Menulis Artikel Opini (Opinion Article) di Media (original) (raw)

2019, Pengabdian Masyarakat Prodi Jurnalisme PNJ

Sebagian siswa atau mahasiswa mengeluh, betapa sulitnya membuat artikel. Malah muncul anggapan, membaca artikel saja sudah susah, apalagi membuatnya. Bertambah sulit karena belum mengetahui apa itu artikel dan bagaimana menyusunnya. Benar, bahwa umumnya artikel terkait dengan gagasan, terkait dengan opini yang berisi gagasan penulisnya. Jika gagasan itu sering hanya dilontarkan secara verbal, diucapkan saja tanpa tercatat, maka artikel opini mengharuskannya untuk dicatat. Karena itu sebenarnya tidaklah sulit memahami apa itu artikel opini dan juga menyusunnya jika diperhatikan secara seksama. Pertama sekali, perlu kita bertanya pada diri sendiri, seberapa sering kita membaca artikel? Seberapa sering kita mengamati bagian-bagian di dalamnya? Apakah kita mengamati benar cara penulisan judulnya, lalu setelah bagian judul, bagian mana lagi yang biasa kita baca? Apakah kita pernah memperhatikan paragraf demi paragrafnya? Lebih lanjut, ide atau gagasan apa yang menjadi pijakan (standpoint) penulisnya? Jika Anda telah mampu menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut, maka sebenarnya Anda tidak asing lagi dengan tulisan artikel opini. Entah sejak kapan artikel opini mulai muncul di media. Di awal kemunculannya, media cetak berisi berita dan iklan (advertorial) saja. Media cetak yang lahir pertama kali, beredar dan diperjualbelikan di kalangan kelas menengah, orang-orang kaya di Eropa yang ingin mengiklankan barang ataupun jasa yang hendak dijualnya. Begitu pun, untuk menghindari gossip atau rumor yang membingungkan bagi mereka, maka seiring dengan itu berita ditulis di media cetak tersebut. Berita pun diperjualkan, diperdagangkan kepada para pembacanya. Berita kemudian masuk ke wilayah industri. Dalam perkembangannya, redaksi media cetak itu pun memiliki agenda atau maksud tertentu yang dapat memengaruhi pandangan pembacanya. Lalu, mulailah media cetak menayangkan artikel opini.