Proses Pembentukan Karakter (original) (raw)

Secara alami, sejak anak dilahirkan hingga berusia 3-5 tahun, kemampuan nalar seorang anak belum bisa berfungsi sehingga segala informasi yang mereka dapatkan serta stimulus yang masuk ke dalam otak mereka akan diterima secara terbuka tanpa adanya penyeleksian yang kaitannya dengan baik buruknya informasi yang mereka dapatkan. Kemudian jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar sampai mengakibatkan perceraian, itu dapat berdampak negatif terhadap pemikiran anak bahwa sebuah perceraian merupakan penderitaan dalam hidup. Namun sebaliknya, jika orang tua selalu menunjukkan keharmonisan, kasih sayangnya kepada anak-anaknya, selalu menjalin komunikasi yang akrab antar sesama anggota keluarga maka anak dapat berfikir positif bahwa pernikahan itu indah. Dan itu semua berdampak pada perubahan anak tersebut ketika beranjak dewasa. Selanjutnya semua pengalaman hidup anak yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah, sosial, media internet, buku, majalah, dan sumber informasi lainya dapat menambah pengetahuan yang dapat mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menganalisis dan menalar segala pengalaman yang sudah didapatkan.[5] Semakin banyak informasi yang diterima maka semakin matang pula sifat kepercayaan diri anak tersebut. Selain itu pola pikirnya juga sudah mulai terbentuk dan tersusun dengan rapi, sehingga tindakan yang dilakukan semakin jelas, dan kebiasaan serta karakter unik dari masing-masing individu itu semakin tampak nyata. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa pembentukan karakter itu sangat penting bagi pertumbuhan setiap anak, dan itu mulai ditanamkan sejak usia dini oleh orang tua maupun kerabat dekatnya yang mana hal tersbut nantinya akan dijadikan sebagai bekal kehidupan seorang anak dimasa depan sebagai proses menuju kedewasaan. Adapun penggambaran terkait pembentukan karakter dapat diuraikan sebagai berikut: a. Suatu proses yang dilakukan secara continue dan berkesinambungan dengan harapan dapat membentuk tabiat, karakter, dan sifat kejiwaan berdasarkan pada semangat pengabdian dan kebersamaan. b. Membentuk karakter untuk menyempurnakan karakter yang diharapkan. c. Membina karakter sehingga dapat menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[6]