Dialektika Pendidikan dan Agama di Era Kontemporer (original) (raw)

Karakteristik Kajian Islam Kontemporer: Dialektika Barat dan Timur

Jurnal Khulasah: STAIS Pangeran Dharma Kusuma Indramayu, 2016

Tulisan ini ingin mengkaji perkembangan studi Islam dari masa ke masa. Isu penggunaan pendekatan normatif maupun historis dalam kajian Islam telah ramai diperbincangkan oleh para ahli, baik dari Barat maupun Timur. Namun dalam perkembangannya, studi Islam membentuk 'kubu' tersendiri dengan identitas masing-masing dalam upaya memahami ajaran Islam, baik sebagai 'pengamat' maupun sebagai 'aktor' yang memiliki unsur keberpihakan. Islam pun dipahami dengan multimakna, sebagai ajaran keagamaan dan sebagai bidang keilmuan. Hal itu hingga kini masih diperdebatkan oleh beberapa kalangan, terutama menyangkut isu seputar mengkaji Islam di Barat. Dengan menggunakan pendekatan historis, tulisan ini akan membuktikan fleksibilitas kajian Islam, di mana masing-masing 'kubu' akan memiliki metode dan corak tersendiri dalam memahami ajaran Islam, baik perkembangannya di Timur dan Barat. Kajian tentang ke-Islaman akan selalu aktual untuk diperbincangkan karena sangat menarik perhatian. Hal ini tentunya tidak hanya dikalangan muslim sendiri (insider), tetapi juga kalangan nonmuslim (outsider) yang mempelajari agama Islam dari berbagai sudut pandang. Tidak mudah untuk mendefinisikan agama sebagai manusia yang masih mempelajari agama. Pandangan seseorang mengenai agama ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu sendiri. Perlu upaya yang terus kontinu untuk mempelajari dan menggalinya agar keyakinan terhadap agama semakin kuat. Dan hal ini perlu didorong oleh pengetahuan dan pemahaman yang tinggi.

Relasi Dialektis Agama dan Media

Abstrak Agama merupakan suatu kepercayaan tertentu yang yang dianut suatu masyarakat sebagai tuntunan hidup dan jalan kebenaran. Sebagai sebuah konsekuensi agama sebagai pedoman bagi manusia, kebenaran nilai nilai ajaran agama juga perlu disebarkan kepada manusia dan masyarakat. Pada konteks ini, komunikasi media memegang peranan penting sebagai transmisi ajaran kebenaran. Akan tetapi, media sebagai transmisi realitas dan esensi keagamaan kepada masyarakat secara objektif dan empiris seringkali muncul dalam bentuk kecenderungan ideologis. Paling tidak, perbedaan ideologis sebuah media dipengaruhi oleh paradigma sebagai panduan berpikir, bertindak, dan bersikap suatu individu yang terlibat dalam suatu media massa. Keterikatan agama, masyarakat, dan media menjadi suatu gejala yang probability, bisa benar dan tidak. Relasi antara agama dan media sebagai entitas yang tak terpisahkan dalam studi keagamaan merupakan kajian yang penting untuk dilakukan, dengan cara melakukan analisa secara kritis atas unsur unsur di dalamnya, berupa realitas objektif dan realitas subjektif.

Islam Dan Ilmu Pengetahuan: Menghadirkan Teologi Dialektis Menghadapi Masa Depan Agama Dan Manusia

JURNAL AL-AQIDAH

This article looks at how the early development of Islamic theology loaded with political nuances is such that dialectically gave rise to many theological schools. On the other hand the development of the idea that value-free science has brought about the bankruptcy of science itself. So much so that in the next development science demands moral values in its development. This is what experts suspect that the 21st century is the century of religion. Where it is expected at that time the active role of religion can determine the next human development. The approach used is historical philosophical, which describes how the development of Islamic theological thought then analyzes and elaborates it with the objective conditions of recent science in search of solutions. In conclusion, the dialogical relationship between the various branches of science is a hard urgent demand. Cataloging theology with social sciences such as anthropology, with a phenomenological approach. It is expected t...

Relasi Dialektis Agama, Masyarakat, Dan Media

2020

Religion as an important element in human life gives shape and direction to human thought patterns, feelings and actions. Religion balances the orientation of values, forms of hope and the ideal ego of humans. Religious and social life experiences rapid development along with revolutionary changes in the media. At the stage of modernization, the development of media is already an industry with a variety of cultures that complement it. The relation between religion and the media as an inseparable entity in religious studies is an important study to do, by critically analyzing the elements in it, in the form of objective reality and subjective reality. However, dialectical media or the popular term us a double-edge knife. So, in this paper will discuss how dialectical relations betweem religion, society and the media. Keywords: Religion, Society, Media Abstrak Agama sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia memberikan bentuk dan arah pada pola pikir, perasaan dan tindakan manusia....

