Analisa Makronutrient, Organoleptik Dan Mutu Fisik Pada Beras Tiruan Instan Melalui Pemanfaatan Tepung Komposit (Gadung, Beras Dan Kedelai) (original) (raw)

Karakteristik Fisik Beras Analog Instan Berbasis Tepung Jagung dengan Penambahan k-Karagenan dan Konjak

agriTECH

Beras analog instan merupakan salah satu bentuk pengembangan produk dari beras analog yang siap dikonsumsi tanpa perlu dimasak terlebih dahulu, melainkan hanya perlu direndam dalam air mendidih selama 3-5 menit. Tantangan utama dalam pengembangan beras analog instan adalah untuk menurunkan waktu rehidrasi dengan tetap menjaga keutuhan dan tekstur dari nasi yang dihasilkan. Hidrokoloid berupa κ-karagenan dan konjak dengan variasi konsentrasi 0,5-10,0%, baik secara tunggal maupun kombinasi ditambahkan ke dalam formula beras analog berbasis tepung jagung. Kemudian, pengaruh penambahan hidrokoloid tersebut terhadap karakteristik fisik dari beras analog instan dievaluasi. Penambahan κ-karagenan dan konjak secara kombinasi pada konsentrasi masing-masing 5% (KK10) menunjukkan hasil terbaik. Beras analog instan tersebut memiliki degree of breakage dan densitas kamba yang rendah, yaitu 2,02% dan 0,39 g/mL, dengan mikrostruktur butiran beras yang lebih berongga dibandingkan kontrol atau kombinasi lainnya. Beras analog instan KK10 dapat direhidrasi dengan perendaman dalam air mendidih selama 3,5 menit. Nasi yang dihasilkan memiliki keutuhan butiran yang tinggi, dengan nilai hardness, springiness, dan chewiness sebesar 548,14 g; 0,86; dan 229,76 g.

Pengaruh Rasio Tepung Beras Dan Tapioka Terhadap Mutu Organoleptik Dan Elastisitas Kulit Lumpia Non Terigu

Teknologi dan Kejuruan, 2015

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui kulit lumpia non terigu terbaik dengan perlakuan rasio tepung beras dan tapioka; (2) membandingkan mutu organoleptik dan elastisitas kulit lumpia non terigu terbaik dengan kulit lumpia terigu; (3) mengetahui perbedaan atribut sensori antara lumpia goreng menggunakan kulit lumpia non terigu terbaik dan kulit lumpia terigu. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kulit lumpia non terigu terbaik dengan rasio tepung beras dan tapioka 70,00:30,00%; (2) mutu organoleptik dan elastisitas kulit lumpia non terigu terbaik dan kulit lumpia terigu berbeda nyata; (3) lumpia goreng menggunakan kulit lumpia non terigu dan kulit lumpia terigu memiliki atribut sensori berbeda nyata.

Karakterisitik Organoleptik Bakso Ikan Gabus Dengan Penambahan Pati Jagung Dan Tepung Tapioka

2021

Snakehead fish is one type of fish that is widely found in Indragiri Hilir which is known as “haruan” fish. This fish has high economic value if it is processed into processed food products, such as meatballs. Processing of snakehead fish into meatballs can be done by adding other ingredients, such as tapioca flour, sago flour, corn starch, and other flours. This study aims to determine the effect of adding corn starch and tapioca flour to the organoleptic characteristics of the resulting snakehead fish meatballs. The results showed that the snakehead balls most favored by the panelists were snakehead fish balls with the addition of 7.5% corn starch and 2.5% tapioca flour by weight of the ingredients.

