah mengalami banyak perkembangan dari tahun ke tahun seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Mengutip dari Hadmoko (2008), menurut Cruden (1991), tanah longsor merupakan pergerakan suatu massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun lereng (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng. Mengutip dari Hadmoko

ANALISIS KERAWANAN LONGSOR BERBASIS SIG DI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

2020

Longsor merupakan gerakan masa tanah, batuan yang sering terjadi pada lereng alami maupun lereng non alami. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu Kabupaten yang rentan terhadap bencana tanah longsor, karena memiliki topografi berbukit dan berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu.Penelitian ini bertujuan (1)untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerawanan longsor di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali,(2)untuk mengetahui upaya dalam mitigasi bencana longsor guna meminimalisir kerugian.Penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan adalah dengan metode Overlay dengan permodelan skoring dan pembobotan sedangkan Data-data yang digunakan adalah peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta curah hujan, dan peta RBI digital yang kemudian diolah menggunakan ArcGIS.Hasil Penelitian menunjukkan (1)Tingkat kerawanan longsor sangat tinggi didominasi di daerah lereng gunung merbabu tepatnya di di Desa Samiran dan Desa Lencoh.(2)Faktor yang mempengaruhi tingkat kerawanan longsor yakni kemiringan lereng,curah hujan,penggunaan lahan.(3)Guna mengurangi tingkat kerawanan longsor, maka diperlukan penerapan terasering pada daerah yang memiliki kemiringan lereng yang tinggi.

ANALISIS BENCANA TANAH LONGSOR SERTA MITIGASINYA

Analisis kejadian tanah longsor ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bencana yang terjadi di Wonosobo. Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah pegunungan, khususnya desa Tieng yang ada di Wonosobo. Masyarakat di daerah tersebut diantisipasi untuk selalu waspada terhadap bencana tanah longsor yang selalu mengancam di saat datangnya musim hujan. Cara penanganan yang tepat saat dan setelah terjadinya bencana tanah longsor merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh warga masyarakat sekitar daerah kejadian tersebut. Teknik survei dipakai dalam menganalisis bencana tanah longsor yang ada di daerah Wonosobo ini. Banyak korban jiwa yang meninggal, luka-luka dan hilang akibat bencana tanah longsor ini. Mitigasi bencana tanah longsor yang dilakukan pemerintah dan warga masyarakat sekitar bencana yang juga dibantu oleh para pecinta alam adalah dengan melakukan reboisasi dengan tanaman yang bisa menyerap banyak air dan menahan tanah supaya tidak longsor lagi. Kegiatan reboisasi ini disampaikan oleh pemerintah ke warga masyarakat sekitar kejadian tanah longsor melalui kegiatan penyuluhan tanggap bencana.

Kerawanan Longsor Lereng Jalan Studi Kasus Ruas Jalan Sukasada – Candi Kuning

Jurnal Spektran, 1970

Slope stability analysis along roads Denpasar – Singaraja have been calculated using Felenius Method and Software Plaxis 8.2. This calculation was conducted using material model Mohr - Columb, soil cohesion (c) and tan f soil parameters. Calculations safety factor using phi – c reduction value, condition until structural failure occurs. The results of computation Felenius Method give stability value Fs < 1.5 which mean landslide would be accurred in this slope. Calculation using Plaxis 8.2 produce Fs > 1,5. This study has been on optimization of soil parameters, so that plaxis gives better result. This study may conclude that plaxis should be used with caution and with proper soil parameters