Pembebasan Tubuh Perempuan DI Ruang Tradisi (original) (raw)

Membebaskan Tubuh Perempuan Dari Penjara Media

Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam, 2016

Artikel ini mendiskusikan studi tentang tubuh sebagai subjek realitas (khalifah). Kesadaran tubuh menjadi subjek ini adalah kesadaran menjadi ada, berada dan berbeda. Namun sebagai objek, tubuh merupakan ruang pertarungan bagi berbagai kepentingan ideologis. Berbagai kepentingan tersebut saling berlomba mendeterminasi tubuh. Sehingga tubuh yang hadir adalah tubuh palsu sebagai ruang pamer berbagai kepentingan ideologis. Kepentingan ideologis tersebut masuk melalui praktek konsumsi tanda pada tubuh. Kebutuhan tubuh terhadap berbagai konsumsi tersebut dirangsang melalui berbagai kenikmatan yang dijajakan oleh media. Konsumsi tanda bagi tubuh dan tubuh yang termediasi oleh media sesungguhnya adalah tubuh-tubuh yang dipenjara. Tubuh-tubuh tersebut diawasi, diatur dan didisiplinkan agar sampai pada satu kondisi body image yang diinginkan. Body image yang termediasi melalui media lewat berbagai konsumsi tanda dapat dilihat sebagai suatu gejala kematian manusia sebagai subjek. Gejala kematian ini bagian dari dehumanisasi sebagai dampak dari industri media global. Melalui rayuan media, proses kematian tubuh tersebut begitu cair, rileks, menghibur, menyanjung dan menyenangkan. Hingga tanpa terasa bagi siapa saja yang masuk dalam perangkap hasrat tubuh tersebut akan ketagihan hingga akhirnya mengalam decentering of the subject

Melawan Ekslpoitasi Tubuh Perempuan; Antara Feminisme Barat dan Islam

Muwazah Jurnal Kajian Gender, 2015

Makalah ini mendiskusikan salah satu tema dalam pergerakan dan pemikiran feminism Barat, yakni persoalan eksploitasi terhadap tubuh perempuan Bagaimana pun feminism modern lahir dalam konteks peradaban Barat, olehnya Pembahasan dimulai dari tinjauan terhadap cara Barat memperlakukan perempuan, kemudian usaha feminisme dalam merombak masyarakat tersebut. Selanjutnya akan ditunjukan titik fatal yang membuat feminisme terjebak pada pola yang sama dengan masyarakat yang mereka lawan dan cara Islam yang unik dalam melihat persoalan ini.

Organisasi Perempuan Tradisionalis di Tanah Modernis

Hadharah:Jurnal Keislaman dan Peradaban, 2022

This paper discusses the history of the development of Fatayat NU in West Sumatra. The problem in this research is how the history of the entry and development of Fatayat NU in West Sumatra. In discussing this paper the author uses the method historical research. The results of this study explain that Fatayat NU entered West Sumatra in 1971, with the initial aim of to expand NU's wings in the regions. The first period, Fatayat NU was led by Khadijah Ismail's mother but experienced a vacuum in carrying out organization, began to move again when the Fatayat management was formed NU for the second period of the management of Husna Aziz. Until experiencing the setback of Siti Izzati Aziz's tenure.

Wacana Pembebasan Perempuan

Women's liberation movement (feminism) rose up when the practice of marginalization and subordination occurs. They were Qasim Amin and Jamal al-Banna, the two Muslim feminist from different generations, who tried to decipher the discourse of liberation against women. This paper concerns to discuss the idea of the two figures. To analyze this problem, the authors conducted a literature study to assess the work of both of which relate to the problems of women, Tahrir al-Mar'ah by Qasim Amin and Al-Mar'ah al-Muslimah bayna Tahrir Al-Qur'an wa Taqyid al-Fuqaha' by Jamal al-Banna. These studies lead to the conclusion that the discourse of women's liberation initiated by Amin and Jamal cannot be separated from the paradigm of feminism owned by each figure. Both Amin and Jamal stated that the practice of marginalization and subordination of women is not from the nature of religion, but it was from the culture and misunderstanding on religious teachings.

Perempuan Dalam Tradisi Spiritualitas Islam Lokal

Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 2018

Islam menawarkan suatu pencapaian kesempurnaan jiwa melalui jalan mistisisme (tasawuf). Tradisi demikian dikenal dengan sufisme. Hanya saja pengalaman mistis tesebut nyatanya tidak banyak dicicipi oleh perempuan. Perempuan ditempatkan di kelas kedua, tidak hanya dalam urusan hukum formal (syariah), tetapi juga dalam hal spiritualitas. Situasi kepincangan demikian merupakan karya patriarkisme. Berpijak pada kegelisahan ini, peneliti menggunakan metode etnografi bersperspektif feminisme. Dalam studi ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi-partisipasi dan interview terbuka dan mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Islam Lokal lebih menerapkan kehidupan yang mengagungkan egalitarian antara laki-laki dan perempuan. Perempuan diberikan ruang sama dalam mengekspresikan keberagamaannya.