Kajian Karakteristik Organoleptik Dan Fisikokimiacookies Kombinasi Tepung Terigu Tepung Millet Merahdan Tepung Ubi Jalar Ungu

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula substitusi tepung milet merah dan tepung ubi jalar ungu yang tepat untuk menghasilkan cookies yang dapat diterima (acceptable). Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui karakteristik sifat fisikokimia cookies subtitusi tepung milet merah dan tepung ubi jalar ungu terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor berupa variasi formula yaitu perbandingan campuran dari tepung terigu, tepung millet merah, dan tepung ubi jalar ungu. Perlakuan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi subtitusi penggunaan tepung millet merah dan tepung ubi jalar ungu yaitu F1, F2, F3, dan F4. Cookies terbaik adalah cookies F1 (70% tepung terigu, 20% tepung millet merah dan 10% tepung ubi jalar ungu). Cookies subtitusi terbaik memiliki kandungan karbohidrat, abu dan senyawa fungsional antosianin yang lebih tinggi dibandingkan cookies kontrol (100% tepung terigu). Kata kunci : cookies, tepung millet merah, tepung ubi jalar ungu

Formulasi Ikan Lele Dan Bayam Hijau Terhadap Nilai Gizi, Mutu Organoleptik, Daya Terima Risoles Roti Tawar Sebagai Snack Balita

Journal of Nutrition College, 2021

Latar belakang: Balita merupakan kelompok rentan terhadap masalah gizi kurang atau gizi buruk, seperti stunting. Salah satu penanganan masalah gizi dengan karakteristik masalah gizi kronis yaitu dengan Pemberian Makanan Tambahan tinggi energi dan tinggi protein pada balita yang sesuai kebutuhan gizi berdasarkan AKG 2019 serta memanfaatkan pangan lokal seperti ikan lele dan bayam hijau.Tujuan: Mengetahui karakteristik dan daya terima dari risoles roti tawar ragout ikan lele dan bayam hijau sebagai salah satu alternatif pangan fungsional dalam bentuk PMT Pemulihan balita yang padat gizi.Metode: Penelitian eksperimental dengan desain 2 taraf perlakuan yaitu proposi ikan lele dan bayam hijau masing-masing sebesar 80%:20% dan 75%:25%. Parameter penelitian yang dilakukan terhadap produk yaitu uji organoleptik (hedonik) pada 15 panelis, perlakuan terbaik, menghitung komposisi gizi secara empiris, mutu protein, penentuan takaran saji, dan daya terima pada 12 balita RW 06 kelurahan Merjosari...

Sifat Fisikokimia Dan Sensoris Beras Analog Jagung Dengan Penambahan Tepung Kedelai

Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 2020

Rice analogs are rice-like products processed from various non-rice carbohydrate sources, such as corn flour. A high-protein rice analog can be produced with the addition of soyb ean into the formula of corn-b ased rice analog. This research aimed to evaluate a high-protein rice analogs made with the addition of soybeans (Grob ogan or Detam-1 variety) in terms of their chemical composition, water holding capacity, texture and sensory qualities. The rice analogs were produced from corn flour, soybean flour, sagoo starch, glycerol monostearate (GMS) and water using hot-extrusion methods. The percentage of Grobogan or Detam-1 soybean flour added varied, i.e. 10, 15, 20, and 25%. The addition of soyb ean flour of Grobogan variety increased the protein content of the rice analog. A high-protein rice analog can be ob tained b y adding 20% Grobogan soyb ean flour or 15% Detam-1 soybean flour. The fat and dietary fib er content of rice analog also increased, while the carb ohydrate content decreased. The hardness and cohesiveness of the rice analog decreased as the amount of soybean flour addition increased. However, panelists did not detect any changes up to 25% of soybean flour addition. The water holding capacity of the rice analog also decreased as the amount of soybean flour increased. The panelists detected the changes in water holding capacity starting from 20% soyb ean flour addition.

Karakterisasi Kwetiau Beras dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Tepung Jamur Tiram

Journal of Biogeography, 2018

Kwetiau is an Indonesian noodle which made from rice flour. It has character of less chewy and low nutrients. The addition of tapioca in kwetiau is hope to be able to improve the chewy texture. Furthermore the addition of oyster mushroom powder could increase its nutritional values. This study aimed to reveal the effect of steaming time as well as addition of tapioca, and oyster mushroom powder on physical and chemical characteristics of kwetiau. The concentrations of tapioca and oyster mushroom powder are consecutively 0%, 10%, 20%, 30%, and 0%, 5%, 10%, 15%, with 4, 5, and 6 minutes steaming time. Determination of sensory, texture, cooking loss, testing, color, protein, crude fiber, and dietary fiber testing are conducted in this research. The result showed that there are an influences of steaming time, tapioca and oyster mushroom powder concentration on kwetiau’s physical and chemical characteristic as well as consumer preferences. The selected formulation is the kwetiau with ...

