MERANGKAI INDONESIA LEWAT LAUT (original) (raw)

2015, Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2), Desember 2015

Bagi orang Binongko, laut merupakan tempat mencari nafkah, sedangkan darat merupakan tempat tinggal. Oleh sebab itu, mata pencaharian mereka adalah berlayar dan berdagang. Kegiatan pelayaran dan perdagangan membuat mereka mengenal dan berkomunikasi dengan berbagai etnis, bahasa, dan agama. Beragam kebutuhan penduduk di daerah yang berbeda menjadi saluran terjadinya perdagangan maritim. Selain itu, mereka juga harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kebudayaan yang berbeda. Artikel ini mendeskripsikan rona kehidupan pelaut Binongko dalam mengarungi samudra dan kehidupan masyarakat Indonesia. Dari mereka dapat diperoleh pengetahuan mengenai keragaman wilayah, budaya, dan agama. Toleransi dan multikulturalisme bukan sebatas konsep, tetapi suatu bagian nyata dari kehidupan mereka. Karena itu, pengalaman mereka dapat menjadi pelajaran bagi kita menjadi negara maritim dan masyarakat majemuk. For Binongko people, sea is a place to earn a living, while land is for dwelling. Therefore, their main jobs are sailing and trading. Shipping and trading activities made them recognize and communicate with a variety of ethnic, language, and religion. The different needs among communities became the channels for maritime trade. Besides, they also had to be able to adjust themselves to different cultural environment. This paper presents the memory of Binongko sailors sailing across the oceans and experiencing the life of Indonesian society. From them we can get knowledge about diversity of regions, cultures, and religions. Tolerance and multiculturalism are not just concepts, but are a real part of their lives. Therefore, their experience can be a lesson for us to be a maritime nation and a plural society.