Budaya Perempuan dalam Kriya Tekstil Rumahan Melintas Waktu

Jurnal Seni Nasional Cikini

Penelitian ini adalah sebuah eksplorasi budaya kain sebagai karya kriya tekstil yang dihidupi oleh perempuan Indonesia. Kain menjadi bentuk ekspresi yang mempunyai nilai, fungsi, dan peran yang penting dan kompleks. Namun apakah hal-hal tersebut masih berlanjut pada komunitas urban di masa kini? Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kualitas tak teraga dari kriya kain pada masyarakat urban di masa pandemi, ketika ruang sosial menjadi terbatas. Penelitian dilakukan pada komunitas perca Malang Patchwork & Quilts (MaPaQuilts) di Kota Malang. Metode penulisan ini adalah metode penelitian seni berbasis praktik bersama yang dilakukan bersama anggota komunitas di rumah masing- masing. Hasil penelitian ini adalah budaya kain berlanjut karena mengandung kualitas hidup.

Sirkumsisi Perempuan Sebuah Tradisi Kuno Yang Eksis Dan Terlarang (Studi Kasus Mesir)

ASKETIK, 2020

This study discuss about women circumcision. This study took a sample of women circumcision that occurred in Egypt because women circumcision tradition is done massively in their community. This study also discuss about women circumcision from socio-cultural perspective such as the beliefs in good things from the tradition. This study also discuss about the controversies of women circumcision tradition that World Health Organization (WHO) considers very dangerous for women. The purpose of this study is to explain that women circumcision tradition is an ancient tradition that existed thousands years ago even before Islam. Women circumcision potentially very dangerous and beliefs about good things of it that are believed by community actually are not always realized in social facts.

Tubuh Yang Terbuang: Perempuan, Keterusiran, dan Perebutan Hak Atas Tanean

Buku ini merupakan disertasi yg diterbitkan oleh Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia. Penelitian dalam buku ini bertujuan untuk meninjau ulang kebudayaan Madura dari sudut pandang perempuan. Penelitian ini berfokus pada politik tubuh, dan bagaimana politik tubuh bersinggungan dengan lima hal: perkawinan, perpindahan, tempat, perlawanan, dan memori kolektif. Titik awalnya adalah masa ketika perempuan berada dan terikat dalam tanean, di mana perempuan harus menikah untuk mencapai dua takdir mereka: menjadi istri dan menjadi ibu. Perkawinan menjadi penting dalam tanean untuk menarik laki-laki masuk ke dalam keluarga luas istri, karena kebutuhan laki-laki untuk mengolah lingkungan alam Madura yang kering, dan karenanya penting bagi tanean untuk menjaga surplus laki-laki. Perpindahan adalah masa ketika perempuan tidak mampu mencapai takdirnya dan akhirnya harus bercerai. Tanpa suami dan anak, perempuan mengalami eksklusi sosial - terasing dari lingkungan sosialnya, dan tertutupnya akses atas sumber daya alam, sehingga perempuan harus terusir dari lingkungannya. Tempat adalah lokus di mana perempuan membangun kembali kehidupan mereka yang berantakan dan mengalami deformasi besar-besaran. Disokong oleh kemandirian ekonomi, di tempat baru ini lah perempuan membangun kembali identitasnya, menjadikan tanean sebagai geografi moral, dan mulai bermimpi untuk kembali. Mimpi itu harus direbut dengan perlawanan. Perlawanan adalah usaha perempuan untuk menawar posisi mereka atas tanean sebagai hak kultural mereka. Mereka melawan dengan mengirimkan emas dengan harapan agar mereka tetap dianggap sebagai bagian dari tanean. Memori kolektif adalah ikatan yang mengikat setiap orang dalam tanean. Memori kolektif adalah tujuan yang hendak dicapai, sebab terhapus dari memori kolektif tanean berarti menghapus perempuan dan mimpi-mimpinya. Penelitian ini menjelaskan bagaimana tanean mengikorporasikan segala hal, mulai dari keanggotaan, sumber daya alam, dan ekonomi; dan untuk menjaga agar tanean mampu terus bertahan, politik tubuh yang berjalin dengan logika kultural Madura menyediakan jawabannya. Kata kunci: politik tubuh, perpindahan, rumah, tanean lanjeng, Madura. Buku ini dapat disebarluaskan dengan tetap menyebut sumber aslinya. Terima kasih.

Tubuh Perempuan Dalam Cengkraman Globalisasi

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa globalisasi hari ini tidak hanya menyentuh ke dalam pemikiran masyarakat dunia saja melainkan merengkuh tubuh individu khususnya perempuan. Perempuan yang diidentikkan dengan keindahan, kecantikan, dan