Kajian Karakteristik Beras Analog Berbahan Dasar Tepung dan Pati Ubi Ungu (Ipomea batatas)

2017

Pengembangan diversifikasi sumber pangan selain beras yang berpotensi sebagai makanan pokok memungkinkan ketahanan pangan dapat diwujudkan. Salah satu pangan alternatif yaitu beras analog yang memiliki karakteristik fisik menyerupai beras tetapi unggul dalam kandungan gizinya. Beras analog merupakan tiruan beras yang terbuat dari bahan-bahan seperti umbi-umbian dan serealia. Ubi ungu (Ipomea batatas) adalah salah satu potensi lokal pangan yang layak dikembangkan sebagai bahan baku beras analog. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbandingan komposisi tepung pati ubi ungu terhadap nilai gizi, sifat fisikokimia, sifat hedonik beras analog dibandingkan dengan beras padi dan menentukan komposisi bahan baku terbaik dari beras analog ubi ungu. Berdasarkan nilai rata-rata hasil analisis hedonik secara keseluruhan, diperoleh sampel C (80% tepung, 20% pati) sebagai beras analog dengan nilai terbaik. Pada sampel ini, beras analog memiliki rasa, tekstur, dan kenampakan yang men...

Formulasi Bubur Instan Menggunakan Komposit Tepung Kacang Merah Dan Pati Ganyong Sebagai Makanan Sapihan

Jurnal Gizi dan Pangan, 2014

The purpose of this study was to formulate instant baby porridge as a source of protein weaning food based on red beans flour and canna starch composite. The design of this study was a complete randomized design with one factor which was the ratio of red beans flour and canna starch in composite composition as instant porridge ingredient (2:1, 3:1, and 4:1). Based on organoleptic test, F2 which used red bean flour and starch canna ratio by 3:1 was the best formula. The optimal time to brew the instant porridge was 62 seconds with amount of water used was 3 ml/g. The instant porridge bulk density was 0.61 g/ml and water absorption was 4.67g/g. This instant porridge contained 363 kcal/100 g, 16.57% protein, 1.48% fat, 70.84% total carbohydrate, 197.70 mg calcium, 8.17 mg zinc, and 16.48 mg iron. Protein digestibility of this porridge was 79.83%. As per 27 g serving size of this instant porridge can fulfill 22.25% protein, 55.25% iron, 27.63% zinc so that it can be claimed as food sour...

Pengaruh Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Terfermentasi Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organikternak Babi

Jurnal Nukleus Peternakan, 2017

Tujuan penelitian adalah untukmengetahui pengaruh penggunaan tepung bonggol pisang terfermentasi dalam ransum basal terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik pada babi.Materi yang digunakan adalah 12 ekor anak babi peranakan Landrace fase starter (umur 6 minggu) dengan bobot awal 12-21 kg dan koevisienvariasi 25,69%. Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan.Perlakuan yang diberikan: R0 (tanpa tepung bonggol pisang terfermentasi), R1 (tepung bonggol pisang terfermentasi 7 % dalam ransum basal), R2 (tepung bonggol pisang terfermentasi 14% dalam ransum basal), R3 (tepung bonggol pisang terfermentasi 21% dalam ransum basal). Parameter yang diukur adalah konsumsi dankecernaan bahan kering dan bahanorganik pada babi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuaan tidak berpengaruhnyata (P>0,05) terhadap konsumsi, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Bertolak dari hasil tersebut disimpulkan bahwa tingkat penambahan tepung bonggol pisang terfermentasi 0%-21% dalam ransum basal memberikan respon yang relative sama. _______________________________________________________________________________________ Kata kunci :ternak babi landrace, ransum basal, tepung bonggol pisang terfermentasi