Penguatan Usaha Batik DI Kub Batik Flamboyan Melalui Diversifikasi Produk Batik Berbahan Pewarna Alami Serta Desain Instalasi Pengolahan Limbah (original) (raw)

Pemanfaatan Limbah Kain Batik Untuk Diversifikasi Produk Umkm Kerajinan Blangkon

2021

Eksistensi UMKM semakin mengkhawatirkan ditengah pesatnya pasar global. Salah satu UMKM yang masih produktif adalah UMKM kerajinan blangkon di Potrojayan, Surakarta. Studi ini bertujuan untuk mengembangkan limbah hasil dari kerajinan blangkon untuk dilakukan daur ulang guna menghasilkan produk masker yang bernilai ekonomi dan sangat dibutuhkan di era pandemi saat ini. Penelitian merupakan penelitian eksploratif. Teknik pengumpulan dilakukan melalui observasi dan wawancara. Tahap pertama, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap identifikasi hasil limbah kain dan identifikasi kondisi tempat kerja perajin blangkon di Potrojayan, Surakarta. Responden yang dipilih berdasarkan kriteria yaitu sudah memiliki pengalaman kerja minimal 10 tahun sebagai perajin blangkon. Tahap kedua, peneliti membuat rancangan dan pembuatan produk masker hasil limbah kain batik. Draft atau konsep rancangan masker dibuat dengan ukuran panjang mencapai 17 cm dengan lebar 10 cm. Tali pengikatnya dibuat...

Upaya Strategis Pengelolaan Limbah Industri Batik Dalam Mewujudkan Batik Ramah Lingkungan

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik, 2019

Pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia telah mendorong sektor industri batik. Seiring dengan pengakuan batik di tingkat global, industri batik memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya, industri ini juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu limbah industri batik yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Berbagai upaya strategis perlu dikembangkan untuk mengatasi masalah limbah tersebut. Upaya strategis ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan terpadu, baik pendekatan regulasi dan kebijakan, maupun sosialisasi dan pendampingan terhadap para pemangku kepentingan. Dengan demikian, industri batik tidak hanya berorientasi pada peningkatan sektor ekonomi tetapi juga lebih peduli pada kelestarian lingkungan.

Strategi Bertahan Industri Batik DI Kampoeng Batik Laweyan Saat Pandemi COVID-19 2021

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2021

Pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia. Kampoeng Batik Laweyan sebagai salah satu pusat industri batik Indonesia juga merasakan dampak dari pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara atau solusi yang dilakukan pemilik usaha batik untuk mempertahankan usahanya. Penelitian ini merupakan penelitian interpretatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawancara dan data-data sekunder terkait. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi bertahan yang dilakukan meliputi penurunan harga produk, melakukan inovasi produk, sistem pemesanan (by order), promosi, menjaga etika dalam berbisnis, dan meningkatkan kualitas produk. Melalui hasil penelitian ini dapat membantu para pemilik usaha batik menemukan solusi yang tepat untuk menjaga usaha bisnis tetap bertahan dan eksis di tengah pandemi COVID-19 ini.

Pengembangan Kerajinan Berbasis Limbah Batik Sebagai Sumber Penghasilan Alternatif Bagi Masyarakat Sekitar Sentra Industri Batik Trusmi Cirebon

2020

Kota Cirebon terkenal sebagai kota penghasil kerajinan batik yang mempunyai ciri khas, sayangnya produk turunan dari kain batik belum dikembangkan secara maksimal, sehingga limbah batik ini terbuang percuma. Hal tersebut juga disebabkan oleh karakter tidak bersifat berkelanjutan pengerajin sekitar terhadap limbah batik. Kebiasaan ini membuang peluang menghasilkan variasi kerajinan-kerajinan tangan lainnya yang menarik wisatawan berkunjung. Dalam beberapa bulan ini akibat adanya pandemi COVID-19 cukup mempengaruhi jumlah wisatawan yang datang, sehingga membuat para pengrajin harus berpikir keras untuk bertahan hidup dengan berbagai cara. Keresahan akan hal tersebut membuat seorang pemilik industri kreatif di desa Trusmi Cirebon membuka jalan untuk bekerja sama dengan peneliti secara daring melalui metode observasi dan wawancara, dalam menghasilkan solusi berupa rekomendasi desain untuk memanfaatkan situasi pandemi menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi masyakarat dan pengajin sekita...

