HADIS DAN ILMU HADIS (original) (raw)

ILMU RIJALUL HADIS

2019

Kedudukan ilmu Rijalul Hadis. Ta'rif dan Sejarah Ilmu Rijalul Hadis. Keutamaan Sanad dan Kepentingannya. Fokus pada Sanad Hadis. Definisi Thabaqah

HADIS SHAHIH DAN HADIS HASAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

MAKALAH STUDI HADIS

Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan atau mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad saw. Menurut istilah ulama ahli hadits hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (taqrir), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah. Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad saw yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda. Secara struktur hadits terdiri atas tiga komponen utama yakni sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi) dan Mukharrij (perawi). Menurut para ahli banyak cabang-cabang ilmu hadis diantaranya akan dijelaskan pada makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ilmu hadis, sunnah, khabar, atsar? 2. Bagaimana struktur hadis (sanad, matan, rawi)? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian ilmu hadis, sunnah, khabar, atsar. 2. Mengetahui struktur hadis (sanad, matan, rawi).

HADIS MUTAWATIR DAN AHAD

Hadits yang dapat dijadikan pegangan adalah hadits yang dapat diyakini kebenarannya. Untuk mendapatkan hadits tersebut tidaklah mudah karena hadits yang ada sangatlah banyak dan sumbernya pun berasal dari berbagai kalangan. Dilihat dari sudut bilangan perawi dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu mutawatir dan ahad. Dalam pembagian hadits tersebut, hadits mutawatir ini diriwayatkan oleh sejumlah orang yang banyak, sedangkan hadits Ahad diriwayatkan oleh orang yang banyak, tapi tidak sampai sejumlah hadits mutawatir. Jadi hadits ahad itu bukanlah hadits palsu atau hadits bohong, tapi hadits yang shahih pun bisa termasuk hadits ahad juga, namun perlu penyelidikan (Syamsul Ismail, 1991). Agar lebih jelasnya, makalah ini ditulis untuk mengetahui lebih dalam tentang hal tersebut.