Sekularisme dan Deprivatisasi Agama di Era Kontemporer

Aqlania

Tulisan ini hendak mengeksplorasi pemikiran Jose Casanova tentang sekulerisme dan deprivatisasi Agama. Casanova menegaskan bahwa sekularisasi pada masyarakat modern tidak menyebabkan agama mengalami kemunduran (secularization as religious decline) atau mengalami privatisasi (secularization as privation). selain itu, menurut Casanova agama mesti dipisahkan dari kehidupan ruang publik sebagai negara. Sekularisasi sebagai diferensiasi menegaskan pembedaan suatu ruang sosial yang menyebabkan agama tidak lagi mendefenisikan “semua realitas” yang mencakup di dalamnya ranah sekular. kemunduran agama lebih merupakan opsi sejarah, dari pada suatu kepastian. Agama akan mengalami kemunduran apabila ia menolak proses diferensiasi modernitas. Kemudian, Apa yang membedakan Protestan di Amerika dan Eropa Barat, menurut Casanova, adalah bahwa di Amerika “tidak pernah ada negara absolut dan kekuasaan gerejawi yang bergabung (caesaropapist state church).

Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern di Tengah Pandemi Covid-19

MAARIF, 2020

Hubungan agama dan ilmu menurut Ian G. Barbour dapat diklasifikasi menjadi empat corak, yaitu, Konflik, Independen, Dialog dan Integrasi. Apa implikasi dan konsekwensi dari paradigma Dialog dan Integrasi jika diterapkan dalam keilmuan agama, khususnya agama Islam, melalui perspektif pemikir Muslim kontemporer. Hal ini penting karena praktik pendidikan dan dakwah agama pada umumnya masih menggunakan paradigma Konflik dan Independensi. Baik yang menggunakan paradigma Konflik dan atau Independen maupun paradigma Dialog dan Integrasi akan besar berpengaruh pada pembentukan budaya berpikir sosial-keagamaan baik di ruang privat maupun publik. Argumen yang hendak diajukan adalah bahwasanya hubungan antara agama, dalam hal ini ‘Ulumu al-din (ilmu-ilmu agama Islam) dan ilmu, baik ilmu kealaman, sosial maupun budaya meniscayakan corak hubungan yang bersifat dialogis, integratif-interkonektif. Hubungan antara disiplin ilmu keagamaan dan disiplin ilmu alam, sosial dan budaya di era modern dan p...

Dialektika Reformasi Sistem Pendidikan di Era Turki Modern

JURNAL TA’DIEB, 2009

This article deals with the reformation of the education system in the modern Ottoman era which started from the Mahmud II period until the democratic party period. Dialogue about an education reformation in a modern Ottoman-era always takes place in the policy of hegemony. In the Tanzimat period, the education reformation is based on western liberalism with modernization issues in science and technology. In the Young Ottoman period, Islam is regarded as part of Ottoman nationality. Therefore, Islamic and Arabic must be into the national curriculum. The highest reformation of the education system is in the Attaturk period that is radically directed to the European education system, both in institution and curriculum. Then, in the democratic party period through a democratic education system that permits Islam and Arabic are taught at school dan university.

Islam Nusantara dan Dialektika antar Masyarakat

Artikel di Arrahim.ID, 2020

menunjukan makna romantisme Islam masa lalu, dan menjadi satu bentuk diskursus yang dibangun oleh golongan Islam Kultural. Menurut Ma'ruf Amin, diskursus Islam Nusantara setidaknya wajib memiliki tiga pilar utama, yaitu gerakan, pemikiran, dan amaliah. Tentunya, ketiga pilar ini mengarah pada kemaslahatan. (Amin, 2018, hal. 2)

Agama dan Modernitas

TRANSFORMASI, 2009

Nurcholish Madjid - dengan tidak membesar-besarkan - telah berhasil dalam membangun spiritualitas baru (spiritualitas transformatif) di tengah-tengah kaum Muslim muda di Indonesia. Nurcholish Madjid dengan pemahaman baru atas agama Islam mampu merelevankan ajaran Islam dalam konteks Indonesia bahkan lebih dari itu dia mampu menjadikan Islam sebagai daya dorong bagi perubahan sosial sebagaimana etika Protestan yang mampu membangkitkan semangat kapitalisme di Eropa.