IMPLIKASI NILAI-NILAI AGAMA DAN KETAHANAN NASIONAL (original) (raw)

Hilman Djafar, Rukmina Gonibala

Abstrak Tulisan ini menguraikan tentang persoalan Indonesia yang multi agama, akan tetapi dari perbedaan tersebut dapat mempererat kesatuan serta keutuhan bangsa. Olehnya itu penanaman sikap toleransi perlu ditekankan pada setiap individu, melalui komunitas sebagai perantara bertoleransi. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus hubungan antara umat Kristen dan Islam khususnya pada masyarakat di Kelurahan Bailang Kecamatan Bunaken Manado. Realisasi komitmen nilai-nilai agama yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan nasional, khususnya dalam bidang sosial dan budaya dikelurahan Bailang. Kata Kunci: Toleransi, agama, dan ketahanan Nasional. Pendahuluan Agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut masyarakat yang mempercayai adanya Tuhan yang sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Nilai-nilai agama didalamnya mengandung norma-norma yang mengatur kehidupan manusia yang menganutnya, sebagai dasar pedoman dalam hidupnya. Nilai-nilai agama yang dimaksud menjadi acuan manusia dalam bertindak sehingga mendorong manusia untuk berbuat adil, jujur, berlaku kebajukan, dan amanah. Kondisi Manado tidaklah jauh berbeda dengan Bali, Papua dan Papua Barat, dimana perjumpaan antara multietnik dan multiagama berada dalam satu kawasan sehingga memungkinkan terjadinya dinamika (Wekke, 2017). Masyarakat di Kelurahan Bailang pada umumnya adalah penduduk asli dan berasal dari suku bantik. Agama yang dianut oleh suku bantik yakni Kristen (mayoritas) sedangkan Islam (minoritas) sebagian besarnya adalah pendatang. Pada umunya mata pencaharian umat Kristiani berprofesi sebagai petani, pedagang, karyawan swasta, TNI, POLRI, Guru dan sedikit sebagai pegawai negeri. Keterlibatan mereka dibidang ekonomi dapat dinilai cukup memadai. Hal ini tampaknya sebagai manifestasi dari falsafah ajaran agamanya yang menekankan pada semangat untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tesis Weber tentang etika protestan yang