IMAH PANGGUNG SEBAGAI IDE-GAGASAN WISATA RUMAH MITIGASI BENCANA DI KAMPUNG CIEUNTEUNG KAB. BANDUNG (original) (raw)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia sejak era Presiden Susilo Yodhoyono sampai Presiden Joko Widodo gencar merealisasikan program desa wisata di seluruh Nusantara. Program ini banyak melahirkan desa-desa wisata dengan mengangkat lokalitas masing-masing daerahnya. Diantara banyak jenis wisata yang ditawarkan, peneliti menawarkan ide-gagasan berbeda berupa wisata mitigasi bencana yang belum sepenuhnya diketahui dan populer dikalangan masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang imah panggung sebagai ide-gagasan wisata rumah mitigasi bencana di Kampung Cieunteung Kab. Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk membuat rumah ramah banjir sebagai wisata berbasis mitigasi bencana banjir di Kampung Cieunteung. Metode penelitian menggunakan deskriptif-kualitatif dengan studi kasus. Penelitian ini menghasilkan dua hal penting: (1) Konsep imah panggung dengan tinggi kolong 150-175 cm mampu memberikan kenyamanan saat banjir; (2) Tipologi atap yang khas, proses perakitan yang relatif mudah, dan terkesan ringan menjadikan biaya rumah mampu dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Sebagai kesimpulan, bahwa imah panggung sebagai model wisata bangunan mitigasi bencana banjir sangat cocok diterapkan di Kampung Cieunteung, karena sangat unik. PENDAHULUAN Jawa Barat atau yang sering disebut Tatar Sunda adalah satu dari sekian banyak wilayah di Nusantara yang sering dilanda banjir. Nurulliah (2020) dalam harian umum Pikiran Rakyat (10/02/2020) mencatat bahwa di awal tahun 2020 provinsi dengan penduduk terbesar kedua setelah Jakarta itu menduduki urutan kedua bencana terbanyak di Indonesia. Kurniawan et al. (2013) dalam BNPB menyebutkan seluruh wilayah di Jawa Barat berada pada kategori risiko tinggi dengan skor 102 sampai dengan 250, dan Cianjur berada pada urutan pertama nasional (skor 250). Selain itu, selama tahun 2020 Jawa Barat dominasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan angin kencang yang terjadi di beberapa daerah seperti: Bandung, Sukabumi, Bogor, dan Cianjur. Kondisi geografis Jawa Barat yang banyak dilintasi sungai-sungai besar, seperti Citarum, Cisangkuy, Cisanggarung, dan Cisadane sangat berpotensi terjadinya banjir akibat volume air yang berlebihan atau karena perilaku buruk masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Musim penghujan sekitar bulan September