PENGAMATAN JARINGAN EPITEL (original) (raw)

ARSITEKTUR JEPANG

Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau mulai dari Hokkaido di utara hingga Okinawa di Selatan. Ada empat pulau besar yang memiliki populasi cukup tinggi yaitu Honshu, Hokkaido, Kyushu, dan Shikoku Jepang beriklim sejuk, cuaca dingin berasal dari utara dan panas berasal dari Selatan. Hampir seluruh wilayah memiliki empat musim; dingin, gugur, semi dan panas, terutama di wilayah utara. Area pegunungan meliputi hampir 75% dari seluruh luas wilayahnya dan termasuk negara yang memiliki gunung berapi yang banyak di dunia sehingga gempa sering terjadi dan terdapat banyak titik sumber air panas (hotspring). Perkembangan budaya, ekonomi, dan politik mengalami proses yang panjang sejak dari masa prasejarah hingga sekarang ini. Berbagai tipe dan fungsi bangunan yang berkembang mulai masa prasejarah, medieval (Nara) hingga periode Edo dalam arsitektur Jepang, antara lain rumah primitif, bangunan religius: Kuil (Shinto dan Buddha), istana dan puri, rumah toko (machiya), rumah tinggal prajurit (rumah para samurai), vila atau paviliun bangsawan, gedung teater kabuki, rumah tinggal petani (minka), sekolah dan rumah tempat minum teh. Kesemuanya memiliki karakteristik desain tersendiri. Pertumbuhan kota-kota baru di Jepang dimulai sejak masa Nara. Masuknya Budha pada abad ke-6 telah membuka hubungan perdagangan internasional yang erat dengan Asia khususnya Cina yang dikuasai oleh Dinasti Tang pada masa itu dan Kerajaan yang menguasai jalan sutra. Hubungan dagang tersebut telah membawa pengaruh pada ekonomi, sosial politik dan hukum. Sehingga tidak heran bahwa perencanaan kota Heian (Kyoto) merupakan replika yang lebih kecil dari desain kota Cangan, ibukota Dinasti Tang. Konsep itu pula sebelumnya telah diadopsi dalam perencanaan kota Naniwa pada tahun 645 (sekarang Osaka), kota Fujiwara pada tahun 694 (sekarang sebelah selatan kota Nara), kota Heijo pada tahun 710 (Nara), kota Kuni pada tahun 740, kota Nagaoka, dan kota Otsu. Ciri-ciri dan karakteristik rumah Austronesia tampak pada rumah Jepang pada masa prasejarah. Pengaruh budaya, iklim dan alam sangat menentukan konsep arsitektur rumah awal Jepang. Bentuk rumah tenda berdiri diatas tanah yang dilubangi (pit dwelling) merupakan perkembangan dari rumah gua.Kemudian, sejalan dengan perkembangan peradaban, telah mengakibatkan terjadinya evolusi pada bentuk dan konsep rumah. Pit dwelling berevolusi menjadi pit dwelling dengan dinding, kemudian menjadi rumah panggung (raised floor dwelling) dengan struktur kayu dan atap alang-alang. Semua perangkat dan peralatan yang digunakan mengalami perubahan dan kemajuan. Pada saat itu rumah bukan lagi semata sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan akan tetapi sudah menjadi penanda status sosial di dalam masyarakat. Pada masa Jomon, pit dwelling dengan dinding banyak didirikan, Kemudian pada masa Yayoi dan Kofun, rumah panggung (takayuka) yang pada sebelumnya hanya dibangun sebagai tipikal lumbung menjadi favorit. Perkembangan sejarah arsitektur Jepang secara singkat diperkirakan dimulai sejak awal periode Yomon (ca. 8000~300 BC.). Kemudian dilanjutkan dengan beberapa periode, yaitu Yayoi (ca. 300 BC. ~ AD. 300) dan periode berikutnya adalah periode Tomb atau Kofun (ca. 300~552). Perjalanan dari periode-periode tersebut memberikan banyak peninggalan tradisi berbudaya dalam bangunan tempat tingal, temuan dari hasil rekonstruksi arsitektur dan arkeologi yang masih mempunyai bentuk keasliannya, yang sampai saat ini masih dapat dilacak keberadaannya. Arsitektur dari bangunan tempat

PENGAMATAN PADA JARINGAN PENGANGKUT

2019

Jaringan pengangkut merupakan jaringan khusus pada tumbuhan yang memiliki fungsi untuk mengangkut zat zat mineral dan zat zat makanan (hasil fotosintesis)