Sosialisasi Pengelolaan Limbah Industri Batik pada Program IbPUD Kerajinan Batik Bakaran di Kabupaten Pati Jawa Tengah

E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2018

Batik Bakaran merupakan batik tulis khas Kabupaten Pati yang berasal dari Desa Bakaran, Kecamatan Juwana Jawa Tengah. Proses pembuatan batik tulis tidak terlepas dari apa yang dinamakan limbah. Limbah industri batik terdiri atas limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Pengelolaan limbah yang kurang baik akan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan bisa merusak ekosistem sekitarnya. Oleh karenanya perlu dilakukan sosialisasi pengelolaan limbah terhadap UKM-UKM Batik di Desa Bakaran Juwana Pati dengan narasumber dari Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Metode pelaksanaan dilakukan dengan paparan materi dan diskusi aktif dengan UKM. Penanganan limbah bisa dilakukan melalui tahapan proses yaitu proses Kimia, proses Fisika dan proses Biologi. Dalam sosialisasi ini dibahas beberapa teknik pengelolaan limbah, dan lebih difokuskan kepada proses pada IPAL batik BBKB Yogyakarta. Tahapan prosesnya adalah: penyisihan lilin, pengendapan, koagulasi dan flokulasi, proses Biologi d...

Penguatan Pengelolaan Ukm Batik Malangan Melalui Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Produksi Dan Manajemen

2018

The typical written batik from Malang has enormous potential for development. As a product included in the regional cultural wealth, affordable both nationally and internationally, it is a unique product desired by many domestic and global consumers. The writer has identified the needs of Wiggrade and Wisnu Batik SMEs in Malang for strengthening in the management and development of their business. At the same time, current developments of batik business are in need of rejuvenation and innovation in the production equipment. The problems encountered in the production area are the ineffective and inefficient production process, the low quantity and quality of products, and unsophisticated management, such as lack of capability in preparing bookkeeping records appropriate with the needs of the SMEs. The solution offered to the SMEs is the necessary technological transformation which includes: production aspects capable of efficiently increasing production, increased quantit...

Pengembangan Motif Batik Khas Bali

Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah

Industri batik berkembang pesat di Bali, namun motif-motif batiknya tidak mencerminkan identitas khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Bali yang sumber inspirasinya digali dari budaya dan alam Bali. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik yang mempunyai bentuk unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan budaya dan alam Bali. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, perancangan motif, perwujudan menjadi batik, serta uji estetikanya. Dari penciptaan seni ini dihasilkan 5 motif batik yaitu: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; dan (5) Motif Poleng Biru. Berdasarkan hasil penilaian "Selera Estetika" diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali, dan Motif Teratai Banji.

Pengembangan Dan Pemberdayaan Usaha Kerajinan Batik Kudus: Salah Satu Kearifan Lokal Untuk Menembus Pasar Ekspor

ABDIMAS ALTRUIS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Kudus is a small town with diverse community members. In Kudus city, there are two Sunans, namely Sunan Muria and Sunan Kudus. Sunan Kudus himself abandoned a teaching of "Gusjigang", which is an acronym of "bagus, ngaji, dagang". It is this philosophy that motivates the Kudus people in trade and entrepreneurship. In Kudus, the trade and SME sector become the driving force of the economy and one of the backbones of the Kudus Regency's economy is Batik Kudus. The Batik Kudus Industry is an industry that raised the culture of local wisdom "Local Wisdom" of Kudus Regency, from the side of the motifs raised local culture and folklore Kudus into a uniqueness and specialty of its own compared to other kinds of batik. Batik Kudus is also an export commodity. In addition to increasing foreign exchange, it also introduces Indonesian cultures to the world. However, SME Batik Kudus Industry needs to be supported by the ability of technology and good quality of human resources to be able to compete in the era of free markets. The objectives of this activity are: (1) driven improving the development of SMEs in seizing export opportunities through improving the quality of products and modern marketing technology (2) handling aspects of human resources, management, administration and production, improving the skill of craftsmen, improving the quality and quantity, and management of good management, (3) Transfer of technology from college to partners.

Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Kreatif Batik di Kabupaten Pamekasan (Studi Kasus Pada Sentra Industri Batik Klampar)

Buletin Ekonomika Pembangunan

Poverty has developed into a complex and multifaceted problem that affects many countries around the world, especially developing countries. One sector that is predicted to be able to overcome the problem of poverty is the creative industry sector. The Indonesian government is currently starting to focus on the creative industry sector, this can be seen by the formation of a creative economy agency as a non-ministerial government institution. The creative industry sector has made a significant contribution to the national economy and is one sector that can be used as a creative solution to poverty alleviation. The batik creative industry in Klampar village, Proppo sub-district, Pamekasan district, is one of the creative industry sub-sectors that can be developed to reduce poverty. This article aims to provide a description of the batik creative industry development program in Pamekasan district in alleviating poverty. This research uses qualitative method with case study approach, snowball sampling technique and data validity test using triangulation technique. The results of this study indicate that there are programs that have been implemented in the development of the batik industry in Pamekasan district, including training, exhibitions and batik product innovation. These various programs are considered to be able to improve the economy of the Pamekasan district community, especially in Klampar village so that it has an impact on reducing poverty.