DISKURSUS TAFSIR AL-QUR'AN MODERN (original) (raw)
1997, JJG Jansen, terj.Hairus Salim dan Syarif Hidayatullah
MESIR tampaknya memang ditakdirkan menjadi kawah candradimuka pemikiran Islam, terutama setelah pamor Baghd'!lhnenyuram. Sejak itu, Mesir selalu menjadi kiblat perkembangan pemikiran Islam dunia, terutama saat tampil orang-orang seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Rida. Perkembangan seperti itu terus berlangsung sampai saat ini. Di antara diskursus yang meramaikan peta pemikiran Mesir adalah tafsir Al-Qur'an. Berbagai jenis tafsir Al-Qur' an lahir dari tanah intelektual Mesir yang subur. Tapf, pada prinsipnya kesemua tafsir itu bisa dikelompokkan ke da lam tiga sudut pandang: filologi, sejarah alam dan masalah sehari-hari umat Islam. Secara akademis, diperlukan sebuah karya utuh yang mereview peta perkembangan tafsir dan memang sudah banyak.ahli yang berusaha memenuhi tugas ilmiah ini. Antara lain Baljon, misalnya. Hanya saja, Baljon menulis karya reviewnya ketika Tafsir Al-Qur'an Bint Shatr belum terbit, sehingga tak mengherankan kalau kemudian karya tersebut belum masuk dalam sorotan Baljon. Padahal, Rarya Bint Shati' ini penting, karena bisa mencerminkan satu perspektif yang berbeda, yakniperspektif perempuan. Karya J.J.G. Jansen ini beda. Dalam karyanya, Jansen berusaha memotret perkembangan tafsir modern Mesir secara keseluruhan, termasuk Tafsir Bint Shati'. Karena itu karya ini penting sebagai karya pengantar untuk memasuki belantara karya tafsir modem. Dalam konteks itulah, kami menghadirkan karya Jansen ini ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini tidak saja penting bagi mahasiswa Strata 1, Strata 2 dan Strata 3 lAIN, tapi juga bagi orang lain yang berminat dengan studi tafsir.