MODEL INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (original) (raw)

2018, Jurnal Ketahanan Pangan

Waste problems are endless in people's lives. Increasing community consumptiveness towards household needs is an obstacle in handling household waste. Household waste can reach 500 ounces in one day. While the landfill (TPA) is increasingly ineffective in accommodating waste from various regions. Waste management in RW 01, Cemorokandang Urban Village, Malang City has not been handled properly and each of them does garbage disposal by transporting garbage cars with self-sufficiency in the community by paying contributions every month. A framework for organizational and management conception models is needed to provide an understanding of the community of housewives in handling the problem of waste into organic fertilizer through the separation of organic and non-organic waste. Organic waste has high economic value into organic liquid fertilizer if it is managed and handled applicatively. This, can increase public awareness in maintaining the environment and increase economic independence for the community groups RT 03 and RT 04 RW 01 Cemorokandang Village, and the people of Malang City in general. So that it can be used as a reference for the government to provide understanding and handling of waste nationally to improve the lives of social communities in safeguarding and preserving the environment and economic prosperity. 1. PENDAHULUAN Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan manusia. Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia menganggap sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya mengganggu estetika lingkungan. (Mohamad Satori, Reni Amarani, Dewi Shofi, 2010:151) Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadi penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Sampah rumah tangga tidak dapat dianggap kecil dalam kapasitas penyumbang sampah bagi lingkungan. Pertumbuhan manusia yang setiap tahun meningkat, tidak luput dari penyumbang sampah terbesar di berbagai daerah. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter masyarakat yang menjadi problem penting dalam memahami dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi suatu daerah. Bertambahnya sampah sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan meningkatnya pertumbuhan manusia tanpa diimbangi dengan pola penanganan dan pengelolaan sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai. (F.L. Sudiran, 2005:17). Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya. (I Wayan Suwarna, 2